Bab 15. Confession

4.3K 665 62
                                    

Honey menghela napas panjang sembari duduk lemas dengan nyawa setengah melayang. Bahkan tatapan matanya kosong. Dia baru saja berhasil melewati masa kritis pertamanya.

Perkenalan lelaki asing yang ditolongnya karena kasihan, berubah menjadi bencana. Honey sekarang mengerti mengapa dirinya dilarang mendekati orang asing.

Honey bimbang antara memberitahu F atau tidak. Dia tidak ingin menjadi pengkhianat atau pembohong. Namun, juga takut kalau masalah ini akan membesar dan membuat hubungan mereka semakin kacau. Terlebih Leo, calon tunangannya mengatakan ingin mengenal Honey lebih dalam.

Lebih dalam. Honey tersenyum kecut. Dia merasa baru saja lolos dari lubang buaya, tapi masuk ke sarang beruang. Ingin menangis, tetapi tawa yang lepas. Miris.

Pikiran Honey amburadul. Dia jadi teringat lagi kejadian mendebarkan yang dialaminya tadi, membuatnya hanya bisa menganga, beku. Tubuhnya yang seberat sekarung beras kata F, mendadak tidak bisa digerakkan sama sekali. Keinginannya untuk bisa seringan kertas, tidak terkabul. Mungkin hal itu dikarenakan F menyebutnya Penguin.

"Ini keajaiban. Aku menghindari pertemuan kita, tetapi malah bertemu di sini," kata Leo tadi.

Honey menelan ludah. Tangannya masih digenggam erat oleh Leo. Ingin ditarik paksa, tetapi Leo terlalu kuat. Ternyata benar, yang bertulang lebih kuat daripada kumpulan daging.

"Karena kita sudah telanjur bertemu, bagaimana kalau kita mencobanya?" usul Leo.

"Mencobanya?" Dahi Honey berkerut. Firasatnya buruk.

"Perjodohan ini," jelas Leo.

"Aku sudah punya pacar," ujar Honey sembari mencoba melepaskan tangannya dari genggaman Leo.

"Ah, sori," ujar Leo sembari melepaskan tangan Honey. Baru sadarmasih menggenggam erat tangan gadis itu."Aku tahu kalau kamu punya pacar, kok," imbuh Leomembuat Honey membulatkan mata.

"Dan kamu masih bersedia untuk dijodohkan meski sudah tahu itu?" tanya Honey tidak percaya.

"Kenapa nggak? Bukankah kamu dan pacarmu belum tentu selamanya bersama? Aku masih punya kesempatan, kan?" cerocos Leo.

"Nggak. Aku ini tipe yang setia, bukan pengkhianat!"

Leo menyunggingkan sebuah senyuman."Aku tahu. Karena itu, seorang gadis sepertimu nggak cocok bersama seseorang yang bahkan nggak tahu dia mencintaimu atau nggak."

"Hah? Sok tahu. Emang kamu kenal F?" tanya Honey.

Leo mengerutkan dahi. Bingung."F? Siapa?"

"Pacarku."

"Hah?"

Leo melongo.

"Kenapa bingung gitu, sih? Pacarku namanya F, kamu nggak kenal. Jangan sok tahu," ketus Honey.

"Kamu punya dua pacar?" tanya Leo bingung. Setahu dia, Galuh adalah pacar Honey, bukan F.

"Nggak! Aku setia!" teriak Honey lalu pergi meninggalkan Leo,merasa tersinggung. Bukan karena takut dibilang nggak setia, tetapi satu pacar saja didapatnya dengan sangat mahal. Bahkan, nyaris bangkrut dan melarat. Jadi, tidak mungkin mempunyai dua pacar. Honey masih waras, belum gila.

Honey menghela napas sekali lagi lalu menelepon F. Bagaimanapun respons F, dia akan menerima tanpa melawan. Dia merasa harus berterus terang. Terlebih, mereka pacaran. Kebohongan yang didiamkan hanya akan menimbulkan kekecewaan yang tidak tersembuhkan. Menurut Honey demikian.

Deringan pertama tidak diangkat. Deringan kedua, masih tidak diangkat. Deringan ketiga, di luar jangkauan. Honey tidak menyerah. Gadis berambut panjang itu,mencoba berulang kali sampai akhirnya kata sibuk yang didapatnya dari operator.

PACAR DISKON 30% [ New Version ]Where stories live. Discover now