Bab 22. About Time

3.9K 516 30
                                    

Honey bahagia. Hal itu terlihat dari garis senyum yang tidak pernah pudar dari wajah gadis bulat itu. Sindy yang melihat kelakuan anak tirinya itu hanya melahap makanannya dengan gemas. Wanita itu tahu alasan dibalik sikap Honey sekarang. Namun, tidak bisa berbuat apa-apa untuk itu.

Sindy sudah memutuskan untuk menunggu Honey dan Galuh putus karena keinginan mereka sendiri. Meski mungkin membutuhkan waktu yang cukup lama, Sindy tidak peduli. Dia masih sangat yakin bahwa Leo adalah pemuda terbaik untuk Honey.

Sindy memang bukan ibu kandung Honey. Namun, soal kasih sayang, wanita itu tidak perlu diragukan. Ketidakmampuannya untuk mempunyai keturunan sendiri telah membuatnya mencurahkan semua kasih sayang dan cintanya sebagai seorang Ibu kepada Honey, anak sambungnya. Dia tulus, bukan modus.

"Makanannya nanti dingin, lho," tegur Sindy yang membuat Honey sedikit kaget.

"Makanannya," ulang Sindy. Honey yang masih sedikit linglung segera menoleh ke makanannya yang masih utuh.

"Maaf, Bun," katanya sambil cengengesan.

"Seneng banget, ada apa? Galuh menang undian?" tanya Sindy setengah mencibir.

Honey menggelengkan kepalanya.

"Nggak, Bun," jawabnya.

"Trus kok kamu senyum-senyum sendiri sejak tadi?" tanya Sindy lagi.

"Besok Galuh ngajak Honey kencan, Bun," jawab Honey yang membuat Sindy menyesal sudah bertanya.

"Kencan? Palingan diajak ke warung bakso doang. Dia kan kere," ledek Sindy.

Honey sudah menjelaskan pada Sindy perihal nama F yang sebenarnya adalah Galuh. Dia mengatakan kalau F hanyalah nama isial. Sindy tidak terlalu peduli tentang itu. Sebab, keinginannya hanya satu yaitu agar Honey dan Galuh segera putus.

"Lho? Kok Bunda tahu, sih? Keren," puji Honey. Gadis berpipi chubby itu tersenyum lebar membuat Sindy hanya mampu menghela napas berat.

"Kamu kok seneng banget diajak kencan makan bakso di warung murah sih, dear?" Sindy menggelengkan kepalanya heran. "Padahal kalau sama Leo, kamu bisa makan dan kencan di tempat mewah lho."

"Ini bukan masalah tempatnya, Bun, tapi siapa yang ngajak," sanggah Honey. "Siapa coba yang nggak seneng kalau diajak makan sama cowok ganteng kayak Galuh," imbuhnya.

Sindy langsung mual dan nyaris muntah mendengar ucapan putrinya. Dia semakin yakin kalau otak Honey sedang error. Bagi Sindy, tidak ada yang menarik dari seolah Galuh. Selain menyebalkan dan kurang ajar, pemuda itu sudah seperti panu yang membandel. Sindy mengakui kalau Galuh cukup ganteng. Namun, ganteng saja tidak cukup untuk terus bertahan hidup sebagai orang kaya. Dia memiliki firasat kalau mereka akan bangkrut dan jatuh miskin jika Honey bersama Galuh.

"Oh ya," kata Sindy. Wanita itu teringat sesuatu yang penting saat memikirkan tentang kebangkrutan.

"Bunda lihat kamu menarik uang dalam jumlah besar dari rekeningmu bulan lalu, dear. Buat apa?" tanya Sindy yang langsung membuat Honey menjatuhkan sendok yang sedang dipegangnya, menghasilkan suara dentingan keras saat tidak sengaja mengenai piring.

"Ada apa, Dear? Kenapa reaksimu begitu?" tanya Sindy penuh selidik.

Honey hanya menelan ludah. Bola mata gadis bulat tersebut berputar ke atas. Otaknya sedang bekerja keras untuk memikirkan sebuah alasan.

"Kamu pakai buat apa uang itu, Dear?" Sindy kembali bertanya membuat Honey mulai berkeringat. Tangan dan kaki gadis tembem itu mendadak terasa dingin.

"Itu, Bun, anu." Honey mulai salah tingkah. Tangannya mulai menggaruk-garuk kepalanya yang mendadak gatal.

"Ba-bantu temen," jawab Honey cepat.

PACAR DISKON 30% [ New Version ]Where stories live. Discover now