Sembilan Belas

10 0 0
                                    

Cinta datang karena terbiasa

------

Clara tertawa kecil melihat tingkah aneh Rico hari ini. Makan di restoran klasik seperti ini dengan pakaian yang rapi bukanlah kebiasaan Rico. Laki-laki di depannya ini biasanya sibuk bercanda dan bicara hal tak penting. Tapi sekarang, Rico mendadak diam.

"Lu kenapa sih Ric?"

"Kok lu ketawa?"

"Lu lucu aja hari ini."

"Lucu kenapa?"

"Ya lucu. Biasanya kan kita kalo pergi makan es krim, makan bakso kesukaan lu, atau makan ketoprak pinggir jalan langganan kita. Trus lu pasti sibuk ngoceh gak berenti-berenti, nge gombal, ngomong apaan lah yang gak jelas. Kenapa lu mendadak diem? Mulut lu sariawan semua?"

"Lu gak suka di sini?"

"Gue? Suka-suka aja."

"Karena lu itu spesial buat gue, jadi hari ini gue pengen ngajakin lu makan di tempat yang sedikit lebih romantis."

"Spesial? Karena gue selalu rela dan sabar dirusuhin sama lu?"

Sebenernya lu beneran gak peka apa pura-pura gak peka sih, Clar?

"Mungkin."

Clara masih sama. Gadis itu tidak tampak terganggu, terkesan, atau merasa canggung. Ia tetap Clara yang bawel dan suka bercerita. Di hadapannya duduk Rico yang selalu mendengarkannya. Rico yang selalu ada, Rico yang tanpa ia sadari menyimpan perasaan yang lain untuknya.

"Clara gak akan pernah mau pergi sama orang yang gak membuat dia nyaman. Dia gak akan menjadi Clara yang bawel dan rame kalo dia gak bareng sama orang yang membuat dia nyaman. Gue dan elu sama-sama tahu itu. Ketika Clara menunjukkan setiap sisi itu di depan lu, itu artinya dia nyaman sama elu, Ric," ujar Riska pada Rico.

"Tapi dia bilang dia gak punya perasaan itu untuk gue, Ris."

"Dia bohong. Gue yakin itu. Ada sesuatu yang dia takutkan, jadi dia gak berani melangkahi batas itu untuk menyambut tangan lu. Yang lu perlu lakuin sekarang adalah, yakinin dia bahwa semua akan baik-baik aja. Elu yang harus membuatnya dia menyadari bahwa perasaan itu ada. Dengan begitu dia bisa berani melangkahi batas itu untuk menerima elu."

"Ric?" Panggil Clara.

Rico menyadari jika ia sedang bersama Clara sekarang. Sekilas, ia teringat kembali pada apa yang dikatakan Riska padanya dua hari yang lalu.

"Kenapa?"

"Gue tadi tanya, makan lu udah selesai?"

"Oh, udah kok."

"Lu kenapa? Ada sesuatu yang lu pikirin?" Tanya Clara dengan khawatir.

"Hmm, gak apa-apa."

------

"Gue emang gak bisa pake style kayak gini," ujar Rico melepaskan kancing kemejanya.

"Gue bilang juga apa."

Rico menggenggam tangan Clara yang seketika ditepis Clara.

"Biasanya lu mau gandengan sama gue."

"Ah itu. Gue kaget. Sorry."

Rico mengajak Clara untuk pergi ke taman yang ada di tengah-tengah restoran itu untuk menikmati udara segar dan suara air mancur yang ada di sana. Suara musik akustik terdengar pelan di telinga mereka.

ImperfectWhere stories live. Discover now