Sebuah Foto

92 13 0
                                    

Selembar foto terjatuh di lantai, seorang wanita paruh baya menoleh ke arah foto itu sambil menutup buku yang ada di tangannya.
Ia menyelipkan waktu sejenak,  mengambil foto yang terjatuh tanpa sengaja dari lembaran buku yang sedang ia baca.
Selembar foto,  dimana ada dua orang gadis yang masih berpakaian seragam SMP,  saling merangkul pundak satu sama lain dan tersenyum ceria.

Wanita itu menghela nafas pelan,  sambil terus mengamati foto itu dan teringat oleh kenangan masa lalu.
Wanita itu adalah mama Maia.

...

"Maia!  Kesini cepet. " panggil seorang gadis menghampiri Maia.

Maia menoleh,  lalu tersenyum.
Ia melihat sahabat dari kecilnya itu mendekat.

"Shilla? Ada apa? " tanya Maia senang.

"Foto bareng yuk,  aku habis beli HP baru nih. " ujar Shilla pamer sambil memeluk pundak Maia.

"Wahhh.. Ayoo.. " ujar Maia senang dan membalas merengkuh pundak Shilla.

Sambil tersenyum dan berpose,  mereka pun mengambil foto bersama.

...

Foto itu langsung direnggut begitu saja oleh seorang gadis yang tak lain adalah Maia.
Ia langsung meremas-remas foto itu dengan sangat kuat sambil menatap tajam ke arah mamanya.

"Berhenti memikirkan dia! " ujar Maia dingin.

Ia pun membuang gumpalan foto itu ke tong sampah di dekatnya dan berjalan menuju kamarnya.
Mamanya hanya terdiam menatap ke arah Maia,  ia pun menghela nafas berat.

"Aku mengenalnya sepertimu.
Pertama kali kau bertemu dengannya saat ia membantumu.
Saat masih di sekolah dasar.
Dimana ia melindungimu dari anak-anak yang berusaha mengganggumu.
Kau menganggapnya sangat keren waktu itu.
Lalu kalian menjadi sahabat.

Hingga,  waktu SMA ini,  isu buruk tentangnya tersebar luas dan kau pun juga menjauhinya.
Aku meragukan kebenaran isu itu.
Aku tak mau menyangkalnya,  aku merindukan Shilla.
Maafkan mama,  Maia. " bisik mama Maia dalam hati.

Di kamar,  Maia membuang tas kecil putihnya di dekat meja lalu membanting tubuhnya di atas kasur.

"Kenapa mama masih menyimpan foto dia? " ujar Maia risau.

Ia pun memejamkan mata.

...

"Shilla kita jadi satu sekolah! " ujar Maia senang.

"Iya,  semoga aja kita satu kelas. " ujar Shilla girang.

Shilla berjalan sangat cepat,  berlari kecil lebih tepatnya,  mencari-cari kelas mereka berada.
Saking senangnya ia tak sengaja menabrak bahu seorang siswa.

"Eh.. Maaf maaf. " ujar Shilla.

"Tak apa. " jawab siswa itu.

Siswa itu terpaku menatap Shilla,  begitu pula dengan Shilla.
Entah bagaimana mereka saling menatap dalam satu sama lain.
Dan entah bagaimana mereka saling melempar senyum.

"Jason! Itu Jason!" ujar para siswi yang melihat siswa itu dari kejauhan.

Jason tersadar,  lalu mencoba berusaha menjauh dari para penggemarnya yang mengejarnya bagai kawanan Zombie.
Ia menoleh lagi ke arah Shilla dan tersenyum.

"Sampai ketemu lagi. " ujar Jason sambil mengedipkan salah satu matanya.

Shilla hanya tersenyum dan menggeleng,  sedangkan Maia masih membulatkan matanya terus melihat ke arah Jason.
Ia tertarik.

"Ayo Mai,  kita masuk kelas. " ajak Shilla.

Maia tersadar.

"Oo..  Oke. " ujar Maia sambil mengikuti Shilla menuju salah satu ruang kelas.

Pulang sekolah,  Shilla dan Maia sedang membereskan buku dan alat tulis mereka,  sedangkan para siswa lainnya sudah bergegas keluar kelas.

"Ayo Shil. " ajak Maia.

"Oke,  sudah.
Ayo. " ujar Shilla.

Mereka berdua pun keluar kelas,  tiba-tiba ada seseorang yang memanggil mereka.

"Eh tunggu! " ujar seorang siswa berlari kecil mendekati mereka.

"Kamu? " tanya Shilla tak percaya.

"Iya,  hai,  aku Jason.
Nama kamu siapa? " tanya Jason sambil sedikit terengah-engah.

"Namaku Shilla.
Ini temanku Maia. " ujar Shilla mengenalkan teman di sebelahnya yang sedang menatap kagum pada siswa itu yang tak lain adalah Jason.

"Maia. " ujar Maia pelan sambil tersenyum.

Semenjak hari itu,  mereka menjadi sahabat.
Dimana-mana mereka selalu bersama.
Jalan bersama,  ke kantin bersama,  pulang pun bersama.

Jason suka menjahili Shilla.
Ia sudah mempunyai rasa pada Shilla sejak pandangan pertama.
Begitu pula dengan Shilla,  namun mereka masih malu mengungkapkan perasaan mereka masing-masing.
Maia pun ikut memendam rasa terhadap Jason.

Shilla,  dia manis dan ceria,  Maia dia sangat cantik hingga tak butuh lama untuk menduduki posisi siswi tercantik di sekolah.

Suatu hari ada dua orang siswi dari kelas lain mendekati Maia yang sedang beli snack sendiri di kantin.

"Eh,  kamu Maia ya?
Cantik banget,  ga salah kamu jadi ratu sekolah.
Ngomong-ngomong kamu deket ya sama Jason,  serasi banget tau ga? " ujar siswi itu.

"Iya,  kamu cantik,  Jason tampan,  setuju. " ujar siswi lainnya.

"Makasih. " ujar Maia malu-malu.

"Eh.. Eh.. Jason dateng tuh. " seru siswi lain sambil menyenggol lengan temannya.

"Oh iya,  duluan ya,  ciee ciee.
Yang dihampiri pangeran sekolah. " ujar siswi itu sambil berlalu dari tempat itu.

Jason mendekat.

"Maia, kamu di sini. " ujar Jason.

"Iya. " ujar Maia malu-malu.

"Shilla mana? " tanya Jason.

Mood Maia sedikit memburuk.

"Kenapa nyariin Shilla? " tanya Maia.

"Hemmm... Kangen aja. " ujar Jason sambil tersenyum sendiri.

Mendengar jawaban Jason Maia sedikit kesal.
Ia mengepalkan tangannya erat,  lalu menyahut cepat snack di hadapannya.

"Aku gak tahu dia dimana.
Aku duluan. " ujar Maia sedikit kesal.

"Ehmmm... Oh oke. " ujar Jason sedikit bingung.

...

Maia menghela nafas panjang,  ia pun beranjak dari atas kasur dan melangkah ke kamar mandi,  mencuci wajahnya.
Bersiap untuk beristirahat.

Markhiel ( The End )Where stories live. Discover now