Baby Shark

702 126 3
                                    

Yena berbalik, langsung berhadapan sama dua murid SMA pendatang yang sedaritadi ngebuntutin dia melulu.

Denger-denger mereka Jiheon dan Jinwoo, adeknya Jihoon. Maksudnya bener-bener adeknya Jihoon, adek kandung, dari rahim yang sama dan emak yang sama.

"Iye, iye. Gua Yena, iye," jawabnya agak males karena dari ujung lorong sampe ujung lorong yang lain masih aja ditanya.

"Wah, Bang Jihoon bilang baik-baik sama Kak Yena. Kakak pacarnya abang kah?" tanya Jinwoo dengan polosnya.

"Hush, yang sopan sama Kak Yena." Jiheon yang keliatannya agak lebih dewasa dari Jinwoo narik-narik bajunya. "Kak Yena, kenalin kita berdua adiknya Bang Jihoon. Kenal kan sama Bang Jihoon?"

Yena manggut-manggut dengan muka mesem dan bibirnya yang maju. "Iye, iye. Trus kenapa?"

"Kata abang kalo ketemu Kak Yena harus ngasih salam atau setidaknya nyapa."

"Kenape tuh?"

"Soalnya abang mau biar kita terbiasa kalau-kalau Kak Yena sering maen ke warung."

Jiheon narik baju adeknya lagi. "Shtt, kan kata abang jangan bilang-bilang!"

"Oia!" Jinwoo menepuk jidatnya, agak nyesel. "Kak, jangan bilang abang tadi Jinwoo ngomong gitu."

"Bilangin aja dia, Kak," kompor Jiheon.

"Lagian lu berdua buat apa bilang ke gua? Gua pacarnya juga bukan."

Lalu dua anak itu saling melempar pandangan dengan dahi agak mengkerut, heran.

"Abang ditolak apa gimana?"

"Bertepuk sebelah tangan mungkin?"

Di sela mereka masih beradu argumen, Yena dengan agak maksa mengarahkan kepala dua anak itu biar mengahadap ke arahnya. "Hayo, ngomongin apaan?"

"Abang selama ini cerita-cerita soal Kak Yena ke Jiheon," kata Jinwoo lagi dengan polosnya, lalu diperingati lagi sama Jiheon atas kepolosannya.

"Cerita apaan?"

Ngeliat di belakangnya muncul sang abang, Jiheon dengan panik ngasih Yena cincin emaknya yang kemaren sempet ilang. Setelahnya lari begitu aja tanpa ngejelasin apa motifnya. "Kak Yena, aku pamit undur diri dulu."

"Eh, Jinwoo juga deh." Jinwoo walaupun gak ngerti kenapa, ikut lari nyusul saudarinya, ninggalin Yena gitu aja yang masih memproses apa yang terjadi.

Tepat saat Yena berbalik badan sambil garuk kepala, Jihoon muncul karena tadi mau ngejar adeknya. Hampir aja hampir itu berdua tabrakkan.

"Ah, anjir lah. Kenapa lu tiba-tiba dateng."

Jihoon garuk-garuk kepala, sedangkan lawan bicaranya sekarang garuk-garuk pipi. "Ya maap. Gua tadi mau ngejar Jiheon sama Jinwoo."

"Adek lu?"

"Iya."

Lalu hening mengudara selama hampir beberapa menit.

"Anu..."

"Oh iya,"

Mereka buka mulut bersamaan, yang langsung memperburuk suasana.

"Oh iya, hari sabtu ada acara?"

"Acara?" Yena mengulang kata-kata Jihoon, sesaat setelah beberapa detik baru ngerti apa yang dibicarain. "Ada. Iya, ada acara gua sama Chaewon."

"Oh yaudah, tadinya gua mau ngajak ke warung babeh," kata Jihoon masih garuk-garuk kepala. Lama-lama beneran kutuan dah.

"Iye, iye. Gua kesono dulu yak. Biasa, panggilan alam."

JO YURIZ: Bukan KembarDonde viven las historias. Descúbrelo ahora