Bab 7. Because it's My First Love

5.1K 711 61
                                    

Galuh berjalan menyusuri lorong rumah sakit dengan senyum merekah sempurna. Laki-laki tampan itu berencana menemui Rena dan menyerahkan uang yang ditabungnya. Dengan begitu, Rena tidak perlu mengkhawatirkan biaya rumah sakit ayahnya dan mereka bisa balikan.

Galuh berjalan santai sembari menyandang sebuah tas ransel berisi uang. Dia berpikir pasti Rena akan sangat terkejut saat tahu dirinya mampu membantu mantan kekasihnya itu. Galuh bisa saja meminjam uang pada Leo, sahabatnya dari SMP yang berasal dari konglomerat, tetapi dia tidak ingin memanfaatkan kekayaan teman untuk mendapatkan perempuan impiannya. Cinta harus diperjuangkan. Galuh berprinsip demikian.

Sejak dua bulan lalu, Galuh mendirikan sebuah kafe kecil-kecilan. Meskipun masih dalam pengembangan dan setengah modal yang didapatkannya juga berasal dari Leo, Galuh sangat bersemangat untuk maju. Sebagai seorang yatim-piatu yang dibesarkan oleh Mafty, nenek angkatnya—Galuh merasa harus mandiri. Itu sebabnya, urusan keuangan untuk Rena, dia ingin mengusahakannya sendiri.

Langkah Galuh terhenti saat melihat Rena bersama Han. Han adalah kekasih Rena, juga lelaki yang sudah merebut Rena darinya. Kedua sejoli itu tampak bahagia, tersenda gurau dan tertawa bahagia. Pemandangan itu telah membuat urat-urat Galuh serasa lepas. Bahkan mendadak kesulitan bernapas. Meski lama putus, dia masih menyimpan rasa dan asa untuk Rena.

***

Honey dan Galuh sedang berkencan. Pacar tampan Honey itu tiba-tiba saja mengajak pergi bersama. Walau begitu, dia berusaha untuk tidak melakukan kontak fisik dengannya. Meskipun Galuh sering menggodanya, bagi Honey, kontak fisik dengannya akan sangat menyusahkan. Lagipula, sengaja atau tidak sengaja, Galuh sering membuatnya membayar, kecuali lelaki itu sedang baik.

"Kamu sudah bangkrut?" Galuh tersenyum, senang menggoda Honey.

Honey mengepalkan tangan dengan bibir yang ditahan sekuat mungkin agar tidak mengumpat.

"Kita bahkan belum berpacaran selama seminggu dan kamu sudah bangkrut?" Galuh sepertinya tidak tahu cara memfilter mana ucapan yang menyinggung atau tidak.

"Lagipula, jika kamu tidak punya uang, aku tidak keberatan kamu berutang," katanya menambahkan membuat Honey ingin mempunyai kekuatan memanggil palu seperti Thor lalu menghantamkannya ke kepala Galuh.

"Aku belum bangkrut," sanggah Honey dengan penekanan kuat.

"Bola matamu nyaris copot, tuh," ujar Galuh santai membuat Honey segera mengedipkan mata beberapa kali. Panas. Memelotot membuat urat-urat matanya bekerja keras.

"Jadi, ada mendesak apa sampai mengajakku bertemu?" Honey penasaran. Dalam surat kontrak, memang tidak disebutkan kalau hanya pihak klien yang dapat mengatur tempat dan waktu mereka bertemu, tetapi sangat mengherankan bila Galuh tiba-tiba mengajak bertemu. Walau Honey tentu tidak keberatan karena sedang bosan.

"Nggak ada apa-apa. Aku hanya ingin berkencan denganmu seperti orang pacaran lainnya, nggak boleh?" Galuh menatap Honey dalam, sedikit memelas membuat Honey segera menggelengkan kepalanya.

"Bukan, aku pikir kamu hanya akan datang saat aku minta, seperti pacar sewaan di film atau drama," jelas Honey.

"Ah, pada awalnya aku memang seperti itu, tapi ada hal di luar dugaan yang terjadi, itu sebabnya lebih baik kita saling berkomunikasi dengan baik. Jadi, kamu tidak bisa memaksaku melakukan sesuatu yang tidak aku mau, aku pun juga begitu."

Honey mengerutkan kening, "Hal diluar dugaan? Dengan klienmu sebelumnya?"

Galuh mengangguk, "Dia klien kedua atau ketiga, aku lupa, hanya sebulan. Kontrak kami berakhir sebelum tiga bulan, dia melanggar kontrak," terang Galuh.

PACAR DISKON 30% [ New Version ]Where stories live. Discover now