PART 9

87.6K 5.1K 76
                                    

Ting.
Pintu lift terbuka di lantai 25 gedung itu. Fahri melewati meja sekertarisnya.
"Selamat pagi pak," sapa sekertaris Fahri ramah. Fahri hanya mengangguk. "Kosongkan jadwal saya sampai siang nanti yah. Saya butuh istirahat," kata Fahri pada sekertarisnya.
" Siap, pak," jawab sekertarisnya ramah.
"Jangan biarkan siapapun masuk ke ruangan saya. Katakan saja saya berada diluar," kata Fahri selanjutnya lalu masuk kedalam ruangan sambil terus menggendong Aisyah.

Sekertarisnya tersenyum ramah. Fahri masuk ruangan lalu meletakkan Aisyah di kamar khusus di ruang kerjanya. Meletakkan dengan sangat halus. Takut mengganggu tidur istrinya. Fahri ikut tidur dan memeluknya berhadapan. Terus memandangi wajah polos istrinya. Fahri tak kunjung memejamkan matanya. Takut jika dia memejamkan matanya maka bidadari di depannya ini akan hilang.
"Kamu sangat cantik sayang. Sangat...terimakasih atas bakti dan keikhlasan kamu selama ini. Jangan ada air mata lagi Zahra. Laa tahzan Zahra," bisik Fahri pelan pada istrinya. Lalu dia mengecup bibir Aisyah lembut. Hingga Fahri ikut terlelap dipelukan istrinya.

Tidak mereka sadari, diluar ruangan mereka sekertaris Fahri menelpon mamah Fahri untuk melaporkan kejadian tadi. Selama ini Tika, sekertaris Fahri yang memberi semua informasi tentang Fahri dan istri-istrinya pada mamah Fahri. Bos besarnya yang kini menggajinya 5 kali lipat untuk setiap bulannya.
"Assalamu'alaikum bu," sapa Tika di telpon.
"Wa'alaikum salam. Bagaimana Tika?" Tanya mamah Fahri to the point.
"Pagi ini pak Fahri membawa ibu Aisyah ke kantor bu. Bahkan pak Fahri membawa ibu Aisyah dalam gendongannya. Pak Fahri juga meminta saya mengosongkan jadwal sampai siang nanti bu," Tika memberi informasi lengkap pada mamah Fahri.
Di sebrang sana mamah Fahri tersenyum. Itu berjalan sesuai keinginannya. Aisyah gadis luar biasa. Dan dia akan membahagiakan Aisyah. Termasuk memisahkan dengan anak semata wayangnya si Fahri jika Fahri berani menyakiti Aisyah lagi.
"Terimakasih informasinya. Saya kesana sekarang," jawab mamah Fahri.
"Baik bu. Assalamu'alaikum," Tika menutup sambungan telponnya.
Selang beberapa menit mamah Fahri sampai di kantor. Semua menunduk hormat. Mamah Fahri langsung melesak masuk ke dalam ruangan Fahri. Jangan heran, mamah Fahri memiliki akses bebas masuk ruangan. Bahkan Fahri sang pemilik ruangan tidak pernah tahu ada pintu rahasia masuk ruangannya yang hanya mamahnya yang bisa membukanya. Karena pintu rahasia di tembok itu hanya terbuka dengan sidik jarinya.

Tak

Tak

Tak

Mamah Fahri memasuki ruang kerja Fahri. Lalu menuju kamar khusus di ruang kerja anaknya. Di dalam kamar, terlihat Aisyah dan Fahri tertidur lelap saling berpelukan erat. Mamah Fahri tersenyum,
"Sudah saatnya kamu bahagia Aisyah," gumam mamah Fahri lirih.

Dengan air mata menggenang dipelupuk matanya dia mengingat kejadian beberapa hari yang lalu, saat Aisyah menangis ketakutan karena pobhia pada petir dan hujan deras.
Flash back on
Malam itu mamah Fahri pulang dari Amerika. Dalam perjalanan dia melihat seorang gadis meringkuk di emperan jalan dekat kampus menantunya kuliah.
"Pak minggir sebentar," ujar mamah Fahri.
"Baik bu. Wah, maaf bu sepertinya itu nona Aisyah," tunjuk sang sopir dengan wajah khawatir.
Mobil langsung melaju cepat menuju pinggiran toko. Mamah Fahri keluar dari mobil. Hatinya teriris melihat Aisyah meringkuk seorang diri di halte di keadaan cuaca buruk.
Tubuh Aisyah menggigil, Giginya gemelutuk, wajahnya pucat pasi. Air matanya mengalir deras memperlihatkan luka, kecewa, ketakutan yang amat dalam.
Mamah Fahri memeluk erat tubuh menantunya.
"Ada mamah Ai, ada mamah," ujar mamah Fahri berulang - ulang sambil terus menghujani Aisyah dengan ciuman diseluruh wajah menantunya.
"Pak angkat dan bawa menantu saya ke dalam mobil," pinta mamah Fahri pada beberapa sopirnya yang selalu setia mengawalnya kemana -mana.
sang sopir langsung membawa Aisyah ke dalam mobil.
"kita ke rumah Fahri pak," ujar mamah Fahri sambil terus memeluk menantunya yang meringkuk ketakutan.
Air mata mamah Fahri mengalir deras. Ada sesak di dadanya yang tak dapat diungkapkan. Menantu sholihahnya di abaikan anak kandungnya. Rasanya dia gagal menjadi seorang ibu.
Mobil telah sampai di gerbang pintu rumah Fahri. Mamah Fahri memberikan kunci pada supirnya.
"Bukain pak. Tidak perlu mengetuk pintu," perintah mamah Fahri.
Setelah itu mamah Fahri keluar dari mobil dan masuk ke dalam rumah.
Sebelum masuk dia berpesan kepada supirnya.
"Pak jaga menantu saya. Pastikan selimutnya menghangatkan tubuh Aisyah," kata mamah Fahri lalu masuk ke dalam rumah.
Pak Sarto sang supir mengangguk.
"Baik bu," jawab pak sarto tegas. Saat di dalam rumah, betapa terkejutnya mamah Fahri saat mendengar suara desahan dan lenguhan dua anak manusia dari dalam kamar pembantu.
Air matanya mengalir deras. Anaknya sibuk dengan istri barunya. Dan Aisyah dibiarkan di luar kedinginan. Rasanya dia ingin mendobrak pintu kamar lalu menyeret keduanya.
Tapi kakinya seakan berubah menjadi jelly. Mamah Fahri terduduk dilantai dengan air mata terus mengalir deras. Terbayang wajah ketakutan menantu kesayangannya di pelupuk matanya.
Suara pintu kamar terbuka. Fahri dengan pakaian yang sudah lengkap dan keringat membanjiri tubuhnya keluar dari kamar pembantu dirumah itu. Tubuhnya menegang melihat memahnya menangis di lantai.
"Ma-mamah... ka-pan s-sam-pai?" Tanya Fahri terbata.
Mamah Fahri tak menjawab. Air matanya terus mengalir deras. Dia akhirnya memergoki anaknya bermain gila dengan wanita lain seperti yang dilakukan mantan suaminya dulu. Dia tahu, bagaimana penderitaan Aisyah yang sangat mencintai suaminya tapi selalu diabaikan meski Aisyah selalu menjalankan kewajibannya sebagai seorang isrti dengan baik. Tapi menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri, itu lebih menyakitkan.
"Kamu ceraikan Aisyah! Mamah berikan seluruh harta mamah untuk Aisyah. Saya pastikan kamu tak akan mendapatkan sepeserpun Fahri! Air mata menantu mamah terlalu berharga untuk manusia terkutuk seperti kamu!" Teriak mamah Fahri hingga memenuhi seluruh ruangan.
Hana kaget mendengar teriakan mamah Fahri. Lalu bergegas keluar. Hana menunduk ketakutan.
Mamah Fahri menatap mereka tajam. Amarah terlihat sudah menguasainya. Fahri berusaha menggapai kaki mamahnya. Dia memeluk kaki mamahnya dan menangis.
"Mah, ini tidak seperti yang ada dipikiran mamah. Fahri sudah menikahi Hana mah. Fahri tidak berzina," ujar Fahri sesegukan.
"Aisyah akan bersama saya," ujar mamah Fahri lalu meninggalkan mereka.
Fahri melihat mamahnya keluar dengan tatapan nanar. Dia tak ingin menyakiti mamahnya. Sungguh... Mamah Fahri keluar rumah lalu masuk mobil dan meninggalkan rumah itu. Dia membawa serta menantunya menuju Singapore tempat suaminya berada.
Flashback off
Mamah Fahri menghapus air matanya. Lalu mengambil hp di dalam tas dan memotret anak dan menantunya yang berpelukan erat. Mamah Fahri tersenyum puas. Lalu mengirimkan foto itu pada suami dan grup keluarga besarnya.
Dia sengaja melakukan itu agar semua tahu kebahagiaan Aisyah sekarang. Iya, Aisyah berhak atas suaminya. Aisyah harus bahagia......
' Ku Sambut mentari dengan senyummu.
Laa tahzan.... Allah ma'ana....

AISYAH WEDDING (END)Where stories live. Discover now