Delapan

13 0 0
                                    

Seringkali kita sembunyi dalam diam, sembunyi dari perasaan yang sesungguhnya. Seringkali kita menyangkal perasaan dan lari dari kenyataan.

-----

Clara mulai bisa berjalan seperti biasanya. Rasa sakit pada kakinya mulai berkurang. Ia dibantu Kevin menaiki satu per satu anak tangga di sekolahnya. Tadinya Kevin menawarkan agar ia menggendong Clara di punggunya, tetapi Clara menolak. Tak lama kemudian, Rico membantu Clara berjalan ketika ia baru tiba dari tempat parkir.

"Biar aku aja kak yang bantuin Clara sampe ke kelas," Rico menawarkan diri untuk membantu Clara. Kelas Kevin dan Clara berbeda satu lantai dan sepertinya sebentar lagi bel masuk akan berbunyi. Rico pikir, akan lebih baik jika Kevin segera masuk ke kelasnya dan Clara bisa ke kelas bersama dengannya.

Kevin menepis tangan kiri Rico yang dengan santainya merangkul adiknya. Ia bahkan memelototi Rico dan itu cukup membuat Clara tersenyum kecil. Baiklah, mungkin Kevin sekarang sedang bersikap seperti kakak-kakak lainnya ketika adik perempuannya sedang didekati laki-laki.

"Gak usah, gue bisa sendiri."

"Gak perlu kak, aku bisa jalan sendiri kok. Kakak masuk aja ke kelas, entar kakak telat."

Clara menyingkirkan tangan Kevin kemudian tersenyum pada Kevin. Ia akan baik-baik saja tentunya, selama ada Rico. Lagipula, ia memang sudah merasa lebih baik. Kevin kemudian berjalan pelan mendahului Clara dan Rico sambil sesekali menoleh ke belakang, untuk memastikan bahwa Rico tidak akan merangkul adiknya lagi seperti tadi.

"Bye," bisik Rico sambil melambaikan tangannya pada Kevin diam-diam setelah Kevin pergi agak jauh. Tangan kirinya kembali merangkul Clara.

"Mungkin suatu hari nanti tangan lu bakal dibikin terkilir sama kakak gue." Clara menepuk tangan kiri Rico agar melepas rangkulannya.

"Clara," panggil Rico ketika Clara berjalan mendahului nya.

"Ada apa?"

Raut wajah Rico berubah menjadi serius dan sedikit gugup. Kenapa dia?

"Hi," sapa Jackson yang tiba-tiba berdiri depan Clara.

Clara tampaknya sedikit terkejut karena Jackson muncul tiba-tiba di depannya. Ia tersenyum kecil, meski ia sendiri bingung kenapa Jackson selalu ada di sekitarnya dan bersikap ramah seperti itu.

"Kamu udah baikan?"

Clara mengangguk sambil tersenyum.

"Udah kok, kak. Aku udah gak apa-apa."

"Sekali lagi, maaf ya."

"Udahlah kak, gak apa-apa kok."

"Kalau gitu, aku masuk duluan ya."

Jackson melambai sambil berlarian kecil menuju kelasnya yang terletak di sudut lantai dua. Rico melirik ke arahnya dengan sinis. Ia berjalan maju beberapa langkah hingga sejajar dengan Clara sekarang.

"Dia kenapa sih? Suka banget gangguin elu."

"Dia gak gangguin gue. Dia cuma nyapa dan basa-basi doank," jawab Clara, meski sebenarnya ia juga merasa tidak nyaman dengan sikap Jackson.

"Maksud gue gangguin adalah, dia terlihat seperti," Rico tidak melanjutkan lagi kalimatnya.

"Apa? Kenapa?"

ImperfectWhere stories live. Discover now