PART 19

82.2K 4.6K 35
                                    

Pagi -pagi sekali, ternyata Fahri dan mamahnya berada di rumah abi Aisyah. Mamah Fahri sudah ditelpon uminya Aisyah bahwa Aisyah dirumah mereka sekarang.
Tok..tok..tok...
Suara ketukan pintu menggema hingga ke dalam rumah. Mbak Ndiroh asisten rumah tangga ummi Aisyah membukakan pintu.
“Assalamu'alaikum, bi,” kata mamah Fahri.
“Wa'alaikum salam. Silahkan masuk nyonya,” jawab mbak Ndiroh.
“Pak Zain dirumah bi?” Tanya Mamah Fahri.
“Iya bu. Tunggu sebentar ya,” jawab mba Ndiroh lalu pamit ke belakang memanggil tuannya.
“Tuan, ada nyonya Mareta dan tuan Fahri di depan,” kata mba Ndiroh.
“Ada apa pagi - pagi kesini? Iya bi kami kesana,” jawab abi Aisyah.
Abi mengajak anak dan istrinya menemui Fahri dan mamahnya di depan.
“Assalamu'alaikum abang, teteh,” sapa mamah Fahri.
“Wa'alaikum salam,” jawab mereka bersamaan.
Aisyah duduk  disamping umi dan abinya. Wajahnya menunduk. Rasanya sesak melihat lelaki yang di depannya sekarang. Rasa sakit itu menganga lebar.
Fahri mencium punggung tangan umi dan abi Aisyah. Lalu mengulurkan tangan di depan Aisyah.
Aisyah tak bergeming, membuat Fahri menarik kembali tangannya dengan mata berkaca.
“Ada apa?” Tanya abi to the point.
“Maaf bang atas semua perbuatan anak saya, rasanya saya bahkan tak punya muka untuk menemui kalian,” ucap mamah Fahri dengan nada penyesalan.
Abi Aisyah hanya diam, matanya menatap Fahri tajam. Sedangkan umi dan Aisyah hanya diam. Umi Aisyah memeluk putrinya.
“Maafkan Fahri, abi, umi,” ucap Fahri dengan nada menyesal. Matanya berkaca - kaca.
“Untuk apa minta maaf sama kami? Minta maaf pada istrimu,” jawab abi dingin.
Fahri menatap istrinya sendu. Air matanya sudah dipelupuk mata. 
“Maaf...maaf dek.maaf,” ucap Fahri berulang - ulang sambil menangis. Aisyah menangis. Dia tak tega melihat air mata Fahri.
“Maaf,” ucap Fahri dengan tangan menggenggam tangan Aisyah erat.
Aisyah menangis pilu. Dia benci karena tak pernah berhenti mencintai lelaki di depannya ini. Lelaki yang selalu membuatnya menangis. Lelaki yang tak pernah menganggap kehadirannya ada.
“Maaf, dek... maafkan mas,” ulang Fahri dengan suara serak.
Aisyah menarik kembali tangannya. Hanya isakan kecil yang terdengar.  Abi, umi dan mamah Fahri menatap mereka iba. Air mata umi Aisyah mengalir deras.
“Tidak perlu minta maaf. Aisyah tidak pernah membenci mas,” jawab Aisyah lirih.
Fahri mendongak lalu ingin memeluk istrinya. Diluar dugaan, Aisyah mengelak dan memeluk uminya erat sebagai tanda menolak. Fahri kembali menunduk dilantai. Dia sangat menyesal.
“Duduklah diatas,” kata abi Aisyah pada Fahri.
Fahri mengalah, lalu duduk disamping mamahnya.
“Apa yang ingin kamu jelaskan?” Tanya abi dingin.
“Maaf abi. Sa-saya telah menikah lagi. Saya seminggu ini mencoba menata hati kembali. Saya ingin memulai dengan Zahra lagi dari awal. Tolong berikan saya kesempatan kedua. Zahra akan saya jadikan satu – satunya,”  kata Fahri memohon.
Abi memandang Aisyah, umi masih terus menagis dan memeluk putrinya.
“Ummi kecewa,” kata ummi Aisyah dengan suara serak.
“Maaf, ummi... maaf saya sangat menyesal,” ucap Fahri berulang.
“Aisyah, maafkan mamah,” kata Mamah Fahri dengan berurai air mata.
“Aisyah boleh bicara berdua dengan mas Fahri?” Pinta Aisyah kemudian.
“Selesaikan masalah kalian dengan kepala dingin,” nasehat abi.
Aisyah dan Fahri lalu berjalan menuju gazebo belakang rumah Aisyah. Aisyah dan Fahri duduk bersebelahan.
“Aisyah bisa mengerti jika maksud mas menghilang untuk menata hati,”  kata Aisyah memulai pembicaraan.
“Maaf, dek. Maafin mas,” ucap Fahri lirih.
“Tidak perlu minta maaf, mas,” jawab Aisyah dengan senyumnya.
Fahri bergetar melihat senyum Aisyah. Senyum yang selama ini selalu ditujukan untuknya. Meski jutaan kesakitan Fahri berikan padanya. Iya, dia Aisyah istri yang begitu sabar menerimanya.
“Aisyah tak pernah meminta apapun. Ijinkan kali ini Aisyah meminta satu hal pada mas,” kata Aisyah lirih.
“Apa?” Jawab Fahri dengan terus memandang Aisyah intens.
“Tolong jatuhkan talak untuk Aisyah sekarang,” ucap Aisyah dengan suara bergetar dan berurai air mata.
Fahri membelalak lalu memeluk erat kaki Aisyah.
“Mas mohon … maaf kan mas. Jangan tinggalkan mas, dek,” ucap Fahri terisak.
“Jangan begini, mas. Bangun,” kata Aisyah dengan air mata terus terurai. Fahri tak bergerak sedikitpun.
“Pukul mas, tendang mas, maki - maki mas sesukamu, dek. Tapi tolong jangan tinggalkan mas. Mas butuh kamu,” pinta Fahri.
Aisyah menangis. Sakit melihat orang yang dia cintai melakukan ini. Tapi sungguh, rasanya Aisyah sudah sangat lelah.
“Aisyah lelah. Aisyah mohon lepaskan Aisyah. Aisyah tahu mas bukan cinta Aisyah. Hanya rasa bersalah saja. Hiikss..hiiiks... tolong jangan persulit posisi Aisyah lagi. Aisyah bukan pilihan,”  jawab Aisyah memohon dengan suara serak.
Fahri terus menangis. Aisyah melihatnya iba. Aisyah terus menangis.
“Mas sayang kamu, dek. Jangan begini,” kata Fahri memohon. Aisyah tak menjawab, hanya air mata yang mewakili hancur hatinya.
“Jika kemarin mas sekedar menanyakan Aisyah, maka Aisyah kembali. Tapi mas disibukkan dengan mba Hana,”  ucap Aisyah parau.
“Mas minta maaf. Mas mohon dek,” Fahri kembali memohon. Aisyah kembali terisak.
“Tolong. Lepaskan Aisyah,” kata Aisyah lirih lalu meninggalkan Fahri sendiri.
Aisyah berlari menuju kamarnya. Membiarkan para orang tua yang menatapnya iba. Dengan air mata bercucuran Aisyah memasuki kamar dan menutupnya. Aisyah menangis, tubuhnya jatuh dilantai. Menangis dengan membenamkan kepalanya dilututnya.
“Hiks...hikss … hikss...” Aisyah masih terus menangis.
Fahri berlari menuju kamar Aisyah. Didepan pintu Fahri menggendor pintu kamar Aisyah.
'Tok… tok …tok ...
“Dek, mas mohon jangan begini... Mas mohon,” Fahri terisak dibalik pintu kamar Aisyah.
Mereka menangis bersama. Tubuh Fahri merosot ke lantai. Rasanya tulang kakinya tak sanggup lagi menahan sesaknya.
“Dek, mas mohon...”  Fahri terisak dengan terus memohon.
Tubuh Aisyah semakin bergetar, dia menangis hebat.
“Hikks...hiiks...hiiikss....”






'Aku melepasmu...
aku lelah berjuang sendiri.
Tapi kenapa rasanya sesakit ini melihatmu terluka??
Aku terlalu mencintaimu.. sangat...
melihatmu menangis membuatku semakin hancur...

AISYAH WEDDING (END)Where stories live. Discover now