Malaikat Tampan

144 18 0
                                    

Shilla memudarkan senyum secara kilat.
Ia mengerjapkan mata berkali-kali mencoba sadar dengan apa yang terjadi.
Di hadapannya kini berdiri seorang pemuda yang sedari tadi memandangnya sambil tersenyum.
Ia langsung mengangkat jari telunjuknya ke arah pemuda itu.

"A..apa yang kau lakukan di sini?" tanya Shilla bingung.

"Tentu saja mencarimu." ujar Mark sambil tersenyum simpul.

"Lalu kenapa kau memakai seragam sekolah?" tanya Shilla.

"Tentu saja aku memutuskan sekolah di sini juga.
Aku tak mau ada hal buruk terjadi padamu lagi.
Terlebih sumber hal buruk itu adalah lingkungan sekolahmu." ujar Mark menjelaskan sambil melangkah mendekati  dinding pembatas kemudian bersandar sambil merapatkan kedua tangannya dan mengamati lingkungan sekolah di bawahnya.

Shilla tersenyum simpul.

"Apa yang membuatmu peduli padaku?
Siapa kau sebenarnya?" tanya Shilla penasaran.

"Jika aku mengatakan yang sebenarnya apakah kau akan percaya padaku?" tanya Mark sambil menoleh ke arah Shilla.

"Hmm..coba saja." ujar Shilla yakin.

"Aku adalah malaikat yang diutus ke dunia untuk menjaga para Chrierist.
Dan Chrierist terakhirku adalah kamu.
Saat aku bisa mengakhiri tugas menjagamu dengan baik, maka aku akan segera kembali ke tempatku di Surga sana." ujar Mark.

Shilla memicingkan sebelah mata dan menautkan kedua alisnya.
Tanda tak paham akan perkataan Mark.
Mark menatap Shilla seakan paham akan ketidak mampuan Shilla mencerna semua perkataannya.
Ia pun berbalik lalu melangkah menghampiri Shilla.

"Intinya aku adalah malaikat penjagamu." ujar Mark tegas.

Shilla tersenyum simpul.

"Ckk..mengaku jadi malaikat?
Malaikat penjagaku lagi?
Sebaik apa kau sampai menganggap dirimu seorang malaikat?" tanya Shilla serius.

Mark menghembuskan nafas berat.

Ia mengangkat tangannya ke arah langit.
Telapak tangannya seketika dipenuhi oleh serpihan-serpihan cahaya yang kemudian melayang-layang di sekitar telapak tangannya.

Serpihan-serpihan cahaya itu perlahan melayang mendekati Shilla, mengelilinginya bagai kunang-kunang yang terbang gontai mengitarinya.
Kedua mata Shilla terbelalak lebar.
Belum pernah ia jumpai keajaiban di depan matanya.

Shilla mengepalkan tangannya kuat-kuat.
Nafasnya menjadi berat.
Ia masih tak percaya dengan apa yang terjadi di hadapannya.
Ia pun memejamkan mata sangat erat lalu membukanya perlahan.
Serpihan-serpihan cahaya itu masih ada dan melayang di sekelilingnya.

Shilla mengangkat tangannya perlahan, kemudian mencoba menyentuh salah satu titik cahaya itu.
Namun saat mengenai jemarinya, titik cahaya itu langsung memudar menjadi debu yang bersinar lalu menghilang di udara.

Mark menurunkan tangannya lalu kemudian semua serpihan cahaya yang melayang perlahan memudar hilang dan lenyap.

"Bagaimana?" tanya Mark.

Shilla masih menatap Mark lekat-lekat seakan-akan masih tak percaya dengan keajaiban yang telah diperbuat oleh Mark.
Mark menghembuskan nafas panjang.
Ia mencoba memahami bahwa tak mudah untuk memberitahu manusia tentang hal yang bagi mereka di luar nalar.

Mark menghampiri Shilla.
Memegang erat kedua bahunya sambil membalas tatapan Shilla.

"Percaya atau tidak.
Aku bukanlah manusia.
Aku hanya malaikat yang menjelma sebagai manusia untuk menjagamu.
Hanya itu saja yang perlu kau ketahui saat ini." ujar Mark meyakinkan.

"Ka..kau serius?" tanya Shilla dengan mata berkaca-kaca.

"Iya.
Aku serius." ujar Mark tegas.

Setetes air mata meleleh dan menetes pelan di pipi lembut Shilla.

"Tapi kenapa?" tanya Shilla dengan suara pelan.

"Karena engkau adalah seorang Chrierist.
Seorang calon penghuni Surga.
Seorang manusia yang rela melawan dunia demi kebaikan.
Itu Chrierist.
Itu kamu." ujar Mark.

"Tapi kenapa sekarang?" tanya Shilla dengan suara parau.

"Maaf, aku baru menemukanmu.
Tapi memang ini sudah bagian dari rencana dimana detik dan tempat aku bisa menemukanmu." ujar Mark menjelaskan.

"Tapi kenapa?" ujar Shilla sambil mengusap aliran air matanya.

"Apanya yang kenapa?" tanya Mark bingung.

"Kenapa harus malaikat tampan sepertimu yang menjagaku?" tanya Shilla polos.

Mark menundukkan kepala sambil tersenyum kecut lalu menghembuskan nafas berat.
Ia melepaskan bahu Shilla dan beralih melipat kedua tanganya di depan dadanya.

"Lalu kamu mau yang menjaga kamu berwujud nenek tua renta?" tanya Mark sinis.

"Hahaha...
Jangan deh.
Yang ada aku yang jagain bukannya dijagain." ujar Shilla terkekeh.

Mark ikut tersenyum renyah.
Lalu mengusap-usap kepala Shilla dengan gemas.

"Jadi mulai sekarang aku minta padamu.
Tidak!
Aku menyuruhmu, jangan pernah menangis lagi.
Karena mulai saat ini aku akan selalu ada di sisimu.
Paham?" ujar Mark.

Shilla tersenyum tipis dan mengangguk.
Meskipun dalam pikiran Shilla sebenarnya masih kontras dengan kenyataan yang terjadi.
Ia akan memikirkannya nanti.

Markhiel ( The End )Where stories live. Discover now