07. Kalau Bisa Segera, Kenapa Ditunda?

5.5K 520 25
                                    

"Saya terima nikah dan kawinnya Xavera Zachira binti Dahlan dengan mas kawin uang satu milyar dibayar tunai." Kalimat itu diucapkan Arya dengan lancar di depan penghulu dan keluarga dekat.

Setelah akad itu, Sasa dituntun keluar oleh Shara dan Rani. Kebaya putih yang dikenakannya, semakin manis dengan kerudung brokat yang menghiasi kepalanya. Riasan yang tak terlalu tebal tampak cocok dengan keseluruhan penampilan Sasa. Kedua pendamping Sasa membawa gadis itu bertemu Arya yang telah resmi menjadi suaminya. Arya terpana, matanya tak berkedip. Ia harus mengakui kalau istrinya terlihat cantik. Namun ia juga harus menahan rasa mual di perutnya.

Sedangkan Sasa berjalan dengan menundukkan wajahnya. Shara tersenyum. Dia segera meraih tangan Sasa dan menuntunnya untuk bersalaman dengan Arya. Sasa terkesiap saat merasakan tangan Arya yang berkeringat. Namun itu tak berlangsung lama. Saat seorang kyai mendoakan mereka, Sasa konsentrasi kembali pada prosesi akad nikah mereka. Setelahnya Sasa mencium tangan suaminya untuk pertama kali. Lantas Arya mencium kening gadis yang telah menjadi istrinya. Ada desiran halus saat Arya melakukannya, dan itu membuatnya takut.

Meski sekilas, Sasa melihat ketakutan dalam sorot mata Arya saat mereka saling menatap. Sasa mengernyit. Ada apa?

Banyak mata yang menangis haru dengan pernikahan mereka, tanpa tahu apa yang direncanakan keduanya. Dahlan, Shara dan Hadi, Farel dan Rani, semua berharap kebahagiaan Sasa. Sementara mata Haribawa berkaca-kaca menyaksikan sakralnya pernikahan hari ini. Tak ada yang lebih diharapkan lelaki tua itu, selain kebahagiaan cucu kesayangannya. Ada banyak luka yang ingin dihapusnya dari hati Arya. Karena mungkin saja ia turut menyumbangkan luka-luka itu.

Setelah itu mereka menuju Hotel Shamora, tempat resepsi pernikahan diadakan. Meskipun Arya dan Sasa berada di dalam mobil yang sama, tak ada yang mencoba membuka suara. Semua berjalan sangat cepat. Haribawa tak mau menunda-nunda proses pernikahan, walaupun Arya protes kepadanya. Begitu mendapatkan kepastian dari Arya, ia langsung menghubungi Dahlan. Satu hari kemudian Haribawa langsung mengajak Arya melamar Sasa. Kemudian dalam pertemuan itu dicapai kesepakatan, pernikahan akan berlangsung tiga minggu dari acara lamaran.

Koneksi Haribawa yang membuat semuanya tampak sempurna meskipun mereka hanya mempunyai waktu tiga minggu. Pernikahan Arya dan Sasa tetap istimewa dan mewah. Di ballroom Hotel Shamora mereka menerima tamu lebih dari seribu orang. Kakek Arya itu banyak tertawa kepada para tamu, tampak lebih bahagia dari sang pengantin.

"Selamat, keponakan. Aku tidak tahu kalau akhirnya kamu berani menikah," ucap Abyasa, adik pertama Abimana, ayah Arya yang telah meninggal. Ia tersenyum kepada Arya dan Sasa. Namun Sasa yang belum mengenal Abyasa pun tahu, kalau senyum itu palsu. Dapat dipastikan paman Arya yang ini tidak menyukai suaminya.

Sedangkan Sabina, istri Abyasa dengan senyum angkuh mengatakan kepada Sasa, "Hati-hatilah, menjadi istri Arya bisa sangat berbahaya."

Meski merasa aneh dan tidak nyaman dengan ucapan Sabina, Sasa hanya tersenyum. Namun, ia merasa lega karena sepupu Arya cukup ramah dengannya. Raditya dan istrinya tampaknya tulus memberikan selamat. Bahkan Azura, sepupu Arya yang lain, memeluk Sasa erat.

Hingga kemudian datang adik kedua Abimana, Anjani bersama suaminya. "Semoga kamu tidak lupa apa yang terjadi pada orang-orang yang kamu pedulikan," bisik Rendra Dipta, suami Anjani. Wajah Arya seketika menegang. Dan itu tidak lepas dari netra Sasa yang teliti.

Sementara Anjani tidak mengucapkan apa pun, hanya bersalaman saja dengan Sasa. Tampak tidak peduli. Jika Sabina terlihat angkuh, Anjani lebih terasa dingin. Sasa seperti melihat Arya versi perempuan.

Bahkan sesi foto keluarga terasa menegangkan. Sikap paman dan bibi Arya membuat Sasa benar-benar tidak habis pikir, ada masalah apa di antara mereka.

Lalu Sasa dibuat melotot dengan kedatangan Ryan bersama seorang wanita cantik. Apa nanti Arya tidak cemburu, Sasa membatin. Ia melihat ke arah Arya, tetapi wajah lelaki itu terlihat seperti biasa. Tidak ada mata yang berkilat cemburu.

"Selamat, Bro!" seru Ryan sembari memeluk Arya erat. Sasa melihat dua lelaki itu bergantian, memerhatikan interaksi keduanya.

"Selamat, ya." Kemudian wanita cantik yang datang bersama Ryan ikut memberi selamat, setelah Ryan melonggarkan pelukan. Setelahnya, wanita itu cipika-cipiki kepada Sasa sambil berbisik, "Sepertinya kami harus berterima kasih sama lo."

Sasa melongo dan bertanya-tanya dalam hati maksud perkataan wanita itu. Belum habis rasa penasarannya, Ryan berkata, "Kenalin Sa, ini Vania, istri gue."

Sasa makin bingung. Ryan sudah punya istri yang sangat cantik? Apa Vania tahu apa yang terjadi antara Arya dan suaminya? Apa ia tadi berterima kasih karena sudah menjauhkan Arya dari Ryan dengan menikahi Arya? Pertanyaan-pertanyaan itu memenuhi kepalanya. Sasa memijit pelipisnya. Nanti kalau ia tetap mengizinkan Arya pacaran sama Ryan, ia berdosa, dong. Tiba-tiba perasaan bersalah menderanya. Semua sepertinya tidak berjalan sebagaimana rencananya.

"Kamu nggak pa-pa?" tanya Arya lembut, membuat Sasa sedikit kaget. Bukan pada teguran Arya, lebih kepada kelembutannya. Dan panggilan kamu.

"Itu beneran istrinya Ryan?" bisik Sasa bertanya. Arya mengangguk.

"Kamu nggak cemburu?" Sasa memutuskan mengikuti cara Arya. Lagi pula mereka suami istri. Lebih baik mereka memang saling memanggil dengan panggilan yang lebih akrab.

Arya hanya diam.

"Kamu berhubungan sama orang yang sudah menikah? Apa Vania tahu?" cecar Sasa lagi. Kali ini Arya terbahak-bahak. Tawa yang baru pertama didengarnya. Karena dari beberapa kali pertemuan mereka, laki-laki itu seolah tak mengizinkan tawa hadir di wajahnya.

Tawa itu menarik perhatian Haribawa. Lelaki tua itu tersenyum melihat tawa lepas cucunya. Sedangkan di sudut ruangan, saudara-saudara Arya tercengang. Sorot mata sebagian mereka seakan tidak rela jika Arya bisa tertawa bahagia. Dan mereka melihat Sasa sebagai ancaman. Karena telah berhasil mencairkan wajah dingin Arya.

"Itu urusanku," jawab Arya misterius, membuat Sasa merasa lebih penasaran.

**

Satu-persatu tamu telah pulang. Begitu pun keluarga kedua pengantin. Dahlan, Shara, dan Hadi memeluk Sasa setelah ikut pengantar Arya dan Sasa di kamar hotel tempat mereka menginap.

"Tolong jaga Sasa," pesan Dahlan kepada Arya seraya menepuk bahu menantunya.

Arya mengangguk dengan takzim.

Yang terakhir pulang adalah Haribawa. "Cepat kasih Kakek cucu," pesannya sebelum pergi.

Wajah kaku Arya yang langsung muncul tak luput dari pengamatan Sasa. Insting Sasa mengatakan ada yang disembunyikan Arya. Sesuatu yang besar, yang bukan sekadar tuduhan kelainan seksual. Rasa penasaran yang sudah menggelayuti benak Sasa sejak pertama kali bertemu semakin bertambah. Sikap saudara Arya. Sikap Ryan dan Vania, istrinya. Dan sikap Arya sendiri. Tiba-tiba ia merasa ragu, apakah rencana mereka untuk tetap menjadi asing akan bisa dipenuhi. Karena sejak janji suci diucapkan oleh Arya, sejak ia mencium tangan Arya setelahnya, kemudian Arya mengecup keningnya, sejak itu pula seolah ada ikatan tak kasat mata antara ia dan Arya.

Sepertinya akan sulit menjadi asing. Apalagi setelah mereka berdua telah membersihkan diri, Arya bertanya, "Belum salat magrib kan? Kita berjemaah, ya?"

Sesaat Sasa merasa terkejut, sebelum kemudian mengangguk. Rencana-rencana yang telah ia susun saat mengusulkan pernikahan, tiba-tiba terasa jauh. Laki-laki itu secara mengejutkan, memantik rasa penasaran yang melebihi biasanya.

**

I LOVE YOU -- Terbit -- Lotus Publisher Where stories live. Discover now