4

137K 6.5K 468
                                    

Fera cukup malas untuk datang ke sekolahnya, sejak perjodohan kemarin membuat ia enggan untuk bertemu Yoga. Untung pagi ini Fera diantar papanya, kebetulan Nando sudah berangkat sejak pukul 06.00 WIB. Jadi Fera lebih memilih diantar daripada dijemput calon suaminya. Eum calon suami? Mungkin kata-kata itu akan terus terdengar mulai hari ini.

"Belajar yang bener, jangan nakal." Adiwijaya mengehentikann mobilnya tepat di depan gerbang.

"Oke Pa, Fera berangkat dulu ya" pamit Fera sambil mencium punggung tangan papanya.

"Jangan lupa nanti sehabis pulang sekolah kamu samperin Yoga. Gak usah pulang dulu. Harus nurut kata calon suamimu itu. Awas kalau sampe buat ulah lagi."

Fera hanya mengangguk dan langsung keluar dari mobil. Setelah itu Fera berjalan menuju kelasnya sambil berhati-hati supaya tidak menabrak orang lagi.

"Oi Fera!" seru Jihan, ketika mendapati Fera masuk ke dalam kelasnya.

Fera tidak membalas sapaan Jihan, ia langsung duduk di sampingnya. Membuat Jihan menatapnya bingung.

"Pagi-pagi muka udah ditekuk aja, kenapa sih Fer? Cerita dong!"

"Lagi males aja" ucap Fera bohong.

"Yeeileh, males aja terus."

Fera menelangkupkan wajahnya ke meja, membayangkan saat hari dimana nanti ia bakal jadi istri seorang Yoga. Haruskah nanti jika ingin minum harus mengukur volume gelasnya juga. Sungguh merepotkan kalau itu benar terjadi.

"Ah gak-gakkk" gumam Fera ngeri membayangkan itu sontak mengundang perhatian Jihan yang sibuk memainkan ponselnya.

"Kenapa sih Fer, aneh banget?" tanya Jihan.

"Ehmm anu..eh itu, gue keinget film horor yang gue tonton tadi malem." Fera menyeringai supaya Jihan tidak terlalu curiga. Sahabatnya itu kalau tidak dibercandai sedikit mana mungkin bisa percaya.

"Nonton gak ajak-ajak sih."

"Hehe, lagian gue nontonnya udah malem banget. Lo pasti udah tidur" ucap Fera dengan mimik muka yang dibuatnya.

Nampaknya Jihan mulai percaya, namun baru saja Fera merasa lega Jihan kembali bersuara.

"Eh btw, sejak kapan lo suka nonton film horor?" tanya Jihan sambil meletakkan ponselnya di atas meja, terlihat dirinya tertarik untuk berbincang dengan Fera.

"Sejak lo ngajak nonton dulu." Duh, Fera bohong lagi. Padahal ia gak suka apapun itu yang berbau horor. Apalagi menonton film horor, bisa-bisa gak berani tidur sendirian.

"Oh ya? Kok gue lupa ya?"

Fera menatap malas ke arah Jihan yang sedang mengingat-ingat sesuatu. Terlihat dari gerakan matanya saja, Fera tahu kalau Jihan memang orang yang sangat penasaran.

Waktu telah berlalu kini bel pulang berbunyi.

Kringg..kringgg

Jihan menunggu Fera mengemasi bukunya di atas meja seraya merapikan rambutnya yang terlihat lepek. Jika dipikir, anak sekolahan itu terlihat melas ketika waktu pulang sekolah ya, udah muka jadi kusut banyak minyak. Kelihatan sangat tertekan sekali.

Beda lagi dengan murid yang bawa alat perlengkapan make up, udah pasti pulang-pulang disangka habis kondangan.

"Lo bawa mobil gak tadi?" tanya Jihan.

"Gak, gue diantar bokap." Fera menarik resleting tasnya untuk ia tutup. Akhirnya acara beres-beres nya selesai juga. Tinggal pulang.

"Bareng gue aja gimana?

My Husband Is A Math Teacher Where stories live. Discover now