Enam Belas

15 0 0
                                    


Cara yang tepat untuk sembuh adalah dengan mengobati luka itu lebih dahulu, biarkan mongering, lalu tutup

------

Kevin beranjak dari tempat duduknya ketika ia melihat seseorang yang ia kenal berdiri di depan pintu kamar rawat Clara. Tangannya mengepal dan ia benar-benar benci ketika matanya mulai berair.

"Papa."

Pria yang dipanggil papa oleh Clara itu melangkah mendekat dengan senyum lebarnya. Matanya berkaca-kaca karena ia tampaknya merasakan apa yang Clara rasakan untuknya, perasaan rindu. Tapi, Kevin kemudian menghadangnya untuk melangkah lebih dekat pada Clara.

"Jangan pernah berani mendekat pada adikku."

"Kevin. Nak, papa minta maaf."

"Hanya itu? Hanya itu yang mampu papa katakan setelah bertahun menghilang?"

"Kevin."

Papa mencoba untuk memeluk Kevin tapi putranya itu melangkah mundur. Ia benci air mata yang tiba-tiba turun dengan deras. Clara beranjak dari tempat tidurnya.

"Selama 13 tahun, apa papa pernah penasaran tentang bagaimana aku dan Clara hidup? Aku cuma anak kecil yang begitu bangga pada papa sampai pada akhirnya aku melihat papa pergi dari rumah. Aku masih bangga pada papa yang selama ini ku cintai, yang tampak selalu hebat dimana ku sampai ketika papa meninggalkanku sendirian di taman bermain demi anak itu. Papa bahkan gak percaya kalo aku sama sekali gak mendorong Jackson. Maaf? Semudah itukah papa minta maaf? Kenapa harus menunggu selama 13 tahun? Kenapa harus menunggu hingga luka itu semakin dalam?"

Papa hanya diam mendengar kata-kata Kevin.

"Papa tahu, aku mungkin merindukan papa. Tapi aku sama sekali gak berharap melihat papa lagi selamanya dalam hidupku. Melihat papa membuatku membuka kembali luka yang ku tutupi selama ini. Melihat papa mengingatkanku pada kebanggaan, kekecewaan, dan kesedihan karena papaku yang hebat meninggalkanku."

Clara melangkah maju dan memegang bahu Kevin. Itukah yang selama ini Kevin rasakan? Mengapa ia tak pernah berbagi?

"Ketika kakak terluka, jangan pernah langsung tutupi luka itu. Kalau gak diobati dengan benar, luka itu bisa bikin kakak sakit semakin parah. Harusnya diobati dulu, dibiarkan mengering. Maka luka itu bisa sembuh meskipun meninggalkan bekas yang gak akan pernah hilang."

"Pergi dari sini."

"Kak."

"Clara."

"Kakak gak perlu menghadapi semua itu sendirian. Kita bisa berbagi."

Kevin masih menahan tangan Clara yang akan berjalan menuju ayahnya. Tolong, jangan Clara. Tapi Clara justru menarik tangan Kevin agar ia juga mendekat pada ayahnya.

"Setiap orang punya kesempatan kedua kan? Kak Kevin juga pernah meminta itu dariku. Kakak juga mendapat kesempatan kedua untuk memperbaiki hubungan kita kan. Lalu kenapa papa gak bisa?"

"Selama ini papa mencari nak. Tapi setiap kali papa meneleponmu, kamu gak pernah mengangkatnya. Papa tahu, semua ini mungkin terlambat. Papa tahu, semua ini menyakitkan. Papa memang tidak pantas menjadi ayah untuk kalian."

"Papa tahu, papa tetap ayah yang hebat buatku. Gak semua orang berani mengatakan kata maaf. Mereka yang pergi kadang gak tahu bahwa seharusnya mereka kembali pada tempat yang tepat. Tapi nyatanya papa di sini sekarang."

ImperfectWhere stories live. Discover now