PART 35

78.9K 4K 144
                                    


hayooo yg mau hujat Fahri masuk lapak sini.....hihihi


"Pastikan gedung pernikahan steril dari dua orang ini. Saya akan pecat kalian jika mereka sampai lolos mendekati area gedung,"  kata abi tegas pada salah satu anak buahnya. Kali ini kesabaran abi benar-benar habis. Tidak ada lagi bersikap baik pada lelaki yang membuat putri mahkotanya sampai trauma berat bahkan sering delusi beberapa hari belakangan.

Feeling abi sangat kuat,  abi yakin dengan Azka. Anak itu bahkan rela meninggalkan profesinya sebagai dokter syaraf padahal cita - cita sejak kecilnya, hanya demi mengurus perusahaan agar Aisyah tidak lagi bekerja.

Dilain tempat, Fahri sedang kalut. Dia terlihat makin kacau. Sering meracau tidak jelas, Hana masih dirumah sakit bersama lelaki yang masih berstatus sebagai suaminya secara negara. Fahri benar-benar kehilangan Aisyah. Mamah Fahri akhirnya turun tangan langsung mengurus Fahri.

"Sudah, Mas. Ikhlaskan saja. Sudah berapa kali mamah ingatkan kamu. Dan kamu bebal. Sekarang biarkan Aisyah menemukan bahagianya sendiri,"  kata mamah Fahri lembut. Siapapun yang melihat kondisi Fahri sekarang pasti akan merasa iba. Tubuhnya makin kurus, kantung mata yang tebal, rahangnya yang dulu mulus kini ditumbuhi bulu-bulu lebat, belum lagi bajunya yang terlihat kucel.

Mamah Fahri menangis melihat kondisi anaknya, kenapa terlambat menyadari cintanya? Pasti sangat sangat menyakitkan ditinggalkan wanita yang dicintainya. Apalagi Hana yang selalu di nomor satukan ternyata masih bersuami dan meminta Fahri meninggalkan Hana. Iya, putranya ditinggalkan dua wanita itu sekaligus. Meski Hana menemaninya hingga sekarang.

"Kamu perjuangkan Hana. Dia hamil anak kamu. Bukankah dia yang dulu kamu mau sampai menyakiti gadis sebaik Aisyah bertahun-tahun tanpa ampun?" Kata mamah.

Fahri masih terdiam, dia mengesap rokoknya dalam-dalam. Menahan lukanya sekarang.

"Ngga perlu begini. Kamu sudah dewasa. Berlakulah selayaknya pria dewasa! Jauhi Aisyah. Ikut mamah. Jangan macam-macam!" Perintah mamah Fahri tegas.

"Aku kangen kamu, Dek. Kenapa ngga pulang? Kamu masih latihan balap mobil? Biar mas jemput adek ya," gumam Fahri lirih.

Mamah Fahri kembali menangis melihat putranya. Ibu mana yang tega melihat putranya seperti ini. mamah Fahri memeluk putranya erat. Dia mengelus punggung anaknya lembut.

"Sabar, Dek. Jangan begini. Jangan bikin mamah takut. Mamah sendirian, Dek," kata mamah Fahri lirih.

"Aisyah ngga mau pulang, mah,"  adu Fahri dengan suara serak. Fahri benar-benar frustasi. Ada yang hilang saat Aisyah memutuskan pergi.

"Mas sudah bujuk dengan berbagai cara. Tapi... adek menikahi pria lain, mah. Adek marah besar, mas pantas dapat ini semua. Tapi sakit, mah. Rasanya sangat sakit. hiiikss..." Kata Fahri sambil menangis. Fahri terus meracau didekapan mamahnya. Layaknya anak kecil yang sedang mengadu mainan kesayangannya diambil orang lain.

"Ikhlaskan semuanya. Fokus pada apa yang kamu miliki. Jangan sampai kamu kehilangan anak dan istri untuk kedua kalinya mas. Jangan sampai kamu menyesal lagi,"  nasehat mamah Fahri bijak.

Fahri tersadar, dia beranjak dari tempatnya. Kini dia teringat Hana. Istrinya yang sudah dia abaikan. Bahkan dia abaikan meski lelaki lain mendekati Hana terus.

Fahri berdiri dan setengah berlari meninggalkan tempatnya. Dia harus menemui Hana. Harus...

"Mas mau kemana?!!" Teriak mamah Fahri saat anaknya berlari menjauh.

"Hana, mah!" Teriak Fahri lantang.

