sadness grows when you are cold

1.6K 196 8
                                    

Samudera kira ia akan baik-baik saja setelah memutuskan untuk mengakhiri semuanya.

Samudera bahkan tidak tahu apa yang kemudian membuatnya mengatakan hal tersebut. Ia tidak tahu kenapa ia bisa menghubungi Nora secara tiba-tiba. Mengajaknya bertemu setelah hampir tiga minggu mereka tidak dapat bertatap muka secara langsung. Ada yang mengganjal pada pikirannya.

Selama dua bulan terakhir komunikasi di antara mereka terasa monoton baginya. Pesan singkat di antara mereka hanya menanyakan kabar, apakah sudah makan atau belum, atau bertanya tentang kegiatan masing-masing. Tetapi setiap percakapan hanya berlangsung secara singkat.

Padahal semuanya berjalan seperti yang biasa mereka lakukan, entah kenapa Samudera merasa berbeda. Untuk kali ini, ia merasa asing dengan dirinya sendiri, dengan hubungan yang telah mereka jalani.

Ia kembali berpikir, apakah ada sesuatu yang salah dengan dirinya? Atau dengan kekasihnya?

.
.
.

Hari itu hari di mana Samudera mengajak Nora bertemu. Pada sore hari saat Samudera baru menyelesaikan kelasnya, menemui Nora yang telah sabar menunggunya sampai ia selesai. Samudera mengajaknya bertemu seusai kelas di taman belakang.

Mungkin terdengar jahat, tetapi Samudera merasa biasa saja saat melihat Nora saat itu. Tidak ada perasaan senang padahal sudah cukup lama mereka tidak saling berjumpa. Samudera tersenyum dengan perasaan aneh di dalam hatinya.

Begitu pula dengan gadisnya hari itu. Dia tersenyum, menghampirinya dengan kedua tangan yang terbuka lebar, walau raut wajahnya menunjukkan dia terlihat lelah.

Samudera menyambut pelukannya dengan erat. Tidak sampai hati untuk menolak kedua lengan yang selalu ia sambut dengan bahagia. Mereka masih berada dalam sebuah pelukan ketika Samudera tiba-tiba melonggarkan pegangan tangannya. Nora tidak curiga sama sekali, ia ikut melonggarkan dekapannya untuk melihat wajah Samudera. Kali ini Nora bisa melihat raut wajah yang terlihat asing untuknya.

Nora mengangkat tangan kanannya untuk membelai sisi wajah Samudera. "Samudera, kamu sakit?"

"Aku, sehat kok, kamu gimana?"

Nora kemudian menjawab pertanyaannya dengan sedikit antusias. Lebih baik dari saat pertama ia menyambut Samudera. Setelahnya Nora mulai menceritakan kegiatannya selama seminggu terakhir. Menjabarkan semua yang ia alami seperti yang biasa dia lakukan setiap kali mereka sedang bersama. Tetapi Samudera tidak bisa fokus mendengar ataupun merespon seperti biasanya.

Tidak ada rasa penasaran. Tidak ada pertanyaan. Tidak ada juga rasa khawatir ketika Nora sedang mengeluhkan keadaan.

Samudera semakin melonggarkan kedua lengannya. Nora perlahan menghentikan monolognya. Mungkin ia juga sadar Samudera tidak bertingkah seperti yang biasa ia lakukan. Mulutnya terasa kelu ketika ia melihat wajah Nora yang sekarang penuh rasa cemas. Mereka hanya saling menatap selama beberapa waktu. Samudera belum sanggup untuk mengatakannya.

"Nora."

"Kenapa?"

"Maafin aku..."

"Samudera...? Kenapa tiba-tiba?"

Nora menatapnya dengan cemas, tangannya yang lain ikut menyentuh sisi wajah Samudera perlahan. Samudera hanya melihat ke arah matanya dengan tatapan kosong. Mungkinkah memang ini saatnya?

"Maafin aku. Kayaknya kita, lebih baik sampai di sini aja."

Kali ini Samudera benar-benar melepaskan Nora dari genggamannya, perlahan juga berusaha untuk melepaskannya sepenuhnya dari hatinya. Samudera menunggu respon dari Nora. Belum sempat ia mengatakan apapun tapi gadis tersebut langsung berbalik meninggalkannya pergi. Tidak ada pertanyaan ataupun bantahan.

Hello, Hi.Where stories live. Discover now