Panasnya Matahari

2.9K 315 19
                                    

"Chae, Yul, Yena mana? Bangunin sana," suruh Seokjin, yo pasti dua anak itu langsung saling tatap dengan tampang nyuruh lagi.

Tipikal orang Indonesia, disuruh nyuruh lagi.

"Jangan cuma liat-liatan, Bapak nyuruh kalian berdua."

Chaewon menghela napas, lalu masang muka sepet. "Pak, kalau salah satu bisa, kenapa harus dua?"

"Kalo dua bisa, kenapa harus satu?" bales Seokjin, gak mau kalah.

"Gini Pak, kalau salah satu dari kami berdua yang bangunin, itu bakal lebih menghemat tenaga juga waktu. Dibanding kami dua-duanya yang bangunin, itu bakalan boros dari semua faktor." Chaewon berkata layaknya seorang pakar.

Pakar ngeles.

"Translate lebih pendeknya, 'kalau Yuri bisa, kenapa harus aku?'. Untung Aku baik mau artiin untuk Papa yang bingung."

Urat-urat di kepala Seokjin mulai timbul, kesel banget malah diocehin anak sendiri.

"Bangunin atau kunci rumah Bapak titip Kak Bambang?"

Kalau ancaman yang dikeluarin, anak-anak gak ada yang bisa ngoceh lagi. Mereka berdua langsung lari ke kamar Yena dengan spirit of the world.

Sampe di kamar, kakak tertuanya itu masih nyenyak di balik selimut.

Semua orang, bahkan hampir satu kampung juga tau Yena paling kebo. Tidur duluan bangun akhiran, macem titan.

"Yena bangunnnn!" Chaewon coba bangunin dengan mengguncang-guncang badan, tapi masih gak bangun.

Ini orang lupa bangun kayaknya...

Yuri nyolok puser kakaknya. Gak kenceng tapi berhasil bikin si orang kegelian. "BANGUNNNN!"

Yena langsung bangun, mukanya bingung mau ngeluh puser sakit atau kepalanya yang sakit kejedot tiang.

"Why? Why are you guys did this? Dunia gak bakal kiamat kalo gua tidur, cuk!" teriak Yena dengan bahasa yang gak tau bener apa enggak. Dari mukanya keliatan banget kesel.

"Jangan sok ngebahasa, cepetan bangun." Chaewon dengan gak pedulinya langsung narik selimut yang membuat Yena maupun Yuri teriak histeris.

Yena cuma pake cd, G-string:)

"AHHH MATAKU! SELAMATKAN MATAKU! AKHHHH!"

"YA ALLAH INI AURAT HEY JANGAN MAEN NGUMBAR AJA!!"

Dua saudaranya yang lain sibuk teriak, Chaewon pergi dari kamar sambil gak berhenti istigfar dalem hati.

Masih pagi, dan dia harus melihat sesuatu yang nggak banget.

"Chae, kenapa lagi?" tanya Seokjin di ujung pintu. Udah rapih dan wangi siap menjemput uangㅡmaksudnya kerja.

"Yena, pake G-string."

Papa single dari tiga anak gadis itu mengernyit heran. "G-string apaan?"

"Duh," keluh Chaewon, tepok jidat gak ngerti lagi. "Makanya Pak, cari istri sana."

Denger jenis ledekan yang keluar dari mulut putrinya, Seokjin reflek mendengus. "Nanti malah takut sama kalian bertiga."

"Aku gak gigit kok," jawab Chaewon, merapihkan kemeja sang bapak. "Tapi gak tau kalau Yena. Yuri sih, kayaknya bakal sepenuhnya menggigit."

Dua anak yang diomongin datang. Yena yang pake sarung, dan Yuri yang masih nutupin matanya.

"Bapak tumben berangkat jam segini?" tanya Yena, tangannya ribet benerin letak sarung.

"Itu kenapa kamu cuma sarungan? Mau disunat?"

"Mau deh, kalo dapet duit mah."

Seokjin reflek menjitak jidat Yena. "Sa ae lau."

Yuri menyalimi tangan sang papah. "Papa yang bener kerjanya, cari duit yang banyak, biar kita bisa pindah rumah."

Lalu tiga orang yang lain dengan gak santai bilang, "Aminnn!"

"Yaudzz, Bapak berangkat."

Si kembar tiga dadah-dadah ke motor bapaknya yang mulai menjauh, dan saat udah ilang sepenuhnya dari penglihatan, mereka saling liat-liatan.

"Mau kemana kita?"

"Yena, mendingan cepet mandi sana. Katanya mau nemenin aku ke pameran," kata Chaewon, tanpa sadar langsung mematahkan semangat Yena.

"Ah, emang kapan Yena ngomong gitu?" Yena monyong-monyong seakan lupa.

Untuk keduakalinya dalam hari ini, badan Yena diguncang Chaewon lumayan kenceng. "Yena mau aku buat beneran lupa?"

Matanya kayak bakalan keluar laser.

"Aduduh, bercanda. Lu mah gak bisa diajak bercanda." Masih dengan Yena yang monyong-monyong.

"Emang pamerannya di mana?" tanya Yuri, tiba-tiba udah nyetel TV ruang tamu. "Pameran apaan?"

"Pameran karya seni buatan siswa SMA gituh, Yul. Ikut yuk, nanti aku traktir es grim."

"Ship!" Yuri dan Chaewon langsung bersepakat.

"Masa Yuri doang?"

"Katanya tadi lupa?"

"Ya Allah, kan gua bilang bercanda." Yena masang muka melas minta dihujat.

"Ih, yaudah sih jangan nangis. Jelek banget tau gak." Yuri dan Chaewon juga kompak ngetawain kakaknya.

Berakhir dengan Yena yang beneran dihujat.

JO YURIZ: Bukan KembarWhere stories live. Discover now