PART 5

92.7K 3.6K 46
                                    

Tengah malam Aisyah bangun untuk sholat tahajud. Ia duduk sebentar menyenderkan punggungnya di ujung ranjangnya.
Setelah berdoa Aisyah turun ke bawah menuju dapur. Rasanya sangat haus. Aisyah butuh air putih sepertinya.
Kreeek....
Suara pintu kamar Aisyah berderit. Terdengar jelas karena malam ini sunyi. Rasanya tegang, setiap kali harus ke dapur harus melewati kamar mba Hana. Sering kali terpaksa Aisyah harus mendengar suara 'desahan' suara mereka menghabiskan malam.
Nadia to ai ai lope you
Woooiiii
Banguuun sholat jangan ngebo aja kamu!
Aisyah tersenyum membaca whatsapp dari sahabatnya yang satu itu.
Ai ai lope you to Nadia
Apaan sih. Aku udah bangun dari tadi kali! Emang kamu!
Nadiato ai ai lope you
Suami kamu dirumah ngga? Cek deh. Buruan penting bangeeet !!!!!
Aisyah heran, tapi penasaran juga. Dia mencari suaminya. Ke kamar mbak Hana. Ternyata dikunci dari luar.
“Pasti lagi keluar sama istri kesayangan...”  ucap Aisyah dalam hati. Aisyah tersenyum miris.
Nadia to ai ai lope you
Wooiiii!!!!
Pasti ngga ada kan??!! Sumpah aku mau cerita,  kamu kudu liat foto ini!! Asli!!! Aku liat suami kamu sama pembantu baru kamu itu!! Mereka mesra bangeeet. Aku lagi sama bang Azka, ada 2 susternya abang juga, ada mang Udin sopir abang Azka. Kamu sabar yaaa cintaaah...
Aisyah kaget membaca whatsapp dari Nadia.
'Aduuuh. Ngapain mereka sih? Kalo nyebar gini kan umi sama abi bisa dengar... haduuuh bisa ngga sih mesra mesraan itu liat tempat', Aisyah bergumam lirih, kali ini dia benar -benar gelisah.
Ai ai lope you to Nadia
Ngarang! Salah lihat kamu. Mas Fahri di dirumah.
Aisyah membalas pesan dari Nadia dengan berat hati. Dia mulai gelisah. Toh cepat atau lambat mereka pasti tahu. Apalagi ini sudah bertahu - tahun. Gosip perselingkuhan mba Hana dan Mas Fahri memang lama menyebar. Tapi Aisyah dan Mas Fahri selalu berhasil meredamnya.
“Apa yang dilakukan mas Fahri didepan umum? Apa memang sengaja go public?” Aisyah berfikir sejenak.
Hufft.....
Aisyah kembali menghembuskan nafasnya kasar. Rasanya lelah lahir batin.
Nadia to ai ai lope you
Nooh suami kamu! Tadi mau aku labrak. Tapi ditahan bang Azka. Buruan ke sini. Cafe depan rumah sakit bang Azka praktek Ai.
Aisyah tertegun. Air matanya luruh. Padahal dia sudah sering melihatnya langsung. Tapi rasanya masih saja sakit.
Aisyah tak membalas whatsapp Nadia. Dengan tangan gemetar dia mengirimkan pesan pada suaminya. Rasanya tak tahu harus berbuat apa. Biar saja suaminya yang akan menjelaskan semuanya kepada orang tua jika sampai mereka mereka tahu. Begitu fikir Aisyah.
Aisyah mengambil ponselnya lalu mengirimkan video kiriman Nadia pada Fahri. Lalu Aisyah mematikan ponselnya. Dan segera berwudhu. Aisyah segera melaksanakan sholat malam lalu membaca Al Qur'an seperti biasanya. Aisyah yakin akan ada banyak whatsapp dari Nadia nantinya. Biarlah.. dia belum ingin menjelaskan apapun.
Dan suaminya?? Bahkan Aisyah sendiri tak ingin membayangkan. Apa yang akan di lakukan suaminya. Dia sudah ada pada tahap lelah dan pasrah.
Ditengah Asyah membaca Al Qur'an dia mendengar derap langkah kaki. Pasangan halal itu mendekati tempat sholat. Rupanya mereka menunggu Aisyah selesai membaca Al Qur'an.
“Mas, udah lah nanti saja. Jangan diganggu,”  ucap Hana pada mas Fahri.
“Tidak Han, Aisyah jika baca Al Qur'an bisa sampai subuh. Dia bisa menghabiskan berjam - jam jika menikmati bacaannya,” jelas mas Fahri gusar.
Mas Fahri menepuk pundak Aisyah dari belakang
“Dek...,” panggilnya pelan.
“Shodaqollohul'adziiim.....” Aisyah mengakhiri bacaannya lalu menengkok kebelakang. Aisyah hanya tersenyum lalu mencium Al Qur'annya dan meletakkan ditempatnya. Aisyah menghadap suaminya dan mba Hana sambil melipat mukena tanpa berkata apapun, kemudian mencium punggung tangan suaminya.
“Dek, mas mau bicara,”  kata mas Fahri padanya. Terlihat jelas mas Fahri dan mba Hana gelisah.
“Kita bicara diruang tengah ya, dek,” ajak mbak Hana pada Aisyah.
Aisyah hanya mengangguk. Lalu mengikuti langkah mereka dari belakang. Hatinya mencelos. Rasanya berhadapan dengan merka membuat hatinya luluh lantah begitu saja.
“Duduk dulu, dek,” ajak mas Fahri.
Aisyah hanya menurut saja. Mereka duduk dengan posisi mas Fahri ditengah.
“Dek, dapat foto itu dari siapa?” Tanya mas Fahri to the point.
Aisyah hanya diam. Dia berusaha meredam suasana hatinya yang tak karuan. Dengan terus beristighfar dia mencoba menenangkan hatinya.
“Mas fikir tadi kamu keluar tanpa ijin dek,”  kata mas Fahri pada nya.
Aisyah menegakkan kepalanya kaget. Akhirnya air matanya lolos begitu saja. Bukan sakit karena foto itu saja, dia merasa sakit karena tak dipercaya suaminya.
Aisyah hanya diam. Dia merasa tak perlu menjelaskan apapun sekarang. Dia sudah dituduh. Karena yang membencimu tidaka akan pernah mempercayai pembelaanmu dan yang mencintaimu tak membutuhkan pembelaanmu  dan akan selalu percaya padamu.
“Mas, Zahra kan dirumah, berarti bukan dia yang merekam fotonya,” ujar mba Hana pelan.
Mas Fahri mengangguk, lalu memandang Aisyah lekat.
“Dapat dari mana foto  itu, dek?, kenapa kamu malah  menangis?” Tanya mas Fahri pelan.
Aisyah menghembuskan nafasnya pelan. Lalu mencoba meredam tangisnya. Aisyah kembali tersenyum.
“Aisyah dikirim temen. Kebetulan dia praktik malam. Jadi pas dia ke cafe. Dia kirim video itu. Sebaiknya mas Fahri menjelaskan semuanya. Mbak Hana ngga pantas disebut simpanan. Diperlakukan layaknya simpanan,” jawab Aisyah dengan suara serak. Lalu beranjak dari tempat duduknya dan pergi meninggalkan mereka.
“Dek, ini ngga mungkin. Gimana kalau mamah papah sampai tahu?!” Ucap Mas Fahri dengan suara sedikit meninggi.
Aisyah membalikkan badannya tanpa mendekat.
“Seharusnya mas Fahri lebih tahu. Ini bukan setahun dua tahun. Ini sangat lama. Seharusnya mas Fahri tahu dan menahan diri jika tidak ingin mamah papah tahu. Jika sudah begini terserah pada kalian. Aisyah lelah, Aisyah istirahat dulu,” ucap Aisyah pelan lalu melanjutkan langkahnya menuju kamar.
Aisyah menutup pintu kamarnya. Dia membaringkan tubuhnya di ranjang. 
Dia mengambil hp di nakas lalu mengaktifkannya.
Banyak telpon dan whatssapp dari Nadia dan suaminya. Lalu terdapat pesan dari nomor baru tak dikenalnya.
±62086...
Jangan lupa sholat malam. Cukup ceritakan pada Allah. Jangan berharap pada Makhluk-Nya. Tabayun dulu, dek.
Aisyah tersenyum. Itu nomor Azka. Dia selalu memanggilnya ai ai lope you. Dokter syaraf yang satu itu memang agak sarap menurut Aisyah. Selalu bertingkah konyol yang selalu membuatnya tertawa.
Aisyah tak berniat membalas pesan siapapun. Dia kembali meletakkan hpnya dinakas. Aisyah melirik jam dinding di kamarnya. Masih jam 3 dini hari. Masih ada sekitar 2 jam untuk dia tidur barang sejenak.
Aisyah mencoba menutup matanya. Tapi lagi - lagi gagal. Suara ketukan pintu memaksanya kembali membuka mata. Dia kembali memakai hijabnya.
Aisyah membukakan pintu. Ternyata suaminya di depan pintu.
“Dek, tolong bilangin temen kamu buat jaga rahasia ini yah. Mas ngga mau mba Hana kenapa – napa,”  kata mas Fahri dengan nada khawatrinya.

Rasanya sakit, pernahkah mas Fahri sekhawatir itu pada Aisyah?
'Aku mencintaimu.. sangat...
bahkan saat kau lagi dan lagi
menorehkan sayatan luka pada diri ini tanpa engkau sadari.
.mungkin saja kau sadar,
hanya aku membohongi diri untuk menenangkan hati ini..'

AISYAH WEDDING (END)Where stories live. Discover now