06. Alasan yang Bagus untuk Bersama

5.1K 480 15
                                    

"Ayo kita bicara," ajak Arya pada Sasa melalui ponsel.

Saat ini masih pukul tujuh pagi dan kantor masih sepi. Hanya bagian cleaning service yang sudah terlihat sibuk. Sambil berjalan menuju ruangannya, Arya menelepon Sasa untuk meminta bertemu lagi. Ia harus bergerak cepat agar bisa segera memberi jawaban pada kakeknya. Dan iia sedang mempertimbangkan untuk menyetujui usulan gadis yang dijodohkan dengannya itu.

"Di mana?" tanya Sasa di seberang telepon.

"Di cafe kemarin aja yang gampang," jawab Arya memilih praktisnya. Itu adalah tempat yang sama-sama mereka tahu.

"Oke. Jam makan siang nanti?" Kembali Sasa memastikan waktu.

"Ya," jawab Arya.

Entah mengapa tiba-tiba ada perasaan aneh yang menelusuk di hati Arya setelah memutus telepon. Lagi-lagi perutnya terasa mual dan keringat dingin membasahi genggaman tangannya. Sudah lama sekali ia tidak mengalami ini. Dan itu membuatnya takut. Semoga langkah yang ditempuhnya kali ini tidak salah. Mereka hanya perlu menikah tanpa ikatan hati. Ya, hanya seperti itu, tidak lebih.

Akhirnya Arya pamit pada Ryan tepat pukul 11.30. Ia akan menyelesaikan segalanya.

"Siang ini kita nggak ada jadwal, kan?" tanya Arya di depan meja sekretaris.

"Nggak," jawab Ryan, seraya memeriksa agenda hari ini.

"Gue keluar sebentar," pamit Arya. Dan tanpa menunggu jawaban Ryan, dia langsung berjalan begitu saja menuju lift. Ryan mengernyit heran.

"Kemana?" seru Ryan, karena Arya yang sudah sampai di depan pintu lift yang terbuka.

Arya hanya membuat gerakan tutup mulut dengan dua jarinya.

"Sialan dia. Tumben nggak cerita-cerita," gerutu Ryan, yang lantas menyibukkan diri lagi dengan pekerjaannya.

**

Kali ini Arya datang ke Cozy Cafe sebelum Sasa. Setelah latte-nya dibawa ke meja oleh pelayan cafe, Arya melihat gadis yang ditunggunya baru datang. Terlihat cantik dengan terusan bermotif bunga dan tas putih yang diselempangkan di bahunya. Senyum menghiasi bibir gadis itu tiap berpapasan dengan pelayan cafe. Tampaknya dia memang benar-benar sering datang ke tempat ini.

"Sorry, gue telat. Urusan di penerbit baru selesai." Sasa menatap Arya penuh permohonan maaf.

"Oke," jawab Arya pendek, sambil berusaha menekan rasa mual di perutnya. "Silahan duduk."

Pelayan datang lagi untuk bertanya pada Sasa.

"Siomay sama lemon tea aja, Mbak," jawab Sasa ramah.

"Bumbu siomay yang pedas seperti biasa, Mbak?" tanya pelayan café yang hafal kebiasaan Sasa.

"Iya, dong," jawab Sasa lagi.

"Saya pesan juga seperti dia, ya," tambah Arya.

Sasa tertawa kecil. "Ikut-ikutan aja."

Pelayan ikut tersenyum dan membacakan ulang pesanan Arya dan Sasa lagi sebelum mengambilkan pesanan ke belakang.

"Jadi, lo mau ngobrolin apa?" tanya Sasa memulai obrolan. Karena melihat Arya yang tak kunjung mengatakan sesuatu.

"Kenapa lo ngajak nikah?" Arya menjawab dengan pertanyaan lagi.

Sasa menghela nafas sebelum menjawab. "Seperti pernah gue bilang, ini akan menguntungkan lo. Pertama, lo nggak perlu menghadapi perjodohan lagi. Kedua, lo bebas dari gosip gay. Ketiga, lo bebas mau nemuin pacar lo."

I LOVE YOU -- Terbit -- Lotus Publisher Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang