part2

9K 610 84
                                    


 

  Langit malam bertabur bintang, cahaya indah berkelap-kelip memanjakan iris mata yang memandang, udara berhembus lembut menambah suasana malam yang semakin syahdu.

    Netranya menatap fokus pada kedua bintang yang bersinar sangat terang, senyum sedih tecetak di bibir tebalnya dengan sesekali helaan napas yang mencoba untuk menenangkan hatinya yang kini sedikit kecewa pada Dongsaengnya, Taehyung.

    "Eomma, Appa. Bayi singa kita sekarang sudah besar. Dia sedang marah padaku sekarang," sebuah pengaduan yang hanya di saksikan oleh kegelapan yang menyelimuti Seoul malam itu.

    "apa memang aku yang sudah keterlaluan padanya,
hingga dia merasa terkekang dan membuatnya tidak nyaman? Aku hanya khawatir dengan keadaannya yang tidak baik-baik saja, apa tindakanku ini tidak benar?"

    Malam semakin larut, angin pun mulai berhembus kencang. Seokjin masih bertahan duduk di atas balkon dengan air mata yang mulai membasahi pipinya hingga isakan pun berhasik lolos dari bibirnya.

    "Hiks... Kenapa...
Appa..  eomma... Kenapa tega sekali meninggalkan kami? Kami masih sangat membutuhkan kasih sayang kalian hiks.. hiks..." perasaan itu kembali lagi, perasaan yang paling di benci oleh Seokjin. Perasaan yang membuatnya tak mampu berdiri sebagai seorang kakak yang harus melindungi adik-adiknya.

    "aku merasa tidak mampu untuk menerima tanggung jawab ini. rasanya begitu berat, apa mungkin aku masih mampu untuk melakukannya."

    Terdengar suara mobil yang berhenti di depan pintu gerbang rumah mereka, spontan Seokjin mengalihkan perhatiannya, melihat sosok Yoongi yang turun dari sebuah mobil hitam milik temannya, Namjoon yang sekaligus temannya.

    Seokjin mencuci wajahnya agar lebih segar dan tidak sembab. Dia tidak ingin Yoongi mengetahui kesedihannya. Dia pun melangkahkan kakinya keluar kamar menuruni tangga untuk menemui Yoongi.

    "Hyungie belum tidur..?" ucap Yoongi dengan nada tersirat rasa lelah, berjalan menghampiri Hyungnya.

    "Belum, Saeng. Kenapa pulang larut sekali?"

    "Aku sedang ada proyek membuat lagu bersama Namjoon Hyung. Dalam waktu tiga bulan harus sudah selesai Hyung. " Yoongi menghela napas lelah.

    "Kau sudah makan? Biar Hyung panaskan makanan untuk mu."

    "Tidak usah Hyung, aku sudah makan tadi. Aku ingin ke kamar Taehyungie."

    "Yoon.. Taehyungie sedang marah pada Hyung."

    Sejenak Yoongi terdiam, langkahnya berhenti begitu saja.

    "Marah kenapa hyung?" ucap Yoongi penasaran.

    Kini mereka berdua duduk di sofa sembari menikmati coklat hangat yang sekiranya bisa membuat rileks pikiran mereka. Seokjin pun sudah menceritakan pada Yoongi tentang Taehyung dan masalah Perusahaan yang mengalami kerugian besar.

    "Ya Tuhan... Kenapa anak itu sulit sekali di atur? Makin besar, makin nakal saja." gerutu Yoongi.

    "Apa mungkin kita yang terlalu berlebihan, Yoon?"

    "Tidak Hyung... Taehyungie sangat ceroboh. Memang kita harus selalu mengawasi nya, tapi untuk sementara kita ikuti kemauannya. Kita lihat apa benar dia sudah bisa menjaga diri nya. Terus terang aku ragu akan hal itu Hyung."

    "Baiklah, mulai besok kita ikuti kemauannya."

    Esok pagi nya.

    Taehyung kini duduk di kursi meja makan, berhadapan dengan kedua Hyungnya untuk memulai sarapan. Suasana begitu hening, beku, tidak ada salah satupun dari kakaknya yang menyapanya atau membuka percakapan. Seokjin terus sibuk dengan smartphone nya begitu juga dengan Yoongi. Semua mengacuhkan Taehyung.

Protective Brother (discontinew)Where stories live. Discover now