20.07 PM

39 7 8
                                    

"Lo beneran bukan Mas Raka?"

Mata lelaki itu membeo, yang akhirnya tak lagi ia jawab dan hanya mendengkus keras. Kenapa dia se-sial ini harus sebangku dengan gadis semacamnya? Seharusnya dia tidak menepuk pundak gadis itu tadi.

"Tapi kok mirip banget ya?" Gadis itu berceletuk lagi-membuat kuping lelaki sebelahnya mulai panas.

"Katanya, di dunia ini setidaknya ada tujuh orang yang mirip sama kamu," ujar lelaki itu dengan emosi tertahan. "Mungkin Raka itu kloninganku."

"Eh, enak aja ya! Masnya ini yang kloningan!" sergah Envira tak terima. Bisa-bisanya calon kakar iparnya dihina seperti ini.

"Terserah mau ngakuin atau enggak, yang pasti katanya sih gitu." Lelaki itu berdehem sebentar, memandangi sosok gadis di sebelahnya. "Kamu umur berapa?"

"Kenapa tanya?"

"Aneh aja gitu, biasanya cewek-cewek yang kayanya seumuran kamu kalau ngelihat saya pada histeris pengen kenalan." Lelaki itu mendengkus, membuang muka.

Oke, Envira kini memasang wajah mual.

"Lo cuma mirip calon kakak ipar gue, bukan berarti gue pengen kenalan sama lo. Kalau bukan Mas Raka yaudah, gue gak mungkin maksa," balas Envira dengan dengkusan juga, memalingkan wajah ke arah jendela.

"Kamu belum jawab pertanyaan saya."

Envira kembali menoleh, menatap wajah tampan itu dengan seksama. "Gue harus banget jawab gitu?"

Dan Envira ingin mencakar pemuda tampan di sebelahnya ketika pemuda itu dengan polosnya mengangguk.

"Gue baru 19 tahun."

"Oh, saya 22."

"Besok semester enam berarti?" Entah mengapa, Envira menjadi sedikit antusias.

"Emang saya bilang kalau kuliah ya?"

Envira mendelik, menatap lelaki di sebelahnya curiga.

"Terus lo gak kuliah?"

"Udah lulus satu tahun yang lalu."

"Gila! Terus ngapain lo di Jakarta?"

Pemuda di sebelahnya berdehem, merasa terganggu, namun tidak dihiraukan Envira yang sudah kepo tanpa batas itu. Ia bahkan sudah melupakan tujuannya yang ingin langsung tidur setelah masuk di dalam kereta.

"Saya kerja," entengnya membuat Envira menjerit frustrasi dalam hati.

***

"Kayaknya gue ketemu salah satu jelmaan Einstein deh."

"Dia manis juga."

Double YouWhere stories live. Discover now