3

153K 6.9K 284
                                    

Setelah dari ruangan Pak Yoga, Fera menyusul Jihan ke kantin. Disana ia melihat Jihan duduk di pojok sendirian sambil mememainkan ponselnya. Mungkin bermain game masak-masakan, entahlah namanya apa.

"Woi mbak, sendiri aja" seru Fera sambil duduk di kursi yang kosong di depan Jihan.

"Eh Fera, gimana tadi? lancar gak?" tanya Jihan.

"Emang lagi BAB apa, pake lancar-lancar segala. Muti kemana?"

"Rapat, biasalah. Lo abis dimarahin apa dihukum?"tanya Jihan sambil meminum orange jus nya.

"Enggak dua-duanya" ucap Fera dengan merebut orange jus milik Jihan, lalu meminumnya sampai tandas.

"Pesen sendiri dong, minuman gue kan jadi habis" omel Jihan.

"Gak kasihan apa liat gue, nih tenggorokan kering rasanya"kata Fera sambil memegang tenggorokannya.

"Emang diapain sama Pak Yoga? Jangan-jangan lo disuruh lari di lapangan ya, sampe haus gini" tebak Jihan.

Fera menggeleng pelan, dia menangkupkan wajahnya di meja kantin.
"Lo laper ya? Mau gue pesenin" tawar Jihan.

"Gak usah, gue udah kenyang" tolak Fera kembali menegapkan badannya.

"Emang lo udah makan? Belum kan" delik Jihan.

Sebenarnya Fera ingin menceritakan kejadian di ruangan Pak Yoga tadi, tapi setelah dipikir-pikir, mungkin Jihan tidak akan percaya dengan apa yang terjadi.

"Udah kok, gue tadi beli jajan di luar sekolah" ucap Fera bohong.

"Bukannya kita gak boleh jajan di luar sekolah ya?"

"Gue punya jurus, jdi gue gak ketahuan" ucap Fera.

Jihan mengacungkan jempolnya. "Lo emang pinter"

"Gue ke kelas dulu Ji, mau ikut gak? kalau enggak yaudah, gue duluan" ucap Fera berdiri dari tempat duduknya dan hendak beranjak pergi.

"Tunggu, gue bayar minuman dulu" teriak Jihan dan langsung berlari untuk membayar minumannya.

Fera hanya menghela nafas sambil menunggu Jihan membayar minumannya. Karena cukup ramai, jadi Jihan agak lama sedikit. Karena harus antre.

"Nama lo Fera kan?" tanya seseorang yang tiba-tiba berdiri di sebelah Fera.

Fera yang mendengar namanya disebut langsung menoleh ke samping dan mendapati laki-laki yang dia ketahui juga kelas XI tapi beda jurusan dengan Fera. Dan soal nama, Fera belum mengenal lelaki tersebut. Maklum siswa seangkatannya berjumlah ratusan, jadi dia tidak bisa menghafal satu-satu.

"Iya, kenapa?" tanya Fera balik.

"Enggak, gue cuma mau kenalan sama lo aja" ucap lelaki tersebut.

Fera mengangguk dan kembali melihat Jihan yang antre untuk membayar.

"Gue Reno, seangkatan sama lo. Sayangnya kita beda kelas, gue kelas XI IPS2" ucap lelaki itu.

"Gak nyangka gue, kok lo tahu ya nama gue" Fera terheran, padahal dirinya tidak populer. Tapi masih ada yg tahu namanya.

"Ya, gue udah tahu nama lo. Tapi gue bukan stalker, gue cuma mau kita kenal dekat aja " ucap Reno.

"Oh, boleh deh kalau lo jadi teman gue. Soalnya gue gak lagi nyari pacar"timpal Fera.

Reno menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Mungkin untuk mendekati Fera perlu belajar dengan seseorang yang pandai soal mendekati seorang wanita. Tapi kalau Fera benar-benar bukan jodohnya mau gimana lagi?

My Husband Is A Math Teacher Where stories live. Discover now