Bab 20. The Real has come

3.8K 666 88
                                    

"Aku nggak akan memberikan Honey padamu," tekan Leo.

Galuh yang duduk di depannya hanya mengangguk sembari memasukkan sesendok nasi goreng ke mulutnya.

"Kamu dengar aku, Gal?" tanya Leo sembari menatap Galuh yang mengabaikan ucapannya. Dia ingin menekankan pada sahabatnya itu kalau dia tidak akan menyerah soal Honey. Leo sudah terlanjur menyukai Honey. Perasaan itu tidak main-main.

Galuh hanya mengangguk sekali lagi.

"Dia adalah calon tunanganku, Gal. Aku juga menyukainya," imbuh Leo.

Galuh kembali menganggukkan kepala dua kali, tak acuh dengan semua ocehan sahabatnya.

Leo menghela napas panjang lantas menyeret piring Galuh membuat pemuda tampan itu tidak dapat meneruskan makannya.

"Aku serius, Gal," ucapnya bersungguh-sungguh.

Galuh menarik kembali piringnya, membuat Leo memelototinya. Hal itu membuat pemuda tampan itu terpaksa memberikan tanggapan.

"Dengar, aku nggak peduli Honey itu calon tunanganmu atau bukan, kamu menyukainya atau nggak, itu nggak ada hubungannya dengan persahabatan kita sama sekali," tekan Galuh.

Leo tertegun sejenak, tidak menyangka kalau Galuh akan merespon seperti itu. Padahal, dia sudah bersiap jika seandainya Galuh akan mengajaknya untuk bertarung atau menjaga jarak dengannya.

"Kamu nyantai amat, Gal. Kamu nggak menganggapku sebagai saingan huh?" tanya Leo heran.

Galuh menggelengkan kepala.

"Nggak, bagiku kamu tetap Leo, sahabatku," jawabnya. "Sama sepertimu, aku juga nggak berniat melepaskan Honey. Aku akan berjuang dengan caraku, kamu juga. Semua ini nggak akan membuatku memusuhimu."

Galuh berhenti sejenak untuk meminum jus melonnya dalam beberapa tegukan. Setelahnya, dia menatap Leo lagi.

"Honey memang calon tunanganmu, tapi dia pacarku sekarang," imbuh Galuh.

"Lalu? Bagaimana dengan Rena?" tanya Leo.

"Ah, dia?" Galuh berpikir sejenak. "Aku dan Rena sudah nggak pacaran lagi alias sudah putus sejak lama. So, dia hanya mantan pacar," lanjutnya.

"Apa Rena tahu kalau kamu pacaran dengan Honey, Gal?" tanya Leo lagi.

Galuh mengangguk mengiyakan.

"Sure," jawab Galuh.

"Gimana kalau Rena melakukan hal aneh pada Honey? Apa kamu nggak akan merasa bersalah jika terjadi hal buruk pada Honey, Gal?" Leo tampak khawatir.

Galuh mengibas-ngibaskan tangannya ke udara lalu berucap, "nggak, nggak akan."

"Kamu yakin?" Leo meragukan.

"Kamu kebanyakan nonton Sinetron, Di. Aku tahu Rena, dia nggak sepicik itu," sanggah Galuh.

"Itu menurutmu, Gal. Orang yang patah hati bisa berubah menjadi monster, lho," kilah Leo.

"Kalau begitu, aku tambah nggak tertarik padanya. Aku akan menganggapnya sebagai orang asing jika dia melakukan hal buruk pada Honey," tegas Galuh.

"Kenapa begitu? Bukankah itu artinya dia sangat mencintaimu?" tanya Leo heran.

"Nggak, Di saat seseorang mampu menyakiti orang lain hanya demi perasaan yang dia paksakan, itu bukan cinta, melainkan obsesi. Dan semua obsesi akan berujung pada satu hal ; kematian hati." Galuh menatap Leo dengan sungguh-sungguh. "Karena itu, aku nggak ingin bersama seseorang yang seperti itu."

Leo menghela napas panjang.

"Bahkan, meski itu aku?" tanya Leo yang membuat keduanya bertatapan cukup lama.

PACAR DISKON 30% [ New Version ]Место, где живут истории. Откройте их для себя