THIRTY

11.2K 450 2
                                    

Pukul 6 pagi, Alex telah menunggu Nina ditempat biasanya. Karena cafe cinta menyediakan sarapan, para pegawai harus datang sebelum jam 7 untuk menyiapkan semuanya. Nina pun selalu berangkat lebih awal agar tidak terlambat. Dia harus bekerja ekstra karena banyaknya pelanggan yang membeli kopi di pagi hari.

Semalam, dia menawarkan untuk menjemputnya dan Nina setuju. Sepanjang perjalanan, mereka berdua bernostalgia mengenang masa lalu. Nina bersemangat menceritakan pengalamannya bekerja di cafe dan Alex dengan setia menjadi pendengar yang baik. Baginya melihat Nina tersenyum sudah lebih dari cukup untuknya.

Tidak lama kemudian Nina muncul dengan wajah segarnya. Seragam hitam yang memperlihatkan lekuk pinggangnya terlihat sangat pas ditubuhnya. Alex mengernyit tidak suka. Seharusnya seragam bekerjanya lebih rapi dan tidak memperlihatkan keindahan tubuhnya pada orang lain. Setelah ini, Alex akan mencari Anggi dan berbicara padanya untuk mengganti seragam Nina. 

"Menunggu lama?" tanya Nina seraya mengenakan seatbelt. Dia kemudian melepaskan ikatan rambutnya dan menyisir dengan jemarinya.

Alex meneguk air liurnya ketika memperhatikan Nina merapikan rambutnya. Aromanya yang tidak berubah membuat imajinasinya kembali liar. Dia lalu mengalihkan pikirannya dengan melajukan mobil menuju jalan raya. "Tidak. Bagaimana tidurmu?"

"Sangat nyenyak." Nina memandangi wajah Alex dan mengelus wajahnya yang telah dicukur rapi. "Kalau seperti ini kau kelihatan tampan."

Alex menikmati sentuhan yang Nina berikan padanya. Rasanya dia ingin memejamkan mata dan menenggelamkan wajahnya pada tubuh Nina, menikmati setiap aroma dan kehangatan yang terpancar darinya.

"Tapi selera bajumu tetap tidak berubah ya," lanjut Nina sambil menunjuk setelan jas hitam yang dikenakan Alex.

Ada rasa kecewa ketika Nina berhenti mengelusnya. Tetapi dengan ahli Alex menyembunyikannya dengan wajah tersenyumnya. "Kau yang berubah. Kau menjadi lebih cantik dan dewasa dari sebelumnya."

Pujian Alex membuat Nina merasa senang. Diraihnya lengan kiri Alex dan meletakkannya di pipinya. Tangan Alex masih sebesar dan sehangat yang di ingatnya. Tiba-tiba Nina merasakan pelukan disekitar perutnya. Dia menoleh dan menemukan Alex yang menatapnya penuh kerinduan.

"Nina." Alex mendekatkan wajahnya untuk meraih bibir Nina. Dia sudah tidak dapat menahan keinginannya untuk mencium Nina. Sudah lama Alex ingin mencicipi bagaiman rasanya bibir ranum itu. Ciuman perpisahan di sudut bibirnya masih teringat dengan jelas. Namun itu masih belum cukup. Alex ingin merasakan, bagaimana lembut dan manisnya bibir Nina yang begitu menggoda.

Ketika Alex hampir melakukannya, rambu telah berganti bewarna hijau. Bunyi klakson mobil langsung menyadarkannya dan membuatnya menjauh dari Nina. Alex lalu menjalankan mobilnya dan mengumpat pelan karena waktu yang tidak tepat.

Ditempatnya Nina terkekeh geli. Dia lalu mengalihkan padangannya ke jalan untuk menutupi rasa malunya. "Jangan terburu-buru. Kurasa kita harus mengulang semuanya lagi dari awal, seperti sebelumnya."

Alex langsung menoleh ke arah Nina dan membuatnya panik. Pasalnya mereka masih berada di jalan raya dan tidak berhenti. Nina lalu menyuruh Alex memusatkan pikirannya pada jalanan dan mengomelinya. "Hati-hati mengemudi! Kau ini, kita masih dijalanan! Bagaimana kalau terjadi sesuatu?" 

Melihat Nina cemas, Alex jadi merasa bersalah. Nina pasti mengkhawatirkan keselamatannya sedangkan dia terlalu buta dengan perasaannya. Alex mengetatkan rahangnya dan berkata pada dirinya sendiri untuk lebih berhati-hati. Sejenak, sebuah ide terlintas dibenaknya untuk membuat Nina kembali ceria. Alex tersenyum kemudian melirik ke arah Nina sejenak. "Apa aku boleh meminta nomormu?"

Mendengar pertanyaannya, Nina menjadi teringat saat pertama kali Alex meminta nomornya. Saat itu, menurutnya Alex sangat menyebalkan dan berani meminta nomornya. Padahal mereka baru bertemu dua kali dan Alex selalu mengekorinya kemana-mana. Jika dipikir-pikir lagi, Alex seperti anak ayam yang selalu mengikuti induknya.

Only youWhere stories live. Discover now