9. Tips : Belajar Mengembangkan Plot Novel dengan Three-Act Structure

420 17 0
                                    

Tips : Belajar Mengembangkan Plot Novel dengan Three-Act Structure

Apakah plot itu?

Terkadang, para ahli kepenulisan sering menyebutkan bahwa plot bukan hal penting dalam karya fiksi, dan pembaca yang perhatiin plot hanya yang nggak dewasa. Namun, plot sebenernya hal yang nggak bisa langsung divonis nggak penting, loh, karena plot adalah satu hal yang membuat kita sebagai pembaca penasaran dan punya keinginan untuk ngabisin bacaan. Plot dapat digambarin kyak umpan pada kail yang narik ikan. Jadi, salah banget tuh kalo dibilang plot kurang penting atau porsinya nggak sebesar karakter, konflik, dll.

Nah, setelah tau tentang plot, pasti timbul pertanyaan, “Gimana sih cara bikin plot yang woah?” Atau pertanyaan lain yang lebih standar semisal, “Gimana sih cara supaya bisa nulis cerita?”

Baiklah. Ini pertanyaan gampang dengan jawaban yang cukup susah, sebab merencanakan plot bukan tugas gampang. Dalam membuat plot, kita harus mikirin series of events (serangkaian kejadian) yang bikin pembaca tetap membalikkan halaman dan nggak berkata, “Hah? Gitu doang? Apaan sih ini?”

Sebelum sampe pada bagaimana ngembangin plot, mari kita simak dulu empat hal mendasar yang sekiranya harus dipahami dari sebuah plot.

•) Suatu plot adalah rangkaian kejadian yang saling berkaitan. Jadi, ketika kita nulis kejadian seorang anggota dewan yang tertabrak mobil dan nggak berkaitan dengan kejadian pengangkatan Kapolri baru, berarti dua hal itu BUKAN hal yang berhubungan, melainkan cuma sebuah kebetulan. Padahal, bakal lebih greget kalo dua kejadian itu saling berhubungan dan memunculkan misteri, kan?

•) Karakter utama ingin sesuatu yang penting. Dan ketika dia gagal atau nemu hambatan, tingkat risiko yang harus dia tempuh jadi semakin tinggi. Hidupnya juga seperti bergantung pada keinginan itu.

•) Inget. Apa pun yang tokoh inginkan, nggak akan mudah didapat. Faktanya, semua yang kita pengenin dan kemungkinan risiko yang bisa kita kembangkan dari seorang tokoh, kita lempar aja ke tokoh utama.

•) Kejadian-kejadian harus mencapai kesimpulan yang memuaskan. Dalam hal ini, plot pada akhirnya nggak harus happy ending, menggantung, atau ambigu. Yang penting harus ada kesan bahwa plot ditutup, entah ke depannya bakal dilanjut ke serial berikutnya atau enggak.

Struktur “Three Act”

Angka tiga adalah angka ajaib dari plot, katanya sih gitu. Nggak cuma untuk novel, tapi juga untuk cerpen, film, dan dalam pementasan teater.

Setiap cerita, biasanya punya tiga bagian plot. Yaitu awal, tengah, dan akhir. Tiga bagian ini memisahkan fase-fase dalam cerita. Pada pementasan teater, biasanya disebut Act I, Act II, dan Act III. Dan biasanya tirai dibuka atau ditutup pada setiap Act.

Pada karya fiksi, plot juga dibagi menjadi beberapa bagian atau bab, sebutannya bukan lagi “Act”. Meskipun terkadang pada setiap bab, kita juga bisa ngerasain perpindahan fase-fase tersebut. Istilah yang lebih manusiawi, bisa kita simak pada penjelasan di bawah ini :

1. Beginning (Awal) : Karakter utama membuat pilihan untuk beraksi.

2. Middle (Tengah) : Aksi tersebut dimulai dan dibumbui berbagai konflik.

3. End (Akhir) : Konsekuensi dari aksi dan resolusi akhir.

Contohnya akan coba saya tulis (copas) di bawah ini. Sebut aja ini plot “Ninad dan Eunoia”

Beginning » Ninad sudah memasuki usia dewasa muda, yaitu awal delapanbelas. Ia bermaksud untuk mengikuti seleksi anggota “Demokrasi Empat Pilar” agar bisa mengungkap kasus hilangnya orangtua Ninad yang tergabung dalam Dewan Perluasan Agung, divisi Virtuoso.

Middle » Selama proses seleksi rupanya tidak mudah, sebab Ninad berasal dari daerah Tepi Batas yang dinilai kurang dalam segi pendidikan maupun pengembangan daerah. Tetapi, Ninad dapat lolos dengan hasil baik bahkan masuk ke dalam Dewan Pembangunan Agung, divisi Arsitek. Karena domisili Ninad tersebut, banyak calon anggota lain yang mencoba untuk menjatuhkannya dari mulai tahap seleksi sampai ketika ia sudah berada di dalam gedung dewan.

» Aksi-aksi pada bagian tengah cerita, memiliki konsekuensi dan pada sebuah cerita, hal ini menyebabkan perubahan pada karakter utama maupun karakter pendukung. Dengan kata lain, Ninad–si tokoh–menyadari kekurangannya, berubah menjadi lebih kuat untuk mencapai keinginan atau kebenaran yang ia cari. Ia menemukan kembali titik terang dan penyelesaian kasus hilangnya kedua orangtuanya dan berhasil menjadi pembangun handal di salah satu dewan Demokrasi Empat Pilar.

Kesimpulan

Dari cerita pendek ke novel dengan 200 halaman atau lebih; dari opera ke bioskop; struktur klasik “three act” inilah yang menyatukan semua cerita dan rangkaian kejadian.

Sedikit petunjuk : Dari “three act structure” ini, kalian juga bisa membagi kerangka cerita dan memasukkannya dalam fase, apakah kerangka A masuk fase awal, atau masuk fase tengah, atau bahkan akhir.

MATERI KEPENULISAN LCWhere stories live. Discover now