Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Aingmintamaap ya kalosemisalalurnyaatau ada perubahanwatakdari cast yang terdapatdiceritaini yang ada dari kalian yang gasuka, tapiemang kayak gini yang udahaingrencanaindariawal. Jadi, readers yang cumatinggalbacamaugamauharusikutinalur yang udah author ciptain. Karena, ngerangkaicerita 1 chapter ke chapter lain itukadangbikinpusing, serius. Nyambungin yang inike yang itubiarceritanyabisajalanterus 😅
Udahsihgituaja.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Selepas menyantap sarapannya, Irene hanya duduk hadep jendela lihat keadaan kota Paris di pagi hari sambil meluk lututnya. Kejadian semalem terus menerus keputer di otaknya. Tentang pengakuan Sehun. Irene meremin matanya, ga habis pikir jalan cerita hidupnya bakal kayak gini. Bakal rumit. Selama ini Irene emang peduli sama Sehun karena Irene udah anggep Sehun kayak adeknya sendiri. Ditambah lagi keluarganya Sehun juga baik sama dia. Irene suka banget ngejahilin Sehun karena dia kesepian. Kalo boleh jujur Irene juga pengen punya kakak atau adek, tapi ya ga dijadiin sama Mama Papanya. Irene bisa apa?
"Kok lo bisa suka sama gue sih, Ndut?", gumamnya sambil terus liatin jalanan dibawah sana.
"Assalamualaikum!!"
"EH ASTAGHFIRULLAH!"
Kaget dong Irene tiba-tiba ada cewek yang nongol gitu aja disampingnya! Ternyata... "Orang salam itu dijawab, bukannya malah bengong!"
"Wa'alaikumsalam. Ya ampun, Mah kaget!", protes Irene sambil elus dada.
"Siapa suruh ngelamun? Mama udah tereak-tereak assalamualaikum assalamualaikum ga dijawab-jawab, taunya duduk disini bengong! Kesambet penghuni apartemen tau rasa kamu!"