a little bit lost without you

1.5K 230 9
                                    

Senyumannya masih sama seperti saat aku pertama melihatnya tersenyum dulu. Dengan suara tawa yang lepas, kedua mata yang berbinar, kemudian akan tertutup ketika ia tertawa dengan puas.

Alasannya untuk tersenyum masih sama. Ketika dia sedang berkumpul bersama teman-temannya. Ketika dia berhasil membuat mereka tertawa karena candaannya. Ketika ia sedang melakukan hal kesenangannya. Dan ketika ia sedang bersama orang yang dia sayang.

Seperti dahulu juga, aku hanya bisa melihatnya dari kejauhan pada saat ini. Melihatnya begitu bahagia dengan jarak di antara kami, dan bukan aku yang menjadi alasan dia tersenyum. Aku juga sudah tidak lagi menjadi seseorang yang dia sayang, mungkin?

Tidak perlu aku tanya juga aku sudah tahu jawabannya. Aku kemudian melangkahkan kakiku meninggalkan kantin sebelum aku benar-benar membeli makan seperti tujuanku semula. Berusaha pergi sebelum ia menyadari aku memperhatikannya. Berusaha pergi sebelum mata kami saling bertemu, walau sedikit mustahil karena begitu banyaknya manusia di antara kami. Berusaha pergi sebelum aku mendapatkan reaksi dingin yang sangat tidak aku inginkan, dari dia, dari Samudera.

Aku kembali bertanya-tanya, apakah dia akan melihatku? Apakah dia masih ingat dengan rupaku dari belakang? Apakah dia akan sadar walau penampilanku saat ini sudah berbeda? Karena dulu dia sering sekali memanggilku setelah melihat aku dari belakang walau dari jarak yang cukup jauh. Tanpa pernah salah sekalipun.

Awalnya aku berniat untuk belajar sambil mengisi perutku sebelum kelas selanjutnya dimulai. Melihat Samudera yang ada di kantin membuatku mengurungkan niat dan memutuskan untuk langsung ke kelas saja. Aku berjalan tanpa sadar dan tiba-tiba saja aku sudah sangat jauh dari kantin. Sekarang aku sudah berada di dekat perpustakaan dan bergerak untuk menaiki tangga. Ternyata aku masih belum fokus karena setelah menaiki beberapa anak tangga ujung kakiku menghantam salah satu tingkatan dan membuatku menjatuhkan binder yang sedang aku pegang. Binder di tanganku terjatuh dengan bunyi yang cukup keras di tangga yang sedang sepi.

Setelah aku membungkuk untuk mengambil bukuku aku berusaha untuk tidak melamun lagi. Aku melihat ada sepasang sepatu milik seseorang yang sepertinya berhenti karena aku menjatuhkan binder milikku. Ketika aku sudah kembali berdiri dengan benar ternyata orang tersebut adalah Kak Brian. Tentu saja aku bingung, seingatku dia sudah lulus dan tidak ada urusan di kampus lagi.

"Lea."

"Halo, kak." aku hanya balas menyapanya sambil tersenyum singkat. Kemudian aku berlalu begitu saja karena aku tidak tahu mau berbicara apa lagi.

Terakhir kali aku melihatnya adalah saat sebelum ia sidang. Saat aku masih bersama dengan Samudera dan bermain ke tempat mereka. Satu bulan yang lalu.

"Ngga nyelamatin gue, Le?"

Mendengar pertanyaannya aku pun membalikkan tubuhku dan menatapnya heran. Aku sudah berada pada beberapa anak tangga yang lebih tinggi darinya dan dia masih berdiri di tempat tadi. Sekarang sedang menatapku dengan sebuah senyuman yang, terlihat sedih?

Aku berjalan turun sebelum menyamakan posisiku dengannya dan menjabat tangannya. "Selamat ya Kak Bri udah lulus! Maaf telat ucapan selamatnya."

Kak Brian hanya terkekeh mendengar ucapanku barusan. "Udah lama banget ngga ketemu. Apa kabar?"

"Kayak yang bisa diliat, baik baik aja, Kak. Kok bisa ada di sini?"

"Gue ngga boleh ke sini?"

"Bukan ih, maksudnya..." aku berhenti sebentar dan menurunkan pandanganku sebelum melepaskan tanganku. "...kan udah lulus, ngapain ke kampus lagi. Gitu."

"Masih ada urusan, Le. Lo lagi mau kelas?"

"Iya..."

"Bukan mau menghindar?"

Hello, Hi.Where stories live. Discover now