PROLOG

9.7K 612 19
                                    

Hai, hai, hai...

Setelah menjadi salah satu pemenang untuk kategori Editor Choice dalam event GMG Hunting Writers 2021, kali  ini cerita ini mau kurepost ulang. 😁

Coba deh, kalian masih ingat sama cerita ini, nggak? 🤭

Baca lagi, yuk...

Salam sayang dari emaknya Arya dan Sasa.❤️

Nadhiro

💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐

"Nanti Bella akan menghubungimu," kata Haribawa Janied kepadanya melalui ponsel. Aryasatya Janied mengusap pelipis. Ia mendesah tak percaya. Kenapa kakeknya itu tidak pernah lelah menjodohkannya? Padahal lelaki yang sudah berusia delapan puluh tahun itu tahu kalau selama ini dia sengaja membuat masalah tiap kali acara perjodohan. Perempuan terakhir menolaknya ketika dengan meyakinkan Arya mengatakan suka berhubungan seks dengan menyiksa pasangannya terlebih dahulu. Rupanya perempuan itu masih normal, ia ketakutan dan meminta orang tuanya membatalkan perjodohan.

"Arya ... kamu dengar Kakek?" tanya Haribawa dari seberang telepon.

"Iya, Kakek," jawab Arya.

"Jangan buat masalah lagi, mengerti?!" pesan Haribawa yang jika tidak diiyakan, pasti akan ada tambahan ancaman. Entah tidak akan diakui sebagai cucu atau tidak akan menyingkirkannya dari daftar pewaris PT. Janied Utama Tbk. Artinya sama tak enaknya.

"Baik, Kek." Jawaban singkat Arya memberi efek yang tepat. Karena setelah itu kakeknya menutup telepon.

Lagi, Arya mengusap-usap pelipis. Pusing yang dirasakannya bukan hanya karena permintaan kakeknya, tetapi kondisinya saat ini memang tak terlalu sehat. Namun, demi menyenangkan Kakek yang tak bisa dibantah, ia harus mengabaikan itu. Dia akan menghadiri kencan yang sudah dirancang kakeknya. Lalu ia tinggal membuat masalah seperti biasanya. Dan batallah perjodohan itu.

Tatapan Arya menyentuh langit yang terlihat dari kaca jendela kantornya di lantai lima. Warnanya yang merah saga menunjukkan waktu magrib telah menjelang. Seringai licik tampak di bibirnya. Akan selalu ada cara untuk menolak perempuan-perempuan itu. Ia selalu membanggakan diri sebagai orang yang menghormati harga diri perempuan. Karena itu, ia selalu membiarkan gadis-gadis yang dijodohkan dengannya memutuskan hubungan terlebih dahulu. Kali ini pun sama.

Malam ini, Arya mengajak Ryan, sekretarisnya menuju ke Hotel Shamora. Tempat yang telah ditunjuk oleh Bella sebagai tempat kencan mereka. Hotel bintang lima itu berada di tengah kota. Tak terlalu jauh dari kantornya. Tak akan sampai setengah jam pasti sudah sampai di sana.

"Gila ya, tiap lo kencan, masak gue ikut repot," kata Ryan di balik kemudi. Sekretaris yang sudah lama akrab dengan Arya itu marah-marah, tetapi tak tega menolak permintaan atasannya.

"Tapi lo mau bayarannya. Bantuin teman pakai perhitungan," jawab Arya kalem, seolah apa yang dipermasalahkan Ryan bukan apa-apa.

"Biar lo ada tanggung jawabnya. Untung Vania ngerti kalau lo butuh bantuan. Lagian itu memang bukan tugas sekretaris, kan?" debat Ryan. Ia sebenarnya sudah sering protes, gara-gara tiap Arya kencan, dirinya pasti mendapat peran sebagai kekasih Arya. Untung Vania, istrinya itu juga mengenal Arya. Kalau tidak, habislah dia kalau dikira gay betulan.

"Cuma untuk plan terakhir, kalau plan lainnya nggak mempan. Itu juga baru sekali dipakai, kan?" Arya mengingatkan.

"Jijai juga kalau gue terus pura-pura jadi pacar lo. Gue normal, Bro!" Ryan terkekeh setelah mengatakannya.

I LOVE YOU -- Terbit -- Lotus Publisher Onde histórias criam vida. Descubra agora