9

13.7K 734 1
                                    

9

“Dia tampan.”

Vivian yang sedang berdiri di balkon kamarnya dan menatap langit malam, tersentak. Ia menoleh dan mendapati Andros sudah berdiri di belakangnya.

“Ya, tampan dan dingin,” gumam Vivian sambil kembali membalikkan badan dan mendongak menatap langit malam bertabur bintang.

“Mungkin dingin hanya karena belum dihangatkan olehmu,” canda Andros dengan tawa kecil.

Wajah Vivian merona. Dengan gemas ia memukul kecil lengan kakaknya yang sudah berdiri di sampingnya.

“Semua butuh waktu,” kata Andros lagi.

Vivian menatap kakaknya penuh tanya.

“Jalani saja dulu apa adanya, biarlah waktu yang menjawab semuanya,” jelas Andros sambil tersenyum tipis pada Vivian.

Vivian mengerut kening untuk mencerna kalimat kakaknya, lalu kembali cemberut.

“Kenapa Papi dan Mami menjodohkan Vivi ya, Kak?” tanya Vivian pelan. Sebenarnya cenderung bertanya pada diri sendiri, meratapi apa yang sedang menimpanya.

Andros mengangkat bahu. Angin malam berembus

lembut membelai mereka.

“Kita sebagai anak hanya bisa menurut,” kata Andros pelan.

Vivian menarik napas panjang dan menghelanya pelan. Benarkah sebagai anak mereka hanya harus menurut? Bagaimana dengan perasaannya? Melihat betapa dinginnya Samuel, Vivian tahu, Samuel sama seperti dirinya, dipaksa dalam perjodohan ini.

Apakah Samuel sudah memiliki kekasih?

Pemikiran seperti itu membuat Vivian tidak nyaman. Ia tidak mungkin bisa menjalin hubungan dengan pria yang sudah memiliki kekasih, bukan?

***

Bersambung...

Evathink

1 juli 2019

Heart is Never Wrong [Tamat]Where stories live. Discover now