VI | SANSEVIERIA

2.9K 639 254
                                    


You won't chase me,
unless you love demon.

"HAAH??!! APA LO BILANG?! MAEㅡAPA???"

"Woi, Kak! Gue tuli beneran nih kalo lo teriak - teriak mulu!"

"TAPI ... INI ... SI TINKY WINGKY BILANGㅡ"

"Udah berapa kali gue bilang, GUE LAALAA!" Si rambut ungu berteriak gak kalah keras.

"BODO AMAT LO MAU JADI NUNU KEK TERSERAH!" Bian mengacak rambutnya gusar. "Sekarang Mae dimana, hah? Si dokter kampret itu bawa dia kemana?!"

"Hari ini kan pengumuman ujian kelulusan Mae, dan mereka rencananya mau ngerayain momen itu berduaan." Damia melipat tangannya di depan dada sambil menatap cangkir di hadapannya.

"Hah? Mae lulus?"

Hansel membenturkan kepalanya berulang kali ke meja karena gak kuasa menahan jengkel terhadap kelakuan Bian.

"Kabi-ku sayang, Adik kita Maura Sorendie, telah dinyatakan lulus oleh pihak sekolah. You don't even know that?" Pemuda itu tersenyum paksa sambil menjinakkan kepalan tangannya agar gak lolos ke wajah sang kakak.

Bian mengusap wajahnya, jiwa emosionalnya tiba - tiba muncul. "Sebentar ... gue mau nangis dulu. Gak, plis, gak usah nenangin gue."

Damia berdecak kesal, "siapa juga yang mau nenangin lo?"

Sementara Bian menenangkan diri di luar, Hansel dan Damia kembali berargumen.

"Heh, jadi Kakak lo beneran udah nikahin Adek gue dari sebelum ujian kelulusan? Kok bisa sih?"

"Katanya Mae sendiri yang nyetujuin kesepakatan kita. Kak Wino juga gak keberatan. Dengan mereka nikah, kesepakatan diantara kita berenam udah resmi berjalan kan?"

"Ya tapi jangan nikah sirih begini juga kali. Kasihan banget Mae kawin cuman sekali seumur hidup gak ada perayaannya sama sekali."

Damia menautkan alisnya bingung. "Hans, lo tahu kan kenapa kesepakatan kita bentuknya pernikahan?"

"Hm ... biar ... rahasia lo bertiga gak kita bongkar?"

Gadis itu menghela napas berat, entah sudah keberapa kali semenjak berhadapan dengan 2 lelakiㅡyang kini resmi disebut kakak iparnya.

"Great. You actually have no idea why."

"Tapi kalo sampe adek gue kenapa - napa, gue gak akan diem aja." Nada bicara Hans berubah serius. "Karena di permainan ini, gue lah secret character yang sesungguhnya."

Si gadis nyaris menyiram wajah tampan lelaki itu dengan air panas, tapi dia mengurungkan niatnya dan memilih untuk beranjak pulang.

"Ya ampun, lo masih nangis??"

Pemandangan yang disuguhkan saat Damia mencapai teras adalah pemuda berusia 20 tahun tengah menangis sesenggukan di sebelah tong sampah.

"Udah gue bilang, hiks, gue gak- gue gak butuh ditenangin ..."

"Pengen banget ditenangin? Gue di sini mau lihat lo nangis."

Predators Next Door [DAY6 Wonpil]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang