05. Yang Tak Normal, Aku atau Dia?

5.2K 471 4
                                    

Beberapa karyawan yang baru kembali setelah makan siang, menyapa Arya dan Ryan yang baru turun dari mobilnya masing-masing. Seperti biasa, hanya Ryan yang akan membalas sapaan para pegawai. Terkadang Ryan ingin menggetok kepala Arya biar tahu cara menghormati orang lain. Namun tiap kali diingatkan, pasti jawabannya sama, "Ada lo yang murah senyum. Ngapain gue ikut senyum-senyum?"

Beberapa staf wanita berbisik-bisik setelah kedua lelaki tampan itu lewat.

"Sayangnya Pak Ryan udah ada yang punya. Kalau belum kan bisa jadi yayangku. Ramah banget," bisik salah satu staf.

"Pak Arya aja yang masih available," goda teman satunya.

"Hi ... takut. Orang dingin begitu," kata staf tadi.

"Dia juga nggak bakalan mau sama kamu," tawa temannya.

"Yang kudengar di luar, mereka itu punya hubungan?" tanya seorang staf baru.

"Tau, deh. Nyatanya Pak Ryan udah nikah, tuh," jawab yang lain.

"Zaman sekarang lumrah kan kayak gitu. Nikah buat nutupin aslinya."

"Hi ...." Beberapa orang bergidik membayangkan kalau mereka benar-benar punya hubungan terlarang.

"Sst ... Ada Bos. Cepetan ke tempat masing-masing." Salah satu staf mengingatkan ketika salah satu manager mendekati mereka. Bisik-bisik itu pun bubar jalan.

Setelah tiba di ruangannya, Arya yang masih tak percaya dengan usulan Sasa, bertanya pada Ryan, "Apa gadis itu gila?"

Ryan mengangkat bahu. Ia juga sama takjubnya dengan Arya atas usulan ajaib Sasa.

Arya benar-benar tak habis pikir, apa alasan Sasa mengajak menikah orang yang dipikirnya tidak menyukai perempuan. Rasanya tidak masuk akal. Atau jangan-jangan gadis itu yang justru punya kelainan? Selama ini Arya kalau pakai jurus itu, pasti para gadis normal menjauh. Tetapi yang ini malah mengajak nikah.

"Eh, lo juga. Tadi gue belum ngasih kode, ngapain masuk pakai peluk-peluk?" tanya Arya tiba-tiba pada Ryan. Sampai membuat Ryan yang sedang memainkan ponselnya terlonjak kaget.

"Ya, gue cuma meresapi peran. Biar Sasa percaya," jawab Ryan.

"Terus, jawaban macam apa itu? Pakai mau cium segala? Bikin image gue jelek aja," gerutu Arya.

Ryan melongo, kemudian ngakak.

"Hei, Bro. Lo aneh kalau marah gara-gara itu. Itu yang biasanya lo mau, kan? Image jelek biar para gadis menyingkir." Ryan diam sejenak. "Biar perjodohan gagal," lanjutnya sambil mengernyit menatap sahabatnya. Dalam hati ia berharap, semoga Arya mau mencoba membuka hatinya lagi.

"Tapi, bagaimanapun ... Selamat, ya," ucap Ryan lagi, serius.

Arya memberikan tatapan tanya.

"Selamat karena sudah dilamar." Ryan tertawa terbahak-bahak.

"Sialan lo!" umpat Arya.

Ryan menghentikan tawanya, kemudian berkata, "Gue salut sama Sasa. Berani banget ngelamar cowok es macam lo," ucap Ryan.

Arya mendengkus. "Siang ini ada rapat, kan?" Arya sengaja mengingatkan Ryan, agar sekretarisnya itu sadar diri kalau Arya masih bos di sini.

"Iya... Iya... Pengalihan isu, nih," ucap Ryan sambil senyum-senyum.

"Siapin rapat sana! Gue bisa pecat lo kapan aja," perintah Arya galak.

"Oke," balas Ryan tanpa menghilangkan senyum jahilnya. Dia segera pergi mempersiapkan ruang rapat untuk membahas konsep iklan terbaru divisi minuman.

I LOVE YOU -- Terbit -- Lotus Publisher Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang