14

13.2K 732 3
                                    

14

Samuel melangkah masuk ke dalam kamar kakaknya, lalu duduk di sofa di mana Freddy terlihat sedang duduk santai menonton TV dengan segelas kopi dan sepiring kacang rebus.

“Bagaimana kencan pertamanya? Sukses?” tanya Freddy tanpa menoleh pada adiknya.

Samuel meraih beberapa biji kacang rebus, mengupasnya dengan cekatan lalu memasukkannya ke dalam mulut.

“Ya, cukup sukses untuk taraf permulaan, ternyata dia juga dipaksa oleh orangtuanya,” jawab Samuel sambil mengunyah kacang. Tentu saja dipaksa. Tidak mungkin wanita secantik Vivian mau begitu saja dijodohkan bila tidak dipaksa. Pastinya wanita secantik dia telah memiliki kekasih.

Samuel mengernyit tidak suka saat menyadari ada rasa tidak nyaman menyentuh hatinya ketika membayangkan Vivian bersama kekasihnya.

“Sepertinya dia gadis yang baik,” kata Samuel lagi saat Freddy hanya diam membisu tidak menanggapinya.

Freddy mengerut kening, lalu tersenyum lebar. “Sebuah keberuntungan lagi,” goda Freddy.

Samuel tersenyum tipis. Ya, sebuah keberuntungan. Cantik dan baik adalah paket lengkap, bukan? Hanya saja, seperti apa hubungan mereka ke depannya nanti?

“Kak Freddy kapan menikah dengan Karin?” tanya Samuel sambil kembali mengambil kacang rebus.

Freddy mengangkat bahu. “Sejujurnya kakak sama sekali tidak merasakan apa pun pada Karin, rasanya datar,” ucap Freddy pelan. Ia menoleh menatap adiknya.

“Tidak ada cinta?” tanya Samuel balas menatap kakaknya.

Freddy menggeleng tak acuh. Ia turut mengambil kacang rebus dan mengupasnya.

“Bila memang tidak bisa diteruskan, mungkin ada baiknya katakan sejujurnya pada Karin dan Papi,” kata Samuel. Ia mengunyah kacang dengan perasaan yang tak menentu.

Bagaimana nanti hubungannya dan Vivian? Akankah mereka menemukan cinta dalam perjodohan ini? Samuel menghela napas panjang. Sepertinya sejak perjodohan ini dimulai, ia jadi sering bertanya pada sendiri, bertanya sesuatu yang hanya waktulah yang bisa menjawabnya. Benarkah hubungannya dan Vivian akan berakhir di pelaminan seperti keinginan orangtua mereka?

“Kasihan Karin, dia memujaku,” gumam Freddy lesu.

“Tapi menikah tidak bisa hanya berlandaskan rasa kasihan, Kak, itu akan menyakitkan,” kata Samuel dengan mata menerawang, membayangkan seperti apa kehidupannya dan Vivian nanti. Semoga saja hubungan mereka tidak berlandaskan rasa kasihan, karena pasti sangat menyakitkan.

Freddy menghela napas dan mengangkat bahu. “Kakak tidak tahu apa yang harus kakak lakukan. Saat ini, kakak hanya bisa menjalaninya, hingga suatu saat nanti, jawaban itu akan datang,” jawab Freddy pelan dan juga menerawang.

Samuel terdiam dan menghela napas pelan. Mereka harus menjalani perjodohan ini hanya karena obsesi orangtua mereka.

Sebenarnya mereka tak kalah kaya dari keluarga Vivian atau pun Karin. Samuel punya perusahaan sendiri yang sedang berkembang pesat, begitu juga dengan Freddy. Mereka termasuk pria-pria muda yang sukses. Ayahnya juga memiliki beberapa jaringan usaha yang tak kalah hebat sebenarnya. Hanya saja, obsesi ayahnya untuk dipandang dunia membuat mereka harus menjalani perjodohan ini. Tidak tahukah ayahnya, semua ini membebani anak-anaknya?

***

Bersambung...

Evathink

Heart is Never Wrong [Tamat]Where stories live. Discover now