Bab 14. Miracle We Meet

4.3K 678 69
                                    


Leo menyipitkan mata saat Galuh, yang mengaku sedang sekarat, malah sedang bermain game. Dia semakin meradang karena sudah cepat-cepat datang sembari membawa banyak makanan sesuai permintaan Galuh, malah tidak dianggap. Bahkan tidak mau memakan semua makanan itu.

"Gal, aku pulang, nih," ancam Leo.

"Hm?"

Galuh masih menatap layar play station-nya. Acuh tak acuh.

"Oi, Gal. Serius, pulang, nih!"

Leo berdiri duduknya lalu sengaja berjalan ke dekat pintu kamar Galuh.

"Oh, gitu? Ya udah, hati-hati," pesan Galuh tanpa menoleh ke arah Leo.

Leo mendengkus kasar. Laki-laki dengan bibir rada tebal tapi seksi itu segera berlari mendekati Galuh lalumengelitikinya dengan brutal. Galuh yang memang tidak tahan dengan perlakuan seperti itu segera berontak. Lelaki tampan itu mencoba menghindari serangan Leo. Namun, Leo juga tidak mau dikalahkan begitu saja.

Dua menit pertarungan cukup membuat keduanya kehilangan tenaga. Napas keduanya saling memburu. Tubuh mereka berkeringat. karena pertarungan yang sengit.

"Aku sakit, kok dianiaya, sih?" protes Galuh.

"Sakit dari Belgia? Dari tadi aku jengukin malah main," bantah Leo.

"Aku butuh hiburan biar nggak stress. Lagian kan PS kamu yang beliin," kilah Galuh.

"Jadi nyesel kan udah dibeliin. Apa PS-nya aku jual diam-diam aja?" Leo pura-pura berpikir.

"Mana ada orang berpikir jelek dikatakan? Lagian, kalau kamu jual pun, pasti ntar aku ke rumahmu buat main PS," sahut Galuh.

"Iya, iya. Percuma, dong." Leo mangut-mangut.

Galuh mengangguk pelan.

"Iya, percuma," katanya membenarkan.

"Jadi, ada apa kamu ke sini? Aku yakin, kamu ke sini nggak cuma karena mau jenguk aku sakit kan?" tanya Galuh sembari menatap lekat ke arah Leo.

Leo menghela napas berat.

"Ketahuan?"

Galuh mengangguk.

"Banget. Lagipula, apa-apaan dengan lecet di dahimu itu? Kamu dipukul ayahmu lagi?" tanya Galuh sembari menunjuk jidat sahabatnya yang terluka.

Leo menyengir. "Aku dipaksa untuk bertemu dengan calon tunanganku."

"Lagi?"

Leo mengangguk. "Mereka bilang dua keluarga telah sepakat. Mau nggak mau, aku harus mau melakukan perjodohan ini."

"Hm? Trus? Kenapa mukamu begitu? Kamu nggak suka calon tunanganmu?" tanya Galuh heran.

"Bukan begitu."

"Lantas?"

"Dia sudah punya pacar."

Galuh terdiam sebentar lalu menatap tajam. "Aku jadi teringat pacarku."

"Eh? I-ingat tentang a-apa, Gal?" tanya Leo dengan jantung berdebar. Gugup dan takut kalau Galuh akan sadar, Honey adalah calon tunangannya.

"Dia juga mau dijodohkan," jawab Galuh. "Tapi, dia menolaknya."

"Udah jelas nolak, kan? Lagipula, dia kan udah punya kamu."

"Iya, sih. Tapi kalau dia memang mau meninggalkan aku, nggak masalah," jawab Galuh yang membuat kening Leo mengernyit.

"Apa maksudmu nggak masalah? Kamu nggak mencintainya?" tanya Leo tidak mengerti.

"Nggak masalah, asal dia nggak minta ganti rugi atau return," jawab Galuh yang membuat Leo semakin tidak mengerti. Bingung.

PACAR DISKON 30% [ New Version ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang