• jealousy pt 2

1.5K 199 9
                                    

Ngga pernah terlintas dalam pikiranku sebelumnya kalau Samudera itu bisa cemburu. Alasannya juga karena satu hal yang bagiku tidak terlalu penting. Mantan pacar. Mungkin dia tidak akan merasakan hal itu kalau aku tidak menaruh foto aku dengan temanku. Eh, mantan pacar maksudku.

Foto di mana Nino merangkulku dekat dengan aku yang sedang memasang wajah kesal. Kami memang sudah akrab dari dulu, makanya aku tidak berpikir lebih jauh ketika mengunggah foto kami. Tetapi sayangnya aku salah.

Dan semuanya berawal dari waktu di mana Nino sedang main ke rumahku.

Siang itu aku sedang berada di kamar untuk mengambil ponsel. Kebetulan sekali, tidak lama setelahnya ponselku berdering tepat sebelum aku berjalan ke ruang tamu. Samudera. Aku buru-buru menerima panggilannya sebelum terputus.

"Haloooo."

"Kamu lagi di mana?"

"Lagi di rumah nih."

"Sendiri?" tanyanya lagi dengan cepat sebelum aku bisa menanyakan pertanyaan yang sama.

"Ngga kok, aku lagi sama Nino."

"Nino? Siapa?"

"Temen sekolah aku dulu. Hehe."

"Oh...ngapain?"

"Lagi main aja, soalnya mumpung dia libur ada di sini."

Aku yang masih berdiri di depan pintu kamar bisa mendengar suara teriakan Nino dari ruang tamu. Memanggil aku dengan tidak sabar karena makanan yang kita pesan memang sudah sampai sebelum aku mengangkat telepon. Mungkin dia heran kenapa aku menghabiskan waktu lama di kamar dan belum juga kembali ke ruang tamu.

"Bentar ya--makan duluan aja sih No!" teriakku sambil menjauhkan ponsel dari wajahku.

"Kamu belum makan?"

"Iya, barusan aja baru dateng pesenan makan kita. Aku makan dulu ya? Kamu juga jangan lupa makan! Salam buat Ucing dari aku!"

"Bye sayang."

Setelah teleponnya diputus, aku baru sadar aku belum sempat bertanya alasan dia menelponku. Berkat perutku yang lapar aku jadi menghilangkan pikiran tersebut. Toh, nanti malam aku bisa menghubungi dia lagi. Aku mengantongi ponselku di saku celana sembari menuruni tangga rumah.

Nino sudah mengeluarkan semua makanan yang kami pesan di atas meja. Sepertinya dia memang kelaparan karena wajahnya kini terlihat sinis ke arahku. Aku berdecak pelan sebelum duduk tepat di sebelahnya pada sofa ruang tamu.

"Telponan sama siapa sih lo lama banget! Gue laper nih!"

"Lama apanya sih! Sama cowok gue! Kan gue udah bilang makan duluan aja!"

"Yeeee baik nih gue nungguin lo! Udah gue beliin makan juga."

Tangannya menoyor sisi kepalaku tepat setelah berkata seperti itu. Kurang ajar. Kalau bukan karena dia membelikan aku makan siang, sudah aku suruh dia angkat kaki dari rumah ini.

Aku pun memukul lengan tangan kirinya dengan cukup keras. "Kan lo numpang main di sini, ngga gratis."

"Perhitungan banget sih lo."

Hello, Hi.Where stories live. Discover now