THIRTY FOUR

9K 392 7
                                    

Alex tidak bisa mengalihkan perhatiannya dari Nina yang telah mengenakan gaun hitam dan dirias. Tanpa menutupi rasa kagumnya, Alex mengelus punggung Nina yang terbuka dan memberikan kecupan ringan di sana. Rasanya dia ingin membatalkan rencana makan malam dan menikmati kecantikan Nina seorang diri. Alex tidak rela jika pria lain ikut menikmati keindahan yang dimiliki Nina. Hanya dia sendiri yang boleh melakukannya dan mengklaim Nina sebagai miliknya.

"Kau semakin cantik, Sayang." Biasanya Alex akan malu jika mengatakan sayang kepada orang lain. Tetapi ketika menggunakannya untuk Nina, dia begitu lancar dan merasa panggilan itu sangat cocok. Alex sudah banyak menemui berbagai wanita tetapi tidak ada satupun yang mampu menarik perhatiannya. Hanya Nina, wanita pertama yang sanggup mengganggu pikirannya selama dua tahun. 

Sekeras apapun, Alex tidak bisa menghapus sosok Nina dalam pikirannya. Semakin ingin melupakannya, semakin kuat pula rasa rindu yang mengisi relung hatinya. Awalnya dia tidak mau mengakui dan menganggap perasaannya itu hanya sesaat. Namun, setelah dua tahun berpisah, Alex menyadari kalau telah jatuh cinta padanya.

"Ayo, aku ingin mengajakmu ke suatu tempat."

Nina dengan senang hati menerima uluran tangannya dan memberikan senyuman terbaiknya. Hanya melihat senyuman itu, perasaan Alex menjadi ringan dan berbunga-bunga. Dalam hati, dia berjanji akan menjaga senyuman itu dan membuat Nina bahagia untuk selama-lamanya.

***

Saat memasuki restoran, Nina mengernyit ketika melihat seluruh meja yang sepi. Biasanya restoran ini akan selalu ramai terlebih dengan jam makan malam seperti sekarang. Keadaan restoran yang berbeda membuat Nina meremas suit Alex. Ada sedikit rasa sayang karena tempat yang menyimpan kenangan mereka berdua kini telah sepi. 

"Ada apa, Sayang?" tanya Alex ketika melihat raut kesedihannya.

Nina menoleh ke arah Alex sejenak lalu kembali menatap keseluruh ruangan. "Restorannya sepi. Kalau begini terus, cepat atau lambat pasti akan tutup."

Nina tidak bisa melihat senyuman Alex yang disembunyikan dibalik tangannya. Tanpa rasa curiga, Nina mengikuti Alex hingga ke lantai teratas. Cengkraman Nina menguat ketika melihat betapa gelapnya ruangan.

"Alex, tempat ini terlalu - !" Mendadak lampu menyala dan membuat mata Nina terasa silau. Dia memejamkan matanya erat-erat menahan rasa sakit dari cahaya lampu yang tiba-tiba. Setelah pandangannya membaik, Nina perlahan membuka matanya dan terkesiap melihat sekitarnya.

Meja-meja yang dulunya berada di ruangan itu telah kosong dan hanya menyisakan satu buah meja yang terletak di tengah ruangan. Alex menuntunnya ke meja itu dan menyalakan lilin yang dipajang pada tempat yang mewah. Ketika Nina sedang memandangi pajangan itu, seorang pelayan datang menyajikan makanan. Semuanya tidak berhenti sampai disitu. Seorang pria tiba-tiba muncul dengan biola dalam genggamannya. Pria itu memberi hormat sekali lalu memainkannya.

Nina memejamkan matanya mendengar alunan biola itu. Irama yang dimainkannya merupakan salah satu lagu favorit yang sering di putar di cafe. Nyanyian Ed Sheeran-Perfect itu memiliki makna yang dalam. Siapapun yang mendengarnya pasti berharap memiliki pasangan yang mencintai dengan sungguh-sungguh dan menerima apa adanya. 

Terkadang, setiap kali mendengar lagu itu, Nina membayangkan bagaimana masa depannya jika bersama Alex. Melakukan kegiatan bersama, membesarkan anak, dan terus saling mencintai hingga akhir hayat. Tetapi ketika memikirkannya, Nina juga merasa takut. Dia takut jika semua ini hanya mimpi dan esoknya kembali dihadapkan pada kenyataan kalau Alex meninggalkannya. Perasaannya sekarang lebih kuat dibanding dua tahun yang lalu. Jika kali ini Alex juga meninggalkannya, Nina tidak yakin bisa bertahan dengan perasaannya.

Only youWhere stories live. Discover now