TWENTY TWO

10.8K 445 2
                                    

"Ini untukmu." Alex menyerahkan sebuah pita yang bermodelkan kabel telepon pada Nina. "Ikat rambutmu dulu sebelum turun," perintah Alex.

 "Ikat rambutmu dulu sebelum turun," perintah Alex

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nina mengamati pita itu keheranan. Namun dia tidak banyak bertanya dan menuruti keinginan Alex. Alex sudah menyetujui untuk tidak memakirkan mobil dekat dengan tempatnya bekerja dan rumah. Hanya permintaan kecil seperti ini, tentu Nina akan melakukannya tanpa keberatan. Lagi pula, Nina tidak biasa rambutnya digerai. Dia lebih suka rambutnya di ikat agar tidak menganggu saat bekerja.

Setelah rambutnya di ikat, Nina merasakan pipi kanannya disentuh oleh Alex. Sentuhannya begitu lembut hingga membuat Nina terbuai. Nina membayangkan bagaimana rasanya wajahnya ditangkup oleh tangan yang besar itu. Rasanya pasti hangat dan nyaman.

"Pipimu masih bengkak. Apa kau tidak apa-apa?" tanya Alex khawatir.

Nina menangkap ada rasa bersalah dalam perkataan Alex ketika mengetahui kondisi pipinya. Bibirnya lalu membentuk senyum dan menggeleng sebagai jawaban. "Sudah tidak sakit. Mungkin hari ini bekasnya akan hilang. Tidak parah kok," jawab Nina santai.

Alex masih mengelus pipi Nina. Pandangannya lalu beralih pada kedua telapak tangan Nina yang terdapat beberapa goresan. "Ini karena semalam?" tanyanya lagi.

Nina cepat-cepat mengatupkan kedua lengannya menjadi satu dan memundurkan kepalanya. "Aku sungguh sudah tidak apa-apa," ucapnya meyakinkan.

"Baiklah." Alex memberi jarak pada Nina tanpa memutuskan kontak mata. Nina menjadi salah tingkah sendiri ketika ditatap se intens itu. "Nanti jam 5 sore, aku akan menunggumu disini."

Nina mengangguk sebagai jawaban lalu membuka seatbeltnya. Sebelum membuka pintu, Nina menoleh pada Alex dan membuatnya mengernyit kebingungan. "Terima kasih, Alex dan hati-hati di jalan." Setelah mengucap perpisahan, Nina memberikan senyuman lalu bersiap memulai hari yang baru.

***

Tepat jam 5 sore, Nina telah mengganti seragam kerjanya dengan kaos dan berpamitan dengan pak Suryo. Awalnya pak Suryo bertanya mengenai bengkak di pipinya. Nina memberikan alasan kalau dia terjatuh saat mandi dan pak Suryo mempercayai begitu saja.

Waktu berlalu dengan cepat tanpa disadarinya. Banyaknya pelanggan yang datang membuat Nina lupa dengan kejadian semalam. Nina bahkan bertanya mengenai Rudi kepada pegawai di jajanan malam. Sayangnya mereka tidak mengetahuinya. Rudi tidak kembali bekerja semenjak mengantarnya dan nomornya tidak bisa dihubungi.

Nina tidak mau ambil pusing dengan laki-laki brengsek itu. Jika dia disekap ataupun dihajar babak belur oleh geng preman bermotor itu pun tidak akan membuatnya iba. Nina tidak akan memaafkan Rudi yang ingin memperkosanya dan memperlakukannya sebagai barang pemuas nafsu untuk melunaskan hutang-hutangnya. Apabila bertemu lagi dengannya nanti, Nina pasti akan memberikan bogem mentah dan membuat hidungnya patah.

Melihat berbagai macam kendaraan yang berdesak-desakan dijalanan membuat mata Nina menyipit. Alex pasti tidak bisa menjemputnya tepat waktu karena terjebak oleh kemacetan. Jam seperti ini adalah jam pulang kerja. Jadi wajar jika jalanan penuh dengan kendaraan dan ojek lainnya.

Only youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang