Bab 17. Healer

3.6K 600 42
                                    

Galuh hendak pergi setelah kuliah selesai, tetapi Leo mencegahnya. Lelaki yang kembali berambut hitam itu menatap heran sahabatnya. Leo terlihat sangat serius. Mau tidak mau, dia mengiakan ajakan Leo. Mereka bicara di kantin. Di mana Galuh masih menyempatkan diri membeli minuman untuk dirinya sendiri. Menyadari itu, Leo sempat protes.

"Buat aku nggak ada?" Leo menyindir.

"Mau?" kata Galuh menawarkan sambil menyodorkan minumannya.

Leo menyipitkan mata, kesal.

"Maksudmu aku harus menyeruput minuman dari sedotan yang sama denganmu?" sergahnya yang dibalas anggukan Galuh.

"Aku bebas rabies," kata Galuh yang membuat Leo berekspresi datar.

"Kamu tahu, bukan itu intinya,kan?" katanya penuh penekanan.

Galuh mengangguk mengerti.

"Aku tahu," jawabnya sambil meletakkan minumannya di meja. "Jadi, ada apa dengan pacarku?"

"Dia calon tunanganku."Leo menautkan alis, menyadari kalau Galuh tidak terlihat terkejut, seolah sudah tahu."Kenapa kamu nggak kaget?"

"Menurutmu?" Galuh balik bertanya.

"Kamu sudah tahu?"

"Secara langsung nggak, hanya sekadar asumsi, ternyata benar," jelas Galuh santai.

"Jadi, kamu juga sudah tahu kalau Honey memiliki pacar bernama F?" tanya Leo.

"F itu aku," aku Galuh.

Leo terperangah."Bagaimana mungkin seorang Galuh Ganjar Laksana tiba-tiba jadi F?" Dia kebingungan.

"Ceritanya panjang, mungkin lebih lama dari durasi film Avengers End Game kalau diceritakan," jawab Galuh membuat Leo mendesah kasar."Itu sama sekali nggak lucu, Gal."

Leo dan Galuh saling menatap dengan tajam.

"Aku nggak pernah bermaksud melucu. Aku hanya belum yakin kalau dia adalah gadis yang dijodohkan denganmu," bantahnya.

"Dan setelah itu, kamu masih saja berdiam diri?"Leo sama sekali tidak mengerti dengan pemikiran sahabatnya.

Galuh mengambil minumannya kembali, meminumnya hingga habis lalu meremasnya kuat-kuat.

"Karena sudah begini, tolong putuskan dia, Gal," mohon Leo.

Galuh mengangkat kepala, menatap sahabatnya bersungguh-sungguh.

"Aku nggak bisa," tolaknya.

"Kenapa? Bukankah kamu masih mencintai Rena?"

"Ini bukan tentang aku masih mencintai Rena atau nggak," sanggah Galuh.

"Lantas?" Leo menuntut penjelasan.

"Ini soal kesetiaan," jawab Galuh, tanpa sadar membuat Leo tertawa.

"Ayolah, Gal, jangan melucu. Kamu bilang kesetiaan? Kamu nggak datang tadi malam. Dia sampai menangis tersedu-sedu karena menunggumu. Di saat dia terluka, aku yang berada di sampingnya, bukan kamu," serang Leo.

Galuh hanya tersenyum tipis."Itu juga berlaku untukmu."

"Maksudmu?" Dahi Leo berkerut.

"Honey bukan Minnie. Kamu nggak boleh bersamanya, hanya karena dia sedikit mirip mantan pacarmu yang sudah meninggal dunia itu," sahut Galuh membuat Leo mengepalkan tangan tanpa sadar.

"Setidaknya, dia hanya bersaing dengan orang yang sudah meninggal dunia, bukan mantan pacar yang bisa muncul kapan saja," sergahnya.

Galuh tertawa geli. "Honey tidak panjas untuk dijadikan pelampiasan. Dia berhak mendapatkan lelaki yang mencintainya dengan tulus."

PACAR DISKON 30% [ New Version ]Where stories live. Discover now