Keenam Belas: EXORCISM

2.6K 348 46
                                    

*16*

Matahari belum surut sepenuhnya, tetapi langit sudah gelap. Sore tadi, Lani ke masjid menemui Pak Kyai Soleh, dan ternyata kemarin berhalangan datang akibat istrinya tiba-tiba sakit. Barulah malam ini akan datang meruqyah Anggun.

Sekitar pukul delapan, Pak Kyai Soleh sudah berada di ruang tamu. Dia memakai pakaian putih bersurban sambil memegang tasbih coklat melakukan dzikir. Lani datang dari dapur, membawakan secangkir teh lalu duduk di hadapannya. Sedangkan Praja tidak ikut, hanya mengintip di balik tembok.

"Maaf, Nak Lani. Sejak tadi saya tidak melihat Nak Abi, dia dimana?" tanya Pak Kyai Soleh sambil mengedarkan pandangannya.

"Soal Abi ... Pak Kyai, saya memilih untuk mengurungnya. Saya takut dia berbuat nekat kepada Ibu sebelum ruqyah ini dilakukan. Sebenarnya saya bisa saja percaya dengannya, tapi tanpa bukti apapun saya tidak bisa."

Lelaki yang menutupi ubannya dengan peci putih meneguk teh seolah sangat kehausan. Lalu dia mengangguk paham, diam sambil terus memandangi langit-langit rumah. Entah kenapa ada sesuatu yang benar-benar mengusik hatinya untuk segera pergi dari rumah itu.

"Dimana Ibumu?" tanyanya, gerakan tangannya menggulung tasbih semakin cepat.

Lani segera berdiri dan menjawab, "Ada di kamar, Pak Kyai."

Mereka segera menuju kamar Anggun. Lani membuka pintu dan mendapati Anggun yang berpiyama emas berbaring di ranjang seolah tidak menyadari ada yang datang.

"Apa Nak Lani sudah memberitahunya agar berwudhu?" Pak Kyai Soleh berbisik.

Lani mengangguk. "Iya Pak Kyai."

"Baiklah, silahkan Nak Lani keluar. Jaga adik Nak Lani baik-baik dan terus ber-istighfar."

Lani pun keluar, menutup pintu dan segera memeluk Praja di depan kamar. Sementara Pak Kyai Soleh mulai siap meruqyah.

"Tiada daya dan tiada kekuatan kecuali dengan Allah yang Maha Tinggi lagi Agung. Aku mohon selamat dengannya dari iblis, iblis yg mengendarai kuda, iblis yg jalan kaki, setan-setannya, peragu-ragunya, pengikut-pengikutnya, seluruh manusia dan jin dan kejahatan-kejahatan mereka semua," seru Pak Kyai menangkap malam. Matanya terpejam dan tangan kanan yang menggenggam tasbih di ayunkan ke depan. "Aku berlindung pada Tuhan Yang Maha Pemurah dan berpegang teguh pada kalimat-kalimat-NYA yang sempurna yang tidak dapat dipengaruhi oleh siapapun juga, baik orang taat maupun orang fasik, dari kejahatan yang turun dari langit dan kejahatan yang naik ke langit, kejahatan yang ada dimuka bumi dan kejahatan yang keluar dari bumi, kejahatan fitnah-fitnah dan peristiwa yang membawa akibat buruk yang terjadi siang dan malam, kecuali peristiwa yang membawa kebaikan, Ya Tuhan kami yang Maha Rahman."

"Cukup! Hentikan apa yang kau katakan!" Pak Kyai tidak menghiraukan reaksi Anggun yang tiba-tiba duduk berbalik menatapnya tajam.

Pak Kyai membuka mata dan berjalan memutari ranjang hingga berada di depan kaki Anggun. "Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari murka-Nya, siksa-Nya dan kejahatan hamba-hamba-Nya, dari gangguan-gangguan setan dan dari kembalinya lagi setan."

Pupil mata Anggun berkobar, kedua tangannya menggenggam erat ujung ranjang. Sudah tidak tahan dengan sesuatu yang bergerak di kelopak mata dan perutnya. Terasa sakit. Dia tiba-tiba merangkak ke depan Pak Kyai Soleh dan menyambar tasbih coklat lalu menghamburkannya di lantai sambil tersenyum sinis.

"Anggun, tenangkan dirimu. Ingat Allah, ber-istighfar lah. Ikuti saya, Astaghfirullahal'adziim ... Astaghfirullahal'adziim ... Astaghfirullahal'adziim ...."

Bunuh Ibumu Sebelum Pukul 12 Malam✔ [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang