VII | OLEANDER

2.8K 608 345
                                    


Apa yang harus gue deskripsiin tentang Elite? Gelap. Gelap gulita kayak lagi ada pemadaman listrik bergilir. Gue bahkan gak ngerti gimana cara mereka bertahan hidup tanpa cahaya kayak begini.

Oh betul. Mereka kan vampir. Dan vampir seharusnya gak bisa kepapar sinar matahari.

Jangan tanya terus gimana si Om Winoㅡkarena dia vampir golongan langka. He lives as natural as the most human being.

Namun ada beberapa perubahan fisik pada Wino saat kita tiba di sana. Rambutnya berubah bronze, kilatan merah di iris nya semakin pekat, serta kulit yang memucat sampai garis - garis biru nadi nya terlihat jelas.

Kita gak bisa masuk ke wilayah Elite secara legal, jadi Wino mencari rute tersembunyi yang jaraknya lumayan jauh dari lokasi pertama kali elevator kita mendarat. Dan lagi gue kesusahan buat melihat sekitar saking gelapnya.

"Om, pelan - pelan dong! Gue kan gak kayak lo punya mata inframerah."

"Inframerah??"

Satu lagi yang berubah, ekspresinya. Semua deskripsi tentang 'Wino si Pemilik Senyum Matahari' lenyap sudah.

"Gue susah nih ngelihatin jalan, apalagi jalannya bebatuan gini. At least pegang tangan gue kalo mau buru - buru."

Dia tertawa, tapi bukan dengan suara tertawa riang yang biasanya. Dia kedengaran seperti psikopat. Damn, Elite switched him into demon!

Tiba - tiba Wino mencengkeram pergelangan tangan gue dengan kuat. "Kamu tahu kenapa saya selalu ngelarang kamu nyentuh saya?"

Dan gue gak bisa ngelepasin diri. "Sakit woi!!"

"Kalo kamu pikir vampir meminum darah, kamu gak sepenuhnya salah. Vampir yang tinggal di Elite memang mengonsumsi darah seperti manusia mengonsumsi alkohol. Candu. Namun vampir yang meninggalkan Elite akan perlahan terlepas dari candu itu, tapi,"

Pria itu mengikis jarak untuk membisik di telinga gue. "Mustahil kami kehilangan obsesi terhadap darah."

Pada detik itu juga tubuh gue merinding hebat. Gue berusaha ngelepas cengkeraman Wino, tapi gue kalah kuat. Sampai akhirnya dia ngeluarin pisau lipat dari saku jas, dan di situlah identitas aslinya terbongkar.

JANGAN - JANGAN GUE DIJEBAK MASUK KE SINI BUAT DIBUNUH?!!

"Om ... gu-gue istri lo! Lo gak muㅡAW!!!" I fell hard on the ground when he lets my hand go.

And shockingly, he didn't hurt me, but himself instead. Dia nyayat tangannya sendiri, tapi gak ada setetes darah pun yang muncul.

"OM WINO??!!"

"Sekarang kamu paham kenapa kami haus darah?"

"VAMPIR GAK PUNYA DARAH???"

"Bukan begitu. Selain lapisan epidermis lebih tebal, proses pembekuan darah kami juga 32 kali lebih cepat dari manusia. Itulah kenapa saat terluka, leukosit akan segera menghentikan aliran darah dan epitelium mengurangi gesekan antara darah dengan pembuluhnya sebelum mengeluarkan cairan."

Gue menarik napas panjang, "INTINYA VAMPIR PUNYA DARAH APA GAK?!"

Wino berjongkok lalu menyodorkan pisaunya untuk gue. "Jika tertancap lebih dalam mungkin saya akan berdarah."

Secara gak langsung si vampir tampan itu nyuruh gue ngelukain dia.

Gue segera merebut benda tajam itu dan menyimpannya di saku celana. Kekhawatiran gue seketika sirna saat Wino kembali tersenyum.

Predators Next Door [DAY6 Wonpil]Where stories live. Discover now