10

14.1K 749 1
                                    

10

Freddy mengulum senyum menatap Karin dan Vivian yang sedang mengobrol. Mereka sedang makan siang di sebuah restoran yang sangat terkenal dengan ikan bakar sebagai menu andalannya.

“Jadi kamu dijodohkan, Vi?” tanya Karin tak percaya sambil menyesap jus wortel kesukaannya. Mereka baru saja selesai makan siang.

Wajah Vivian merona. Sekilas ia melirik Freddy.

Freddy menatap Vivian dengan dada berdebar tidak nyaman. Jadi, wanita yang membuat hatinya bergetar ini juga telah dijodohkan? Perasaan kecewa seketika menyelimuti hatinya.

Anggukan Vivian membuat semua harapan Freddy berterbangan seperti debu tertiup angin. Mungkin tidak pantas ia menaruh harapan pada Vivian saat ia sendiri sudah bertunangan dengan Karin, tapi urusan hati siapa yang bisa mengatur? Ini kali kedua ia bertemu Vivian, dan rasa di hatinya tumbuh semakin subur. Ia semakin tertarik.

“Jadi, rancananya kapan menikah?” tanya Karin dengan senyum lebar. Ternyata yang dijodohkan bukan hanya dirinya, sahabatnya juga. Apa zaman sudah berubah kembali seperti dulu? Sepertinya jodoh-jodohan kembali menjadi trend di kalangan mereka saat ini. Bagi Karin, acara perjodohan ini membawa keberuntungan baginya. Apa lagi yang lebih me-nyenangkan selain memiliki calon suami yang kaya, tampan dan baik seperti Freddy?

Vivian terbatuk menandakan ia tidak siap dengan pertanyaan Karin. Wajahnya seketika memerah. “Belumlah, Rin. Masih terlalu dini membicarakan pernikahan,” jawab Vivian sambil menyesap jus sirsak kesukaannya. Ia melirik Freddy yang entah mengapa, wajahnya terlihat muram.

Karin mengulum senyum. “Siapa tahu kan kita bisa menikah dan bulan madu sama-sama,” kata Karin lagi dengan suara renyah.

Wajah Vivian makin merona.

Freddy mengumpat dalam hati, tidak senang mendengar kalimat Karin. Ia berharap Vivian tidak akan pernah menikah dengan pria manapun.

“Dia tampan?” tanya Karin lagi sambil memainkan sedotan di gelasnya.

Freddy mengernyit tidak suka. Entah mengapa, setitik rasa cemburu mulai menodai hatinya, ia tidak

suka mendengar apa pun tentang calon suami Vivian.

Vivian hanya mengangguk pelan tanpa bersuara.

Freddy mengamati Vivian dengan hati resah. Seperti tahu sedang diamati olehnya, Vivian me-ngangkat wajah dan menatapnya. Seketika mata mereka beradu dan membuat darah Freddy berdesir. Ia tahu rasa ini, rasa yang tak pernah lagi hadir setelah ia putus dengan kekasihnya beberapa tahun lalu. Di usianya yang sudah mencapai dua puluh sembilan tahun, ia sangat mengerti arti rasa ini.

Secepat mata mereka beradu, secepat itu juga Vivian memalingkan tatapannya.

“Wah, itu bonus. Seperti aku juga, dapat bonus ganda,” kata Karin sambil mengedip sebelah matanya dan tersenyum manis pada Freddy.

Freddy hanya tersenyum kaku, sepertinya Karin sangat senang bisa bertunangan dengannya. Tapi yang ia rasakan saat ini justru sebaliknya.

***

Bersambung...

Evathink
3 juli 2019

Heart is Never Wrong [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang