PART 30

89K 4.4K 38
                                    

Pagi - pagi sekali, Aisyah terbangun dari tidurnya. Namun perutnya merasa berat, Aisyah mengerjapkan matanya. Matanya membelalak kaget, bang Azka tertidur pulas sambil memeluknya. Aisyah tiba - tiba saja jantungnya berdetak hebat. Ia sangat gugup. Darahnya berdesir, rasanya hawa panas menyeruak begitu saja.
Aisyah menyingkirkan lengan Azka dan berniat bangun. Tetapi gerakannya seakan mengusik Azka.
“Emmm....” Azka bergumam.
Aisyah kembali terdiam, rasanya tak tega mengusik Azka yang terlelap. Dia membiarkan posisinya demikian. Aisyah menatap suaminya.
“Ganteng banget sih, kamu,” bisik Aisyah lirih.
Aisyah membenarkan hijab yang menutupi rambutnya. Tanpa sadar Aisyah mengelus rahang kokoh milik Azka. Aisyah  tersenyum kecil. Azka mengerjapkan matanya. Dengan setengah sadar Azka mengecup bibir Aisyah sekilas.
“Ehm.. Ini mimpi nyata amat ya. Aisyah... kamu bener-bener bikin abang gila,” gumam Azka lalu menutup kembali matanya.
Aisyah terkekeh kecil mendengar ucapan Azka. Hatinya menghangat mendengar ucapan Azka. Suaminya itu memang selalu berhasil membuat Aisyah tersenyum.
“Ba-bang, u-ud-udah su-buh', kata Aisyah gugup. Aisyah berusaha membangunkan Azka meski grogi bukan main.
Azka membuka matanya, lalu membulatkan matanya seketika.
“Ya Allah... ini nyata?” Tanya Azka kaget.
Aisyah semakin grogi, dia mengangguk cepat. Azka bangun dari tidurnya.
“Ya Allah... maaf mas ketiduran semalam, dek. Maaf… mas...”
Azka tersentak kaget, kemudian dia kembali teringat dia sudah menikahi Aisyah secara siri. Azka menghela nafas lega. Ternyata Azka tak melakukan dosa.
”Ba-bang ke-na-pa?” Tanya Aisyah terbata.
Azka tersenyum tipis. Tidak mungkin Azka bilang kalau dia tadi sempat lupa sudah menikahi Aisyah. Bisa ngambek nanti istrinya.
“Abang hanya takut Ai kecewa. Kan katanya kita pacaran dulu,”  jawab Azka berusaha tenang.
Aisyah tersenyum lalu menundukkan pandangannya.
“Ai mandi dulu ya, bang. Kita siap - siap sholat,”  jawab Aisyah.
Aisyah bangun  tapi langsung ditarik Azka. Azka mencium kening Aisyah lama lalu berlalu meninggalkan Aisyah yang mematung karena perbuatannya. Aisyah mengedipkan sebelah matanya sebelum menutup kamar Aisyah.
Jantung Aisyah berdetak cepat. Rasanya kupu -kupu berterbangan dari dadanya. Aisyah memegang keningnya, rasanya lembutnya bekas bibir Azka masih terasa. Aisyah bergegas bersiap melaksanakan sholat subuh.
Selesai sholat, Aisyah turun ke bawah dan berniat memasak membantu umminya.
“Assalamu'alaikum, mi,” sapa Aisyah.
“Wa'alaikum salam. Mau bantu ummi, dek?” Tanya ummi lembut.
Aisyah tersenyum malu - malu. Azka dan abi berjalan terlihat bersiap menuju masjid.
“Abi sama Azka ke masjid dulu, ummi, adek,”  kata abi lembut.
Aisyah dan ummi mengangguk dan tersenyum hangat.
“Assalamu'alaikum,” ucap Abi dan Azka bersamaan.
“Wa'alaikum salam. Hati – hati,”  ucap ummi.
Ummi dan Aisyah melanjutkan memasak saat abi dan Azka pergi ke masjid.
“Dek, ngelamun aja,”  kata ummi.
Aisyah tersentak kaget,
“Enggak kok, ummi,”  jawab Aisyah.
Aisyah masih terbayang bibir Azka yang menciumnya saat tertidur. Meski dalam keadaan tak sadar, Aisyah masih terbayang.
Wajahnya bersemu merah mengingat itu. Ummi tersenyum melihat putrinya. Ummi yakin Aisyah sedang jatuh cinta pada suaminya. Ummi bersyukur Azka memperlakukan Aisyah dengan sangat baik. Terlihat dari gerak gerik Aisyah.
“Ehem... kenapa merah gitu mukanya? Ada yang ummi lewatkan?” Goda ummi.
Aisyah tersenyum malu, lalu memeluk umminya erat. Aisyah menyembunyikan wajahnya di dada umminya.
“Hayoo... lagi jatuh cinta ya anak ummi? “ Tanya ummi lagi.
“Ummiiii.....”  rengek Aisyah manja.
Ummi terkekeh kecil. Ia begitu bahagia melihat putrinya kini mulai kembali seperti dulu. Aisyah merengek malu. Ummi tertawa bahagia melihat aksi malu - malu kucing Aisyah.
“ Ummi bikin Aisyah makin malu, ummi,” bisik Aisyah.
“Ummi bahagia melihat Aisyah sekarang,”  kata ummi.
“Nak, jangan pulang larut kaya semalam. Kasihan Azka kan. Ummi dengar dia ada operasi loh jam 6 nanti. Pasti dia ngga akan sarapan deh. Abis dari masjid langsung berangkat kerja. Apalagi dia ngga bawa baju kerja. Harus balik kerumah dulu. Muter balik. Capek banget pasti, dek,”  nasehat ummi panjang lebar.
Aisyah merasa bersalah pada suaminya.
“Maaf, ummi,”  cicit Aisyah.
Ummi tersenyum lalu melepas pelukan Aisyah. Ummi menatap Aisyah lembut.
“Minta maaf sama suami kamu, dek. Kamu harus bijak ya,”  kata ummi lembut.
Aisyah mengangguk. Tiba - tiba suara salam terdengar dari luar.
“Assalamu'alaikum”
“Wa'alaikum salam,”  jawab Aisyah dan ummi serempak. Aisyah mencium tangan Azka lalu mencium punggung  tangan abi. Begitupun ummi mencium punggung tangan abi.
“Maaf, ummi, abi, Azka langsung pulang. Ada operasi jam 6 nanti,” kata Azka sopan.
“ Iya. Hati -hati yah. Pasti sangat lelah. Kamu semalam tidur jam 2 loh, ka,”  kata abi.
“Ah, insya allah enggak bi,” jawab Azka.
Azka melirik istrinya. Aisyah tersenyum lalu bergegas mengambil teh jahe buatannya.
“Minum dulu, Bang. Sebelum berangkat,”  kata Aisyah.
“Terimakasih,”  ucap Azka lalu meminum tehnya hingga tandas.
Ummi dan abi pergi meninggalkan mereka menuju kamar.
“Abang berangkat langsung? Maaf Aisyah merepotkan abang,” kata Aisyah merasa bersalah. Azka tersenyum,
“Ngga papa. Kamu libur dulu ya, dek. Istirahat,” kata Azka.
Aisyah tak berani membantah suaminya. Ia mengangguk. Padahal pagi ini ada meeting dengan beberapa client.
“Terimakasih mendengarkan abang,” kata Azka lalu mencium kening Aisyah.
Azka bergegas berangkat kerja, dia berpamitan pada ummi dan abi. Aisyah mengantar Azka hingga depan rumah.
“Hati – hati, abang,” kata Aisyah.
Azka tersenyum, tiba - tiba ummi membawakan bekal untuk Azka.
“Dek, kamu ikut bang Azka kerja aja. Ini suapi Azka dimobil. Kasihan loh,” kata ummi khawatir.
Aisyah mengangguk dan menuruti permintaan ummi.
“Iya ummi. Abang, Ai bo-boleh ikut?” Tanya Aisyah terbata.
“Nanti merepotkan Ai,”  kata Azka.
“Eng- enggak kok,” jawab Aisyah.
Abi memberikan tas selempang milik Aisyah.
“Ngga perlu ke dalam. Ini udah abi ambilkan. Hati – hati,”  kata abi.
Aisyah dan Azka pamitan lalu masuk ke dalam mobil. Azka fokus menyetir, Aisyah membuka bekal buatan ummi lalu menyuapi Azka. Sedikit canggung, karena ini pertama bangi mereka.
“Kamu makan juga, dek,” kata Azka memecahkan kesunyian.
“Iya,”  jawab Aisyah lalu menyuapkan nasi ke dalam mulutnya. Aisyah dengan telaten menyuapi Azka yang fokus nyetir.
“Adek mau nunggu abang sampai pulang?” Tanya Azka.
“Terserah abang saja,” jawab Aisyah.
Azka tersenyum bahagia. Senyuman Aisyah terus terukir diwajahnya.
“Nanti di ruangan abang aja. Diatas saja. Disana ada kamar, dek,” kata Azka.
Aisyah mengangguk lalu kembali menyuapi Azka.
“Ah, abang mau bilang abi lah. Resepsinya dipercepat. Ngga sabar rasanya,” kata Azka lalu menatap Aisyah lembut.
Aisyah melotot tajam. Kemudian memukul lengan Azka gemas.
“Ish..malu – maluin, ih abang! Nanti digodain terus Ai. Ngga usah macam-macam deh! Orang undangan udah disebar. Acara bulan depan!” Gerutu Aisyah dengan bibir mengerucut ke depan.
Azka terkekeh melihat Aisyah. Menurutnya Aisyah sangat menggemaskan.
‘Bibirnya, dek.  Jangan menggoda abang,”  goda Azka pada istrinya.
Aisyah buru-buru menutup mulutnya. Lalu mengambil cadar di dalam tasnya dan segera memakainya.
Azka tertawa melihat Aisyah.
“Kamu manis, dek. Ah, abang rasa abang ngga bisa jauh dari kamu. Ngga kuat,”  kata Azka
Aisyah tersipu malu. Tiba - tiba Aisyah mematung melihat lelaki di depan rumah sakit. Sorot matanya terlihat kosong. Azka menyadari apa yang dilihat istrinya. Azka terdiam meredakan amarah.
“Apa kamu masih mencintainya, dek? Aku akan egois kali ini. Tolong jangan minta aku mengalah,”  kata Azka dalam hati.
Mobil azka berhenti. Azka keluar dari mobil. Aisyah masih mematung didalam mobil.
“Dek, ayo,”  ajak Azka. Aisyah tergagap lalu keluar mobil mengikuti Azka. Azka menggenggam erat tangan istrinya. Mereka berjalan memasuki rumah sakit.
“Za,”  panggil seorang wanita dari depan lobbi rumah sakit.
Aisyah terdiam. Dis mengeratkan pegangan tangannya pada Azka. Azka tersenyum ramah.
“Za, mba sama mas Fahri mau bicara,”  kata Hana lagi.
Aisyah masih terdiam, matanya kembali berkaca - kaca melihat mereka berdua. Luka lama itu kembali menganga lebar.
Mas Fahri terlihat begitu kacau sekarang. Baju lecek yang dia pakai, jambangnya yang tumbuh lebat, mata sayunya. Terlihat begitu menyedihkan. Aisyah merasa iba melihat Fahri.
“Dek, siapa lelaki ini?” Tanya  mas Fahri sambil menunjuk Azka.
Azka tersenyum sinis. Dia berjanji tidak akan melepaskan Aisyah pada lelaki plin plan seperti dia lagi. Sekalipun Aisyah sendiri yang memintanya.
“Saya suaminya,” kata Azka dingin.
“Enggak!! Ngga mungkin!! Zahra sangat mencintai saya!, ini pasti paksaan dari abinya!!!” Teriak mas Fahri frustasi.
Tubuh Aisyah bergetar hebat. Air matanya kembali mengalir deras. Dia sangat terluka melihat mas Fahri begitu menyedihkan. Hana menatap mas Fahri nanar.
Azka memeluk istrinya erat, lalu mencium kening Aisyah lembut.
“Saya rasa kami tidak ada urusan dengan anda. Saya ada jadwal operasi. Permisi',” kata Azka dingin lalu menggandeng Aisyah masuk kedalam.
“Dek, Zahra!! Adek!!!” Teriak mas Fahri berulang.
Aisyah menengok kebelakang dengan air mata berurai. Azka terus melangkah kedalam dengan rahang mengeras menahan marahnya.
Hana berurai air mata melihat mas Fahri begitu hancur. Bagaimanapu dia suaminya. Dia tahu, mas Fahri sangat kacau saat Aisyah memutuskan meninggalkannya.
Azka yang sudah tidak tahan mendengar teriakan Fahri langsung menggendong Aisyah ala bridal style. Aisyah tersentak kaget menerima perlakuan suaminya. Semua mata memperhatikan mereka. Azka membawa Aisyah keruangannya tanpa bicara sepatah katapun. Rasanya dia akan kembali membiarkannoperasi dilakukan oleh dokter joe lagi. Azka tidak mungkin melaksanakannya dalam kondisi seperti ini.
Azka memasuki lift dan menghilang dari pandangan mas Fahri dan Hana. Aisyah masih menangis digendongan Azka.
Azka terluka melihat Aisyah menangisi lelaki lain. Tapi sungguh, Azka tak bisa marah pada Aisyah. Semuanya lebur begitu saja saat melihat sosok wanita yang paling dia cintai.
“I love you,” bisik Azka lirih. Aisyah menatap suaminya intens. Dia merasa sangat bersalah sekarang.

AISYAH WEDDING (END)Where stories live. Discover now