Dua Puluh Lima

11 0 0
                                    


Have a good day in Heaven, Clar

------

"Tahu gak sih, air hujan itu kotor," tegur Rico pada Clara yang sedang menadahkan tangannya untuk merasakan air hujan yang baru saja turun.

"Ih lebay. Aku kan bisa cuci tangan abis ini."

"Kenapa kamu suka hujan?"

"Aku gak suka hujan."

"Trus kenapa kamu selalu terlihat excited gitu kalo hujan?"

"Suasananya."

"Suasana?"

"Kalo hujan, aku bisa mengingat kenangan-kenangan menyenangkan waktu dulu masih kecil."

"Waktu kakak lu gak segalak sekarang?"

Clara mengangguk.

Rico masih berdiri di samping makam Clara. Hujan mulai reda sekarang. Clara tidak kehujanan, rumahnya kini terlihat cantik dengan taburan bunga mawar putih kesukaannya.

"Ku rasa, Tuhan pengen aku mengingat kenangan menyenangkan bareng kamu. Makanya hari ini turun hujan, Clar."

Rico berjongkok. Ia mengelus nisan Clara sambil tersenyum.

"Tangan gue masih anget nih. Lu gak mau pinjem buat ngangetin tangan lu yang suka kedinginan itu?"

Kevin berjalan mendekat ke arah Rico. Ia kembali setelah mengantarkan oma dan mama ke mobil Jackson agar mereka bisa pulang bersama Jackson. Keadaan sudah jauh lebih baik sekarang. Semua orang berusaha melepas kepergian Clara dengan ikhlas. Ia ingat, Clara pasti akan sedih jika melihat orang-orang yang ia sayangi menangis dan bersedih.

"Dia sudah selesai dengan semua tugasnya di sini untuk membuat kita menjadi bahagia pernah mengenalnya," ujar Kevin pada Rico.

Rico mengangguk.

"Ayo pulang, Ric. Kamu juga belum tidur dari semalam," ajak Kevin.

"Have a good day in Heaven, Clar. I will always love you."

------

Jackson dan papa masih ada di rumah. Papa tampak shock dengan kepergian Clara yang mendadak. Kevin duduk di sebelah papa dan menggenggam tangannya.

"Selama ini dia pasti sering menangis merindukan papa dan papa gak ada untuknya. Papa belum sempat membayar utang papa karena meninggalkannya sendirian sepanjang waktu."

"Sejujurnya ketika Clara ketemu papa dan tahu papa baik-baik saja, dia udah bahagia. Ikhlasin dia biar Clara bisa tenang, pa," ujar Kevin pada papa.

Matanya tak sengaja menatap bingkai foto besar yang terpasang di sana. Clara bilang, ia ingin memasangnya di sana agar semua orang bisa melihat senyum cantiknya setiap pagi, bahkan saat dia tidak ada di rumah. Ternyata ini maksudnya ya, Clar? Semoga kakak bisa ikhlas juga ya, Clar.

Setelah papa dan Jackson pulang, suasana rumah semakin sepi. Mama, oma, dan tante Claudia sedang istirahat di kamar masing-masing. Kevin tahu, mereka juga pasti berat melewati dua hari ini. Tanpa Clara, rumah ini sepi. Tawanya, senyumnya, cara Clara memanggilnya "kakak", pelukan terakhirnya, semua terasa benar-benar menyakitkan untuk Kevin. Ia masuk ke kamar Clara. Kamar itu masih sama seperti saat terakhir Kevin melihat Clara sedang bersiap untuk pergi ke sekolah seperti biasa. Foto-foto nya bersama Rico, Christo, dan Riska, serta fotonya bersama Kevin dan Jackson tertata rapi di atas meja belajarnya.

ImperfectWhere stories live. Discover now