SIX

25.7K 972 5
                                    

Alex menyalami rekan-rekan bisnisnya setelah menyelesaikan makan siangnya. Dia tidak bisa menolak karena mereka adalah calon investor penting untuk memajukan perusahaan. Beruntung Alex bisa kembali lebih cepat dengan alasan rapat bersama manajer dan supervisor sehingga dia bisa menghindari percakapan yang mulai membahas tentang dirinya.

Alex masuk ke dalam mobil Mobil Maserati Grand Turismo hitamnya dan segera menjalankannya. Dia muak dengan pandangan wanita-wanita yang mencari perhatiannya. Setelah keluar dari parkiran, Alex langsung melaju menuju kantor.

Alex melonggarkan dasinya dan bernafas lega. Hari ini sungguh melelahkan. Sejak pagi, dia telah berkutat dengan dokumen dan calon investor, ditambah siang nanti harus melanjutkan rapat. Meskipun lelah, ketika mengingat senyuman Nina, semua kelelahannya menguap. Membayangkan Nina menyambutnya pulang dan tidur disampingnya, membuat semangatnya kembali.

Alex meraih ponselnya yang sejak tadi berdering. Dia tidak bisa mengangkatnya dan baru memeriksanya sekarang. Beberapa panggilan masuk dari nomor yang sama terlihat di layarnya. Alex mengenali nomor itu. Itu adalah nomor milik Anna.

"Aneh. Tidak biasanya Anna menelepon ke nomor ini," gumamnya.

Alex memiliki 2 nomor untuk menghindari panggilan-panggilan yang tidak diinginkan. Dia lelah harus menerima panggilan dari wanita-wanita yang tidak dikenalnya dan mendapatkan nomornya entah dari mana. Jika bukan hari kerja, Alex akan mematikan nomor itu dan semua laporan penting di kirim melalui surel.

Dahi Alex berkerut melihat sebuah pesan yang baru masuk. Pesan itu berasal dari Anna. Alex langsung membaca pesan itu dan setelahnya memacu mobil dengan kecepatan tinggi. Dia terpaksa berhenti ketika rambu-rambu berubah merah. Alex mengumpat, mengutukki rambu dan menatap nanar orang-orang yang menyebrang. Dia mencengkram setir mobil dengan erat tanpa mempedulikan ponsel yang tergeletak di kursi sebelahnya.

Anna :

Nina merindukanmu, jadi aku membawanya ke kantor. Karena kau tidak ada, dia menunggu di ruanganmu. Kau lupa membawa ponsel yang satunya, aku terpaksa mengirim pesan dan menelepon ke nomor ini. Cepatlah kembali setelah urusanmu selesai.

***

Alex memasuki lift pribadinya dengan terburu-buru. Dia tidak peduli dengan sapaan yang diberikan karyawan padanya. Alex memencet tombol lift dengan kasar dan tidak berhenti menghentakkan kakinya. Pandangannya terus beralih pada angka lift dan jam tangan. Begitu bunyi lift berdenting, Alex langsung melesat menuju ruang kerjanya.

Sekretaris yang melihat Alex datang, langsung berdiri dan menyapanya. "Selamat siang, pak."

Alex berhenti menatap sekretarisnya. Sekretaris itu menjadi gugup ketika ditatap olehnya. Dia merasa senang dan juga khawatir karena tatapan yang diberikan Alex tidak bisa dibaca.

"Kenapa kau tidak menghubungiku kalau ada seseorang yang datang menemuiku?" tanya Alex datar dengan suara datar.

"Maaf pak, mereka..."

"Lain kali jika dia yang datang, segera hubungi aku," ucap Alex dengan penuh penekanan. Alex juga sengaja menyebut dia agar sekretaris itu menganggap kalau orang yang berada di ruangannya sekarang adalah orang yang penting.

Seketaris itu mengangguk mengerti meskipun sebenarnya tidak.

Alex merapikan bajunya sebelum memasuki ruangan. Begitu masuk, Alex menemukan Nina tertidur di atas sofa. Senyum langsung terukir di wajahnya begitu melihat Nina tidur begitu pulas. Alex mendekat dan menyentuh pipinya. Dia mengernyit menyadari betapa dingin pipinya. Sebelum Alex melepas jasnya untuk menyelimuti Nina, dia terlebih dulu bangun.

Only youWhere stories live. Discover now