Air mata

46 8 0
                                    

Seisi sekolah sangat ribut siang itu.
Berita tentang tertangkapnya pak Heison dan pengeditan video itu telah menyebar luas.
Terungkaplah kebenaran tentang Shilla yang selama ini telah difitnah.

Raut wajah para siswa berbeda-beda.
Ada yang menyesal telah berpikir tidak-tidak padanya,  ada yang merasa malu pada dirinya sendiri karena terlalu banyak memperbincangkan tentang Shilla,  bahkan banyak juga dari mereka yang menganggap bahwa ini kejadian yang biasa saja.
Berita ini telah terdengar sampai ke kelompok basket sekolah.

"Jadi itu memang bukan Shilla? " ujar Billy dengan nada lemah.

"Iya.
Kita sudah salah menilainya selama ini. Bahkan kita sering menghinanya. " ujar Jacky kesal sampai menjambak rambutnya sendiri dengan kedua tangannya.

Mario yang mendengar itu hanya duduk diam tak bisa berkata apa-apa.
Ia yang lebih sering menyakiti Shilla bahkan sampai melakukan kekerasan padanya.
Ia merasa gugup,  ketakutan dan khawatir.
Ia takut Shilla sewaktu-waktu akan menuntutnya atas kekerasan yang pernah ia lakukan padanya.
Ia menyatukan tangannya dengan gugup.

Jason,  berlarian di koridor sekolah dengan raut wajah bahagia.
Ia bertanya keberadaan Shilla pada seluruh siswa yang ia temui.
Ia pun menemukan Shilla di atap sekolah.

Shilla berdiri santai sambil menatap pemandangan dari atas sekolah.
Ia menghirup nafas panjang dan menghembuskannya lega.
Ia tersenyum bahagia.
Seseorang berdiri di sampingnya,  mengamatinya dengan senyuman.

"Kau bisa bernafas lega lagi sekarang. " ujar Mark.

"Iya kak.
Aku..
Aku benar-benar berterima kasih pada-Nya.
Atas segala keadilan yang telah ia tunjukkan padaku.
Dan atas hadiah yang telah diberikan-Nya,  untukku. " ujar Shilla sambil menatap langit.

Mark tersenyum renyah.
Kedua mata Shilla menghangat,  bulir-bulir air mata meleleh pelan menyusuri kedua sisi wajahnya.
Ia tak bisa membendung rasa bahagianya.
Mark melihatnya.

"Hei,  siapa yang mengijinkanmu menangis? " ujar Mark sambil membalikkan tubuh Shilla menghadapnya lalu mengusap air mata di kedua pipi Shilla.

"Maaf,  aku tak bisa menahan air mataku mengingat pada apa yang telah kulalui. " ujar Shilla terisak.

Mark tersenyum lembut,  lalu merengkuhnya erat.

"Tak apa.
Semua sudah berlalu.
Semua pasti akan baik-baik saja.
Kau sudah bertahan selama ini,  kau adalah manusia yang luar biasa.
Bahkan kau bisa buat malaikat sepertiku jatuh cinta padamu. " ujar Mark sambil mengusap-usap lembut kepala Shilla.

Shilla membalas rengkuhan Mark.

"Terima kasih sudah ada di sisiku.
Terima kasih sudah banyak membantuku dalam keadaan sulit.
Terima kasih sudah menjagaku.
Terima kasih kau sudah percaya padaku.
Dan,
Terima kasih kau tak meninggalkanku. " ujar Shilla sambil mengeratkan rengkuhannya.

Mark tersenyum senang sambil mencium kepala Shilla.

"Aku tak akan pernah meninggalkanmu.
Itu janjiku. " ujar Mark.

Dari jauh Jason menatap mereka yang sedang berpelukan mesra.
Ia mengepalkan kedua tangannya erat.
Kedua bola matanya nampak berkilauan karena genangan air mata.

"Harusnya aku yang memelukmu saat ini.
Harusnya aku yang ada di sampingmu kini.
Tak adakah kesempatan untukku? " ujar Jason kesal lalu beringsut pergi dari tempat itu.

...

"Jadi Heison masuk ke perusahaan itu karena rekomendasi orang dalam? " tanya Edward memastikan.

"Iya,  anda benar.
Dari sumber akun yang menyebarkan video itu juga atas nama orang tersebut.
Jadi saya memperkirakan bahwa orang inilah yang merencanakan semua ini.  " ujar Bram tegas.

"Siapa orang itu? " tanya Edward.

"Dia.. " ujar Bram terdiam.

"Dia? " tanya Edward penasaran.

"Dia adalah anak dari pemilik perusahaan itu sendiri. " ujar Bram.

"Benarkah?
Kalau begitu selidiki apa hubungan dia dengan Heison dan Shilla.
Ngomong-ngomong siapa namanya? " tanya Edward.

"Namanya Maia Calista Raynoldi. " ujar Bram tegas.

Markhiel ( The End )Where stories live. Discover now