PART 7

89.5K 5.4K 247
                                    


Setelah selesai menyiapkan sarapan, Aisyah segera bersiap berangkat ke kampus.
"Hooaaam..."
Berkali - kali Aisyah menguap dan menutup mulutnya dengan telapak tangannya, dia menahan kantuknya. "Dek, kamu ngga usah ke kampus dulu. Tidur aja," kata mas Fahri lembut sambil mengambil makanan untuk Aisyah.
"Aisyah ada janji sama dosen, mas," jawab Aisyah sambil memejamkan matanya sejenak diatas meja makan.
"Dek, maaf mba ngrepotin kamu yah. Bawaannya pengen malas malasan aja nih. Maaf," ungkap Hana pelan. Aisyah hanya tersenyum lalu mengangguk.
"Mas antar ya. Ngga usah pakai motor. Bahaya. Sekalian mas ke kantor kan?" Tawar mas Fahri.
"Iya. Bahaya loh bawa motor ngantuk gitu,"kata Hana sambil membereskan bekas makan mereka.
"Iya deh. Nanti gampang pulang nebeng Nadia aja," ujar Aisyah. Aisyah dan Fahri menuju ke mobil. Hana hanya memandang dengan senyum sendunya.
"Eh, bentar ya dek,"
Fahri membuka kaca mobil sebelum meluncur.

"Ngga ke pasar Han?" T mas Fahri pada Hana yang sedang membuka gerbang rumah.
"Enggak. Lagi pengen dirumah aja. Boleh kan?'" Tanya Hana lagi.
"Oke,"
Fahri hanya mengangguk. Lalu berangkat setelah mengucapkan salam. Belum sempat Hana menutup pintu gerbang rumah ternyata mobil orang tua Fahri datang. Hana tetap diam di posisinya. Setelah mobil masuk, Hana menutup pintu gerbangnya. Sang empunya mobil keluar.

"Majikan kamu sudah berangkat?" Tanya Mama Fahri. Hana mengangguk,
"Iya nyonya. Silahkan masuk," ucap Hana pada mamah Fahri.

"Ngga perlu kamu suruh. Ini rumah menantu saya!" Tegas mamah Fahri ketus.
Dia melangkah masuk rumah diikuti Hana dibelakangnya.
"Duduk kamu, saya mau bicara!" Ujar mamah Fahri dengan nada tinggi. Hana sedikit gemetar. Pasalnya orang tua suaminya memang tidak pernah di Indonesia. Baru kali ini mamahnya datang tanpa memberi tahu sebelumnya. Hana duduk lantai depan mamah Fahri dengan kepala terus menunduk.
" Dengar yah. Saya jauh lebih sayang Aisyah menantu saya dari pada anak saya sendiri si Fahri," kata mamah Fahri tegas. Hana hanya diam dan mendengarkan.
" Saya bukan bodoh. Saya mendengar kamu menjadi simpanan anak saya .saya masih hanya diam. Sampai sejauh mana kalian berani menyakiti menantu kesayangan saya," lanjut mamah Fahri dengan volume suara yang menurun. Dia menghela nafas kasar.

" Kamu tahu diri yah! Jangan berperan seolah kamu pemeran protagonis! Menjadikan menantu saya seolah penjahat. Dengan berperan sebagai pembantu dirumah ini!" Seru Mamah Fahri. Kali ini dengan suara lantang.
"Aisyah gadis lugu dengan keikhlasan terbesar. Wanita sholihah yang tak pernah mendapat haknya sebagai istri," kata mamah Fahri dengan air mata berderai.
Hana mendengarnya menangis sesegukan. Baru kali ini dia mendengar dari mulut mamah Fahri, mertuanya. Dan ini sangat menyakitkan.
"Kamu itu hanya wanita simpanan! Dan kamu merebut semua hak Aisyah!" Seru mamah Fahri keras hingga lengkingannya memenuhi seluruh ruangan.
Hana menangis semakin sesegukan.tubuhnya gemetar hebat.

"Saya mau kamu sadar diri dengan penyakit kamu. Mata saya ada banyak. Saya kesini karena kamu keterlaluan menjadikan menantu saya babu selama sebulan ini!" Teriak mamah Fahri semakin keras. Air matanya mengalir semakin deras.

"Seluruh harta, aset, perusahaan dan segala kekayaan kami sudah kami berikan pada menantu kami. 100%. sebagai bentuk permohonan maaf kami karena kebodohan anak kami," kata mamah Fahri tegas. Hana terus menangis dan menunduk. Rasanya seperti dipermalukan begitu saja oleh mertuanya. Padahal dia adalah istri sah secara agama. Bukan selingkuh. Lagipula, pernikahan mereka disetujui Aisyah.

"Sekarang saya minta. Jadikan menantu saya satu-satunya dalam hidup Fahri. Atau jauhkan menantu saya dari Fahri. Buat dia menceraikan Aisyah. 6 tahun kalian menyiksa menantu saya tanpa ampun! kalian berdua mendzolimi Aisyah dan Aisyah selama ini hanya diam berusaha ikhlas. Kalian tahu dia terluka tapi hati kalian tertutup nafsu! Jauhkan mereka dan secepatnya saya carikan jodoh untuk menantu kesayangan saya. Bahkan saya malu menyebutnya menantu. Saya tidak pantas menjadi mertua malaikat seperti dia dengan perbuatan anak saya yang seperti binatang!" Tegas mamah Fahri.
Hana mendongak, air matanya mengalir deras. Dia melihat kesedihan, kekecewaan, derita di mata ibu mertuanya itu. Sebegitu sayangnya mertuanya pada Aisyah. Padahal Hana pun menantunya juga. Hana benar-benar tidak ingin menyakiti hati wanita lain, tetapi bagaimana jika hati telah menjatuhkan pilihannya?
"Hikss...hikss...hiks..." Hana tak sanggup berkata apapun. Air matanya mengalir deras.
"Tak perlu buang air mata buaya kamu depan saya. Menantu saya setiap malam menangis karena perbuatan kalian. Dia bahkan tak pernah disentuh suaminya selama bertahun - tahun. Kamu membuat anak saya menanggung dosa selama ini," kali ini suara mamah Fahri serak. Dia kehabisan tenaga. Air matanya mengalir deras.
Hana masih terus menangis.
"Sejahat itukah saya?" Ujarnya dalam hati. Dia terus menangis. Merasa bersalah atas semuanya. Bukankah dia membiarkan Aisyah mengerjakan semuanya agar suaminya lebih perhatian pada Aisyah?
Hana selama ini sengaja mendekatkan Fahri dan Aisyah agara mereka benar -benar menjalani pernokahan dengan semestinya. Karena umur Hana tak lama lagi. Dan yang pantas menjaga anak dan suaminya kelak hanya Aisyah. Mamah Fahri bangkit daei tempat duduknya lalu berlalu keluar dari rumah. Hana menagap punggung mertuanya dengan tatapan nanar.
"Sebegitu hinakah menjadi istri kedua?" Gumamnya pelan.

Hana mematung ditempat. Dadanya bergemuruh. Mengingat ciuman panas suaminya dengan Aisyah tadi pagi menyadarkan Hana. Sebegitu sakitnya Aisyah selama ini padanya?? Hana hanya melihatnya sekali. Dan rasanya sungguh menyakitkan. Padahal dia istri kedua. Bagaimana dengan Aisyah selama ini??
Ya Allah... Hana makin merasa bersalah. Harga dirinya terhempas jauh ke dalam jurang penyesalan.
"Saya harus membuat mereka benar - benar bersatu sebelum malaikat maut menjemput saya," gumam Hana lirih.
Hana mengidap penyakit serius. Sebuah kanker bersarang di hatinya. Umurnya tak lama lagi. Dia harus memperbaiki semuanya sebelum dia menghadap Allah..

'Saya egois.
Saya tak ingin berbagi cinta suamiku.
Tapi saya harus berbagi',

AISYAH WEDDING (END)Where stories live. Discover now