Fahri mengambil kunci mobilnya lalu berjalan dengan kecepatan tinggi menuju rumah sakit tempat Hana dirawat. Kali ini dia ngga boleh kehilangan keduanya. Karena kecepatan sangat tinggi, Fahri tidak sadar didepannya ada truk melintas. kilatan lampu truk terpancar menyilaukan matanya. Fahri berusaha mengelak, namun gagal.

Braaaaaaaaaak!!!!!!!!!

Suara hantaman keras memekakan telinga. Mobil yang dikenakan Fahri ringsek. Tubuh Fahri tergencet didepan kemudi. Darahnya bercucuran hingga memenuhi seluruh bajunya.

Kilatan bayangan masa lalu seakan berputar ulang. Suara isak tangis Aisyah setiap malam menggema ditelinganya, senyum tulus yang selalu diabaikan terekam jelas di depan matanya. Tatapan sendu setiap kali Aisyah melihat Fahri mencumbu Hana diruang tengah tergambar jelas sekarang. Fahri limbung, pandangannya mengabur.

"Ma-af... Ma-af. A-Ai-syah..." Kata Fahri terbata hingga akhirnya matanya tertutup selamanya. Fahri meninggal di tempat kejadian.

Orang-orang berdatangan bermaksud menolong. Polisi mulai berdatangan. Evakuasi jenazah Fahri berjalan hampir dua jam. Kaki Fahri telah hancur tak berbentuk.

Polisi membawa jenazah Fahri dengan kantong jenazah yang telah disiapkan. Jenazah Fahri dibawa menuju rumah sakit terdekat untuk diotopsi.

"Lapor komandan! tidak ditemukan tanda pengenal apapun di dalam mobil maupun jenazah korban," lapor salah satu polisi kepada komandannya.

"Catat plat nomor mobilnya. Cari tahu pemiliknya,"  jawab komandan tegas.

"Siap komandan! Laksanakan!"

Sedangkan Hana dirumah sakit kini dalam kondisi sangat kritis. penyakit kanker yang menggerogoti tubuhnya tak memberikan ampun lagi. Tangis pilu suami Hana menggema dirumah sakit.

"Ma-mas. To-long- sam-pai-kan... ma-afku pa-da Zah-ra. Ber-ba-ha-gialah. Ma-af te-lah menge-cewa-kan-mu. I-Love-you," ucap Hana terputus-putus.

Hana dibantu suaminya untuk mengucapkan dua kalimat syahadat. Tangis suami Hana pecah. Setelah sekian lama terpisah, akhirnya harus terpisah lagi untuk selamanya. Hana meninggal dunia dengan air matanya. Air mata penyesalan belum mendapat maaf dari Aisyah sampai ajal menjemputnya.

"HANA!!! BANGUN HANA!!! BANGUN!!!"  Teriak suami Hana dengan air mata membanjiri pipinya.

Mamah Fahri jatuh pingsan berkali-kali saat mendengar berita kecelakaan anaknya yang merenggut nyawa putra kesayangannya. Sepanjang hidupnya alasan dia tetap berjuang, alasan dia tetap hidup adalah Fahri. Putra kesayangannya. Namun, kini Allah lebih dulu mengambilnya dengan cara begitu mengenaskan. Lalu apa lagi alasan dia tetap hidup?

Tubuh mamah Fahri limbung, air matanya luruh. Ini sakit tapi tidak berdarah.

"Mas, mamah sudah bilang. Jangan pernah tinggalin mamah seperti papah kamu. Kenapa kamu malah pergi dan ngga pulang lagi? Lalu mama bagaimana? hiikss...hiksss,"  kata mamah Fahri dengan tangisnya yang pecah. Rasanya kini dunianya runtuh. Senyum anaknya, wajah manjanya, wajahnya saat serius bekerja masih tergambar jelas. Dia putra kebanggaannya.

"Mamah sayang kamu. Sudah berkali-kali mamah bilang. Hati-hati dalam bertindak. Kenapa kamu ngga dengar ucapan mamah?" Kata mamah Fahri lagi dengan suara serak.




'Berfikirlah sebelum bertindak. kita tak pernah tahu. Kapan ajal akan menjemput kita. Dan maaf belum tentu sapat kita kantongi saat tanpa sengaja menyakiti orang lain.

Hai dear...

selamat malam Indonesia. Jangan lupa vote, komen dan follow yaaah...
happy reading ...

AISYAH WEDDING (END)Where stories live. Discover now