Bab 9. Cinderella Man

4.4K 670 70
                                    

Galuh segera memeriksa handphone-nya yang bergetar sejak tadi begitu keluar kelas. Ada tiga misscall dan empat pesan. Semuanya dari Honey. Namun, belum juga pesan itu diklik, tubuhnya disenggol.

"Sori,Gal. Aku duluan," pamit Leo membuat Galuh menoleh ke arah sahabatnya, batal membaca pesan dari Honey.

"Buru-buru amat. Mau kemana, sih?" tanya Galuh heran.

"Ada urusan mendadak. "Udah ya."

"Wait!" teriak Galuh membuat Leo yang sudah seperti cacing kedinginan urung melangkah pergi.

"Apa sih, Gal? Aku harus pergi, nih," ujarLeo dengan tidak sabar.

"Kalau kamu pulang duluan, aku pulangnya sama siapa? Kan tadi aku berangkatnya bareng kamu."

Leo tanpa pikir-panjang mengambil kunci mobil dan melemparnya ke Galuh. "Pake aja mobilku," ujarnya lalu pergi, tidak bisa menunggu lagi.

Setelah Leo pergi, Galuh kembali melanjutkan aktivitasnya yang sempat tertunda, mengecek pesan dari Honey.

Honey

F, Jemput.

Sekarang.

Galuh menyipitkan mata sehingga menjadi garis lurus. Empat pesan dengan isi teks yang sama sukses membuatnya kesal.

F

Lagi?

Udah siapin uang belum?

Tidak ada balasan. Bahkan setelah semenit lebih dua detik berlalu.

Galuh menghela napas panjang. Kekesalannya bertambah saat Honey membaca pesannya, tetapi tidak membalas.

"Kalau ntar ketemu, aku akan menjadikannya gule, soto daging, atau rawon," geram Galuh

"Siapa?"

"Si Honey. Dia kan dagingnya banyak, jadi ...."

Galuh tidak bisa menggenapi kata-katanya saat melihat siapa yang bertanya. Gadis cantik yang sudah menikamkan belati di hatinya berdiri di hadapannya dengan wajah polos.

"Hai, Gal," sapa Rena ramah.

Galuh menahan napas, mencoba tidak menangis atau bertindak beringas. Bagaimanapun bertemu mantan di saat tidak terduga adalah sesuatu yang dapat memicu serangan jantung atau terputusnya urat saraf di otak. Galuh mencoba untuk tidak mengalami kedua hal buruk itu.

Rena dan Galuh memang satu kampus. Namun,berbeda fakultas dan jurusan. Galuh memilih Desain Grafis, sedangkan Rena memilih Teknik Informatika. Singkatnya, pertemuan mereka tanpa unsur kesengajaan bisa dikatakan satu banding sepuluh ribu. Bahkan mendekati mustahil.

"Gal."

Galuh masih diam, menatap mantan pacar sedang mengulas senyuman manis. Tak ada rasa bersalah atau perasaan sejenis di wajah gadis itu. Hal itu membuat Galuh merasa marah. Kepalan tangannya menguat tanpa sadar, mencengkram kuat handphone yang masih di dalam genggamannya. Setahun bukan waktu yang sebentar, tetapi tidak cukup untuk menyembuhkan hati yang telanjur terluka.

Handphone Galuh berdering, Honey menelepon. Galuh berpaling dari Rena, sengaja mengabaikan untuk mengangkat telepon.

"Ya?"

"Udah di mana?" tanya Honey tanpa basa-basi.

"Di kampus, baru aja keluar kelas. Kenapa?"Galuh berpura-pura tidak ingat tentang permintaan Honey agar menjemputnya.

"Cepetan ke sini, dong. Jemput aku, ya."

Galuh merinding, sampai memeriksa si penelpon. Itu nomor Honey, tapi suaranya seperti sengaja dibuat sengau dan diseret-seret. Bukannya terdengar manis, suara Honey malah membuatnya merasa ngeri.

PACAR DISKON 30% [ New Version ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang