X | DAPHNE

2.5K 546 138
                                    


17th of April '07,
The Great City of Sphene.

"Berita terkiniㅡhakim telah memutuskan untuk melepaskan kepala kepolisian negara kita, Jenderal Galen Sphene, dari jerat hukum serta berbagai tuntutan yang dilayangkan kepadanya."

"Permisi Pak, apa ada alasan hakim mencabut tuntutan anda?"

"Bagaimana nasib para korban, Pak? Apa tindakan yang akan anda ambil sekarang? Mohon dijelaskan."

Seorang pria paruh baya mengenakan jas yang tersemat lambang resmi kepolisian di dada kanan nya, berusaha keras menembus keramaian bersama pengawal - pengawalnya dari serbuan para reporter yang telah menanti di depan gedung pengadilan. Kerusuhan akan segera terjadi jika dia tidak angkat bicara.

"Sebelumnya saya berterimakasih kepada awak media, juga semua pihak yang sudah membantu saya selama menjalani penyelidikan. Keputusan dari Yang Mulia Hakim adalah mutlak, maka dari itu saya tidak perlu memberi banyak klarifikasi. Selebihnya mengenai para korbanㅡ" pria berstatus Jenderal tersebut menoleh ke sekitar, tampak mencari seseorang.

Beberapa jenak kemudian, seorang pria berkacamata, menggenggam sejumlah berkas, berlari tergesa - gesa untuk sampai ke sisi Jenderal.

"Dimana Dokter Hedelfinger?"

"Ah, itu ... saya tidak tahu, Pak."

Jenderal Galen menghela napas gusar sebelum melanjutkan. "Mengenai para korban, pengacara kami yang akan menerangkannya."

Pria berkacamata itu berdeham, membenarkan dasi, lalu mulai membacakan salah satu kertas yang kini digenggamnya tinggi - tinggi.

"Menurut hasil pemeriksaan medis, 3 orang korban yang meninggal dunia di kantor kepolisian pusat minggu lalu adalah murni kecelakaan kerja, tidak ditemukan sebab - sebab lain. Maka tim investigasi dari kepolisian akan menghentikan pemeriksaan dan tidak melakukan proses autopsi demi menghormati jasad korban."

"Tapi saya dengar 2 diantara 3 korban memiliki luka tembak di kepala mereka. Apa itu benar??"

"Tidak. Itu ... itu disebabkan benda tajam yang menusuk bagian kepala mereka saat kecelakaan terjadi."

"Bagaimana dengan korban yang satunya? Bukankah tangannya nyaris terpenggal??"

"Dia ... mencoba menyelamatkan kedua rekannya ... iya."

"Bisa ceritakan pada kami kronologis lengkapnya??"

Pengacara itu menatap ragu petinggi yang kini berekspresi jengkel bukan main. Pihak aparat berbagi sinyal untuk menyudahi sesi wawancara sebelum segalanya terbongkar.

"Tolong minggir!" Para pengawal membuat barikade untuk si tokoh yang tengah fenomenal pada masa itu.

"Kami turut berduka terhadap keluarga para korban."

Sang jenderal menundukan kepala, menyembunyikan seringai nya dari sorot kamera. Pengacara itu mengikutinya, namun dengan wajah teramat frustasi.

"Diam di sana kriminal!"

"Jangan pikir kalian akan lolos semudah itu!"

Para wartawan spontan berbalik ke arah sumber suara di belakang mereka. Jenderal dan si pengacara sudah tahu pasti siapa pemilik suara itu.

Seorang wanita berambut sebahu menggunakan deerstalker hat dan trench coat cokelat, didampingi seorang pria tinggi dengan masker wajah serta leather jacket hitam.

"Saya Claudia Tira, dan rekan saya yang tentu saja kalian kenal, Zheo Sorendie, telah menemukan bukti bahwa ketiga korban tidak tewas karena sebuah kecelakaan."

Predators Next Door [DAY6 Wonpil]Where stories live. Discover now