ekstra part-1

88.8K 3.7K 24
                                    

Seminggu sudah acara resepsi pernikahan Aisyah dan Azka selesai digelar. Kini mereka telah pindah ke rumah yang telah Azka siapkan beberapa tahun lalu sebelum menikah. Azka telah membeli sebuah rumah mewah yang sengaja akan ditempati saat menikah. Dan sekarang, Aisyah dan Azka telah menempatinya.

Azka tidak pernah membiarkan Aisyah mengerjakan pekerjaan apapun. Semua dikerjakan oleh pelayan. Hanya memasak yang masih sesekali dilakukan Aisyah. Itu saja masih dibantu pelayan.

Ummi  dan abi sangat bersyukur, Azka benar-benar  memperlakukan Aisyah seperti puteri raja.

Azka mengambil alih tugas Aisyah memegang perusahaan bersama abi. Rumah sakit kini di ambil alih oleh adik Azka satu-satunya.

Aisyah hanya sesekali membantu Azka saat mengharuskan suaminya ada tugas keluar negeri. Azka tidak pernah mau berpisah dengan istri tercintanya.

Lalu Fahri??
Aisyah dan Azka telah mengunjungi makamnya beberapa hari setalah perta pernikahan mereka.  Aisyah telah mengikhlaskan semuanya. Menjadikannya kenangan yang akan terus dijadikan pelajaran hidup.

Malam ini, Azka sedang memainkan gitar kesayangan istrinya. Mereka sedang berada di atas balkon rumah mereka. Sambil memainkan gitar, bernyanyi bersama.

Azka meletakkan gitarnya, dia lalu memeluk Aisyah dari belakang. Memejamkan mata, menikmati wangi rose di rambut Aisyah yang begitu memabukkan. Azka sangat menyukai harum rambut dan tubuh mungil Aisyah.

"Bang, bisakah kita seperti ini selamanya?" Tanya Aisyah berbisik sambil menyenderkan tubuhnya di dada bidang milik suaminya.

"Tidak, itu terlalu lama sayang," jawab Azka lembut.

Aisyah terdiam, mencoba mencerna jawaban dari suaminya. Lalu mendongakkan kepalanya ke atas menatap Azka.

"Insya allah kita akan terus seperti ini. Sampai nanti Allah mengambil nafasku yang terakhir. Apa itu cukup?" Lanjut Azka sambil menģecup puncak kepala Aisyah.

Aisyah tersenyum lega.

"Aamiin... Terimakasih buat semuanya abang," jawab Aisyah penuh haru.

Mereka menikmati malam dengan duduk di balkon kamar. Menghitung bintang dan tak jarang suara tawa mereka terdengar.

"Ai masih simpan gamis pemberian abang dulu? abang sampe kaget loh. Berarti badan Ai ngga berubah ya, Masih mungil," kata Azka sambil memainkan rambut Aisyah yang panjang.

Aisyah terlihat malu-malu, dia menunduk dengan wajah merah. Azka melihatnya lalu terkekeh kecil.

"Kamu selalu menggemaskan sayang," kata Azka sambil menarik hidung Aisyah.

"Abang.... sakit tahu," rajuk Aisyah.

Azka tersenyum lalu mengecup hidung Aisyah berkali-kali. Aisyah tertawa menerima perlakuan Azka. Dia merasa geli, belum lagi tangan Azka yang menggelitiki pinggangnya.

Aisyah tertawa sampai tanpa terasa tubuhnya sudah berada dibawah Azka. Nafasnya terengah -engah karena terus tertawa.

"Abang sampe mikir loh. Kebaikan apa yang abang perbuat sampai Allah memberikan istri seperti Aisyah. Rasanya luar biasa"

"Apa abang mencintai Ai?" Tanya Aisyah dengan tatapan teduhnya.

"Apa perlu Ai tanyakan lagi? Ai sudah tahu jawabannya," jawab Azka lalu mengeratkan pelukannya.

Rasanya jutaan kupu-kupu berterbangan diperut Aisyah sekarang. Perlakuan Azka yang kadang romantis, suka konyol, dan terlihat sangat berwibawa saat di kantor. Hai, jangan lupakan sifat manja yang sering keluar saat bersama dengan Aisyah.

"Dia Azka. Suamiku tercinta. Yang selalu membuat aku merasa menjadi wanita berharga. Seorang pria yang mampu membuat jantungku jumpalitan setiap berada didekatnya. Seorang pria dengan sejuta kejutan yang membuatku selalu jatuh cinta. Lagi... dan lagi....

Azka lelaki yang ternyata selalu mengirimkan note untukku. Lelaki yang mampu membuatku selalu tersenyum. Lelaki yang membuatku semakin mencintai Rabb-ku."

Aisyah

AISYAH WEDDING (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang