EPILOG

3.7K 524 262
                                    


Few years later ...

Gadis berambut blonde yang tengah terlelap dalam balutan selimut sehalus sutera baru saja siuman.

Sorot cahaya yang menyelinap dari balik kerai spontan membuatnya sadar akan sesuatu dan terbangun. Setelah beberapa kali menampar wajahnya sendiri, barulah dia percaya bahwa dirinya berada di kamar hotel.

"WHY THE HELL AM I HERE?!"

Tentu saja dia tidak ingat apapun. Pengobatan ekstrim yang dilakukannya sekitar 4 tahun lalu bersama seorang profesor dan doktor, membuat sistem memori otaknya terganggu. Ingatan jangka panjangnya nyaris lumpuh total, ingatan jangka pendeknya juga menjadi sangat buruk.

Itulah mengapa setiap kali tertidur, keesokan harinya dia sudah melupakan segalanya. Iya. Segalanya.

Suara sensor pintu kamar tiba - tiba terdengar dan ...

Cklik!

Seorang pria dengan stelan jas serba hitam serta masker penutup wajah baru saja menerobos masuk kamarnya, masih sambil berusaha mengatur napas.

"Kamu sudah bangun??"

Gadis itu menatapnya tanpa rasa takut secuil pun, lalu beralih mengangkat gagang telepon yang terletak di nakas sebelah ranjang.

"Gue hitung sampai 2 kalo lo gak keluar gue telepon keamanan."

"Tapiㅡ"

"Satu ... duㅡ" tepat saat jari gadis itu menekan tombol 1, si pria dengan sigap menerjangnya seperti harimau menerkam kura - kura, membuat gagang telepon malang itu terlempar entah kemana.

"WOI-"

"Selamat pagi dengan pelayanan kamar, ada yang bisa kami bantu?"

Pergelangan tangan si gadis ditahan dengan kuat sampai dia tak sanggup meronta. Pria itu hanya memberi isyarat suara agar mereka diam sebelum melepas masker wajahnya.

"Remember me?"

"Lo siapa? Lepasin gue!!"

"Nama kamu Maura Aldzeta, panggilannya Mae. Saya Wino Aldzrae, panggilannya Wino. Panggil sayang juga boleh."

Maura bergidik ngeri dan refleks menendang si pria yang nyaris meniban tubuh mungilnya.

"Lo yang bawa gue ke sini, hah?!"

"Hei, itu harusnya pertanyaan saya. Kamu semalam kemana gak bilang - bilang? Untung handphone kamu saya pasang pelacak."

"STALKER?!"

Semakin Maura berontak, semakin berani Wino mengikis jarak intim keduanya.

"I'll give you a hint," Wino menunjukkan cincin di jari manisnya.

Dahi Maura mengerut. "Lo tukang cincin?"

"Tukang ciㅡaishh. Coba lihat tangan kamu!"

Maura mengangkat tangan kanan nya dan tak nampak aksesoris apapun tersemat di sana.

Wino menghela napas kasar. "Lihat yang kiri!"

Gadis itu menutup mulutnya seakan shock saat melihat tangan kiri nya.

"Sudah ingat sekarang?"

"Tara~ gak ada apa - apa bosku~" Maura melambai - lambaikan tangannya di depan wajah pria itu. "Masih mau ngibulin gue?"

"ASTAGA, MAE! KAMU KEMANAIN CINCIN NIKAH KITA???" Wino kebakaran kumis.

"Pak tolong ya, gue ini bangun dengan keadaan tabula rasa."

Predators Next Door [DAY6 Wonpil]Where stories live. Discover now