• interlude •

1.9K 214 16
                                    

"Der, liat deh, ada yang beda ngga hari ini?"

Aku baru saja menghampiri Samudera yang sejak tadi menungguku di taman belakang dekat parkiran motor. Sekarang sudah sepi karena aku telat keluar dari kelas terakhirku. Untungnya dia tidak masalah harus menunggu, tadi aku janji aku akan membelikan dia es krim nanti.

Lalu untuk pertanyaan dariku, hari ini kami belum bertemu sama sekali sejak pagi, makanya aku memberi dia pertanyaan tersebut. Aku masih berdiri sambil tersenyum lebar melihat dia yang duduk di hadapanku. Matanya kini meneliti penampilanku dari atas sampai ke bawah, ponsel di tangannya sudah tidak lagi menjadi fokus utamanya.

"Kamu abis potong rambut?"

Aku menggelengkan kepala.

"Bajunya baru?"

Aku menggelengkan kepala lagi.

"Lipcream-nya yang baru." jawabku sambil mengambil posisi untuk duduk di sebelah kirinya.

Dia melihat ke arah wajahku, bibirku lebih tepatnya, sambil mengernyit heran. "Perasaan sama aja kayak yang biasa kamu pake ah, ngga ada bedanya."

"Bedaaaa, ini lebih warm dari yang biasanya aku pake. Bagus ngga?"

Dia hanya menganggukkan kepalanya. Aku tertawa karena jawaban apapun yang ia berikan tidak akan menjadi masalah bagiku. Wajar saja kalau dia tidak melihat perbedaan, sejujurnya memang semua lip products yang aku punya warnanya sangat mirip satu sama lain. 

"Katanya ini tahan lama, transfer-proof juga." lanjutku lagi menjelaskan kelebihan dari produk baru yang aku gunakan, padahal aku yakin dia tidak butuh informasi ini sama sekali.

"Transfer-apa? Apaan tuh maksudnya?"

"Jadiii, ini tuh tahan lama. Terus ngga geser geser, ngga nempel gitu loh. Kayak biasanya suka nempel di sedotan atau pinggir gelas." jelasku dengan detail pada Samudera yang kini jadi serius memperhatikan aku.

Aku mempraktekannya dengan menempelkan bibirku pada bagian atas tangan kananku. Kemudian aku menunjukkannya tepat di depan wajah Samudera.

"Kayak gini nih. Ngga ada yang nempel kan?"

"Ooh gitu."

"Iya gitu."

"Berarti kalo aku cium ngga nempel ke aku ya?"

Pertanyaannya membuat aku langsung tertawa dengan sangat kencang. Untungnya tempat ini sepi dan tidak dilewati banyak orang. Tidak perlu khawatir ada yang akan terganggu oleh suaraku. Aku masih belum bisa berhenti tertawa, bahkan saat dia meletakkan tangannya di depan mulutku agar aku diam.

Dengan susah payah akhirnya aku bisa berhenti setelah hampir satu menit tertawa. Tangannya aku lepaskan dari wajahku sambil masih tersenyum untuk menahan tawa. Dia mulai cemberut di saat aku sedang berusaha untuk menjawab pertanyaannya.

"YA GIMANA YA pertanyaan kamu ngga salah sih. Kalo untuk jawabannya, mestinya ngga."

"Sini, aku coba dulu kalo gitu."

Untuk kali ini aku tidak tertawa tapi langsung memukul lengan kirinya. "Coba coba emangnya makanan apa."

"Loh iya kan? Harus dibuktiin dia bakal kayak kata kamu apa ngga."

Aku tidak tahu dia sedang bercanda atau tidak, tapi aku pun mencubit pipinya karena merasa gemas dengan alasan konyol yang ia berikan. 

Aku segera mencari dan mengambil cermin kecil dari dalam tasku. Sekarang dia kembali memperhatikan aku dengan lekat, menunggu hal aneh apa yang akan aku lakukan lagi. Tanpa aba-aba aku pun mendekat untuk mencium pipi kirinya dengan cepat.

Hello, Hi.Where stories live. Discover now