22.10 PM

23 7 11
                                    

Tuh 'kan, dia tidak bisa tidur. Hanya beberapa menit saja, lalu terbangun lagi.

Envira menoleh, memperhatikan pahatan sempurna itu dari samping. Ia melihat, menelusuri wajahnya yang begitu tampan itu. Kalau dipikir-pikir lebih jauh, wajahnya terlihat sedikit berbeda. Mas Raka lebih pesek hidungnya, namun Erlangga lebih mancung. Selain itu, telinganya Erlangga terlihat lebih lebar, potongan rambutnya pun sudah tidak lagi acak, sekarang lebih mirip undercut ke belakang. Lelaki itu sempat mengatur potongan rambutnya tadi. Ia tidak tahu mengapa, namun baginya sekarang ini Erlangga nampak lebih tampan dari Mas Raka. Benar-benar tampan, sempurna.

"Gue udah gila kayaknya," kekeh Envira kecil sembari memalingkan wajahnya yang sedikit memanas. Dia sungguh terpesona pada orang asing? Atau lebih dari itu?

"Emangnya ..., kamu gak suka sama saya?"

Envira menampar pipinya kecil. Dia kenapa sih? Kenapa wajah dan bayang-bayang lelaki di sebelahnya ada di kepala mungilnya? Jangan! Jangan sampai ia suka pada lelaki ini.

"Gue nonton anime lah," ucap Envira pelan sembari mengambil handphone-nya di tas. Namun dia sama sekali tidak menemukan handphone-nya di tas. Oke, sekarang gadis itu mulai panik.

Ia mencari di segala sudut kursinya, di lantai kereta dan yang terakhir ... itu dia! Envira mendesah kecil, kenapa harus di sana?

Ia ingin menangis saja melihat handphone kesayangannya diduduki secara sengaja atau tidak sengaja oleh Erlangga. Ia harus bagaimana? Membangunkannya? Tidak mungkin!

"Oke, aku harus bisa!" Ia memberi semangat pada dirinya sendiri, lalu secara perlahan meraih handphone hitam itu.

Perlahan namun pasti, handphone itu telah diraih tangan mungilnya. Sekarang tinggal memikirkan cara untuk menarik handphone itu tanpa membangunkannya.

Envira meneguk ludahnya sendiri, sedikit takut tentunya. Kenapa dia seperti seseorang yang tidak ingin ketahuan akibat transaksi narkoba?

Jika ia tertangkap, habislah sudah.

Envira mulai menarik handphone itu, namun sayang, ia merasakan bahwa Erlangga mulai bergerak dalam tidurnya—bergerak miring. Hal itu membuat Envira mengumpat kecil, mengapa? Bukannya semakin melepaskan handphone miliknya, lelaki kebo itu malah semakin menduduki dan mengurungnya di paha bagian dalam miliknya.

"Dasar tukang tidur kurang ajar. Gimana ceritanya hp gue bisa lo dudukin sih?" cercah Envira tak terima walau ia yakin tak akan didengar olehnya.

Oke, berarti satu-satunya cara agar handphone ini bisa kembali hanya dengan membangunkannya. Ia tak lagi menyentuh handphone miliknya, karena dia sudah melepaskan genggaman itu ketika Erlangga bergerak. Bodoh memang.

"Ngga, Erlangga," lirih Envira pelan sembari menyentuh bahu lelaki itu. Melihat bahu itu, ia jadi teringat saat dirinya menangis akibat teringat mjmpinya tentang Levi Ackerman di Attack On Titan. Memalukan, pikirnya.

"Erlangga ..." Envira merutuki dirinya, suaranya yang barusan seperti merajuk. Ia sungguh merajuk pada orang asing?

"Apa ...," lirih Erlangga yang tiba-tiba terbangun dengan nada merajuk seperti Envira tadi. Gadis itu mengumpat kecil membuat Erlangga tertawa.

"Hp gue, lo dudukin tuh!" tutur Envira to-the-point. Sedangkan Erlangga hanya mengangkat satu alisnya, lalu tersenyum manis. Sungguh, kalau begini terus, mungkin Envira akan khilaf sebelum waktunya.

Lelaki itu mengambil handphone milik Envira lalu melambai-lambaikannya di depan wajah gadis itu. Envira mendelik, lalu berusaha mengambil handphone-nya yang dibawa lelaki ini. Kurang ajar, memang.

"Eits ..." Erlangga menyembunyikan handphone itu di belakang tubuhnya. "Tidak semudah itu, Envira."

Helaan nafas terdengar, Envira memandang lelaki ini malas. "Lo mau meras gue?"

Tak disangka lagi, Erlangga malah tertawa kecil—membuat Envira sedikit tersipu, pipinya memanas. Ia begitu tampan saat tertawa, Envira tak menyangkal hal itu.

"Gak, saya janji bakalan ngembaliin, tapi ada satu syarat."

"Apa?"

Erlangga tersenyum misterius, di dalam mata Envira, ia terlihat seperti penjahat licik yang sialnya begitu tampan. Kalau dia merupakan seorang tokoh utama dalam cerita, mungkin ia akan menjadi gadis bodoh yang mau dimanfaatkan demi bersama lelaki yang dicintainya. Walaupun lelaki itu jahat, licik, suka membunuh, atau bahkan ... psikopat?

Gadis itu mendengkus kecil, menggelengkan kepalanya yang berpikiran aneh, lalu menatap Erlangga tidak suka. "Cepetan!"

"Saya minta nomer hp kamu."

"Hah?"

Dan sekarang, Envira tidak tahu lagi cara untuk menyembunyikan pipinya yang memanas dengan sangat.

***

"APA ITU?!"

"Gak tahu aja dia kalau saya belum tidur."

Double YouWhere stories live. Discover